Suasana rumah begitu sunyi. Sejak kedatangannya ke rumah kediaman Abhi, tak membuat gadis itu mengenal seorang pun di rumah. Termasuk suaminya sendiri, waktunya seakan hanya untuk merenung di dalam kamar. Membuat Abhi harus selalu bekerja di dalam rumah agar tetap menjaga istri kecilnya.
"Bi apa Nona sudah makan?" tanya Abhi melihat jam di tangannya.
"Maaf Tuan, nona masih belum makan sejak pagi. Bibi belum melihat Nona turun." Jawab bibi.
Tingtong.. Tingtong..
"Buka kan pintu bi! Biar aku antar makanan ke kamarku." perintah Abhi menuju dapur.
Baru saja selesai menyiapkan makanan dan minuman di nampan dan akan mengangkatnya. Tangan Abhi sudah di tahan oleh seseorang. Tangan yang selalu memberinya kasih sayang, siapa lagi jika bukan Bunda tercinta Nyonya Aliya Mahendra Bagaskara.
"Apa istri mu masih di kamar Abhi? " tanya Bunda.
"Nanti Abhi jelaskan. Tapi Abhi harus mengantar makanan ini, Abhi tidak mau dia sakit Bun." sela Abhi.
"Berikan, biarkan Bunda yang temani istri mu. Temui Papa mu dulu, ada yang ingin di bicarakan katanya," pinta Bunda mengambil nampan di tangan Abhi.
"Pergilah nak! Papa menunggu mu!" perintah Bunda Aliya dan meninggalkan ruang makan.
Setelah kepergian Bunda Aliya, Abhi kembali ke ruang tamu tapi tidak ada sosok Papanya. Beralih ke ruang kerja dan benar Papanya sedang duduk sambil memeriksa beberapa berkas yang tertumpuk di atas meja kerja.
Menyadari kedatangan Abhi, membuat Tuan Mahendra meletakkan berkas kembali ke tempat semula. Dan mengarahkan kursi didepannya agar Abhi duduk di kursi itu.
"Apa yang Papa dengar itu benar Abhi?" tanya Papa Mahendra.
"Jika maksud Papa ini tentang investasi Narendra Family yang ku alihkan ke sebuah Panti Asuhan. Ya itu benar Pa." jawab Abhi dengan santai.
"Alasan?" tanya Papa Mahendra.
"Janji seorang Abhi." jawab Abhi menyandarkan kepala di dinding.
"Baiklah, Papa tidak akan ikut campur. Apakah langkah mu ini sudah benar nak?" tanya Papa Mahendra dan duduk di samping putranya.
Helaan nafas yang berat, janji pada istrinya dan melihat hasil penyelidikan dimana kebenaran baru terungkap. Jika keluarga Narendra sudah menerima kembali putri bungsu mereka yang telah melarikan diri menikahi kekasihnya dengan penuh suka cita setelah mengorbankan seorang gadis tak bersalah.
Sikap Abhi harus bersabar. Ketika tahu gadis yang menjadi istrinya hanyalah seorang pelayan yang di manfaatkan oleh majikannya sendiri.
Karena alasan itu pula Abhi menyetujui apapun keinginan gadis yang sudah menjadi istrinya. Rencana pengalihan investasi akan di lakukan tanpa pemberitahuan, karena kebetulan belum ada surat kontrak kerja sama antar dua perusahaan.
Semua baru rencana dan akan di sah kan setelah pernikahan terjadi. Mungkin keluarga Narendra berfikir, pernikahan tetap terjadi maka kerjasama juga tetap akan berlangsung. Dan disini Abhi menjelaskan rentetan masalah dan apa yang akan di lakukannya. Tanpa menyembunyikan apapun dari sang Papa, sedangkan Bunda Aliya masih menemani Asfa makan di kamar.
"Nak makanlah, atau mau Bunda suapi?" tawar Bunda Aliya.
