Adik Tak Berhati

Akan tetapi aku mencoba untuk menahannya, tidak ada lagi suara di antara kami. Yang ada hanyalah kecanggungan dan keheningan.

"Deo Amica Charcraes!"

Dia tak menjawab meskipun aku sudah memanggil namanya.

"Anak ini benar-benar membuat ku terkena darah tinggi,"

Aku segera bergegas bangun lalu meninggalkan Deo sendiri.

"Mau kemana, Kak?" tanyanya.

Acuh tak acuh aku menjawab tanpa menengok : "Kemana saja," jawabku, ketus.

"Tunggu!"

Tanpa basa-basi Deo sepertinya sudah mengikuti ku.