"Saya akan makan sendiri. Maaf merepotkan Nyonya." ucap Asfa mengambil piring dan mulai makan dengan tenang.
Butuh waktu setengah jam untuk menyelesaikan makanan di piring. Berharap Nyonya Aliya bosan menunggu dan pergi, namun harapan Asfa hanya sia-sia karena Nyonya Aliya tetap setia menunggu tanpa merasa kesal.
"Syukurlah. Apa Abhi menyakiti mu nak?" tanya Bunda Aliya.
"Abhi? Siapa itu Abhi?" tanya Asfa balik.
"Hahaha, Nak kau tidak tahu siapa itu Abhi?" ucap Bunda Aliya yang tidak mampu menahan rasa geli di dalam perut.
"Maaf.Tapi Nyonya siapa?" tanya Asfa dengan polosnya.
"Aduh, kenapa jadi seperti ini. Baiklah tunggu sebentar." tukas Bunda Aliya.
Tut.. Tut.. Tut..
"Kalian kemarilah dan bawa berkas data Bagaskara Family!" perintah Bunda Aliya dan menutup telfon.
Mengetahui istri Abhi tidak mengenal siapa keluarga barunya. Membuat Nyonya Aliya sedikit terkejut dan juga merasa lucu. Bagaimana gadis polos seperti Asfa bisa terjebak di dalam keluarga yang di hormati dan di akui oleh semua pengusaha. Tapi justru keluarga sendiri tidak mengetahui apapun.
Selang beberapa menit dua orang pria beda usia memasuki kamar utama. Keduanya langsung ikut duduk di sofa, di mana dua wanita beda usia sedang duduk berhadapan. Kedua pria menatap wanita yang sudah memanggil dan memberikan permintaannya dengan saling pandang.
"Ambillah ini nak. Semua ini adalah keluarga baru mu. Nama mu Asfa Luxifer sebelum menikah dengan putra keluarga kami, namun sekarang nama mu menjadi Asfa Abhishek Mahendra Alka Bagaskara. Hehehe tapi terlalu panjang jadi cukup Asfa Abhishek Bagaskara. Dan Abhi disini adalah pria yang menikahi mu, sedangkan pria yang cukup umur itu adalah papa Abhi yaitu Papa Mahendra Bagaskara dan tentunya saya bunda Abhi yaitu Bunda Aliya Mahendra Bagaskara. Ingat ya nak, bunda bukan selingkuhan mertua mu hehehe." tutur Bunda Aliya dengan canda dan Asfa hanya melihat sekilas sebelum menunduk lagi.
"Kenapa tidak di buka berkasnya, Nak?" tanya Papa Mahendra.
"Maaf." jawab Asfa meletakkan berkas kembali ke meja.
"Asfa, aku sungguh minta maaf. Karena keputusan ku, membuat mu menikahi pria yang tidak kau kenal apa lagi kau cintai. Tapi ku harap kau mau memberikan satu kesempatan pada hubungan kita. Aku akan tetap menunggu sampai kau mau mengangkat wajah mu untuk memandang ku dan mengenal ku sebagai suami atau sebagai teman pun sudah cukup untuk ku." ucap Abhi yang mencoba mencairkan ketegangan istrinya.
Apapun ucapan Abhi hanya di dengarkan dengan wajah yang menunduk. Sedangkan keluarga Abhi hanya bisa bersabar menghadapi anggota baru keluarganya itu. Berulang kali mencoba untuk mengajak berbicara namun jawaban Asfa selalu singkat tanpa melihat lawan bicara.
"Nak, pihak wo sudah menyelesaikan semua persiapan resepsi pernikahan kalian. Dan itu di lakukan besok malam, biarkan Bunda mu membawa Asfa ke butik untuk fitting baju hari ini dan kita harus menghadiri rapat di kantor." jelas Papa Mahendra.
"Bisakah rapatnya di tunda Pa?" pinta Abhi melirik istrinya.
"Begini saja, biarkan Bunda akrab dengan istri mu dan cepatlah selesaikan rapat mu dan temui kami di tempat favorite keluarga kita." cetus Bunda Aliya memberikan solusi.
"Baiklah Ratu. Titah mu yang terbaik." jawab kedua pria itu bersamaan.
Ketiganya tergelak tawa dengan sikap lebay para pria namun Asfa masih tetap diam menunduk. Abhi cemas melihat gadis yang di nikahinya itu seakan kehilangan semangat hidup. Namun Bunda Aliya memberikan isyarat semua akan baik-baik saja. Kedua orang tua Abhi meninggalkan kamar putranya dan Abhi bergegas mengganti pakaiannya dengan pakaian formal.
"Asfa pandang lah aku! Aku tidak tahu kenapa kamu menyetujui pernikahan ini. Tapi aku berikan kamu satu kesempatan untuk memutuskan tujuan hidup mu. Lusa adalah hari resepsi pernikahan kita, hari ini pergilah bersama bunda ku dan esok akan ku pastikan kamu bebas dari keluarga ku. Aku akan menyiapkan semua yang kamu butuh kan, mobil jemputan untuk acara resepsi akan menjemputmu di salon. Jika kamu mau melanjutkan hubungan ini maka datanglah ke tempat resepsi kita, tapi jika kamu mau memutuskan maka pergilah kemana pun yang membuat mu bahagia." ucap Abhi setelah mengangkat dagu Asfa agar melihatnya.
Hening...
Melihat Asfa tidak memberikan reaksi apapun selain tatapan mata yang masih datar dan hampa. Membuat Abhi meninggalkan kamar dengan perasaan tidak menentu, apakah dirinya tidak menarik sama sekali. Padahal di luar sana banyak wanita yang akan pingsan jika berada di dekatnya. Namun istrinya sendiri bahkan tidak mau memandang wajahnya jika tidak di paksa.
Melihat wajah murung Abhi membuat kedua orang tua di ruang tamu memberikan tepukan pundak, untuk menguatkan putranya itu.
Papa Mahendra membawa putranya ke kantor sedangkan Bunda Aliya membawa Asfa ke sebuah butik ternama dan langganan keluarganya. Melihat diamnya sang menantu membuat Bunda Aliya dengan sabar menuntun Asfa, mencoba beberapa gaun hingga mendapatkan gaun yang tepat dan kembali melakukan perjalanan ke sebuah tempat favorite keluarga Bagaskara.
Mobil pun berhenti di sebuah taman yang di penuhi anak-anak bermain kesana kemari. Setelah keduanya turun dan Bunda Aliya sibuk berbicara dengan seseorang, justru Asfa sudah berjalan mendekati taman dan memandang keceriaan di wajah anak-anak. Sungguh terlihat tanpa beban anak-anak itu bermain membuatnya merindukan masa kecilnya.
"Nak apa kau suka tempat ini?" tanya Bunda Aliya berdiri di samping Asfa.
"Terimakasih Nyonya." jawab Asfa kembali mendatarkan wajahnya.
"Senyum mu sangat imut nak. Tersenyumlah nak. Mari ikut bunda bermain dengan mereka." ajak Bunda Aliya yang di ikuti Asfa dengan diam.
Di balik pepohonan seseorang sedang mengintai sasarannya dengan waspada tanpa membuat kecurigaan, menunggu waktu yang tepat untuk melakukan tugas dari Bossnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Nidahiat
keluarga abhi baik banget . abhi hrus sabar untuk menghadapi asfa mungkin lama kelamaan asfa akan menerima ini smua dan buka lembaran baru bersamamu
2022-10-29
1
delete account
akhirnya beruntung punya suami baik
2022-10-29
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Sungguh, Abhi idaman setiap gadis ini mah, kalau boleh akupun mau hehe😀😀
2022-10-29
0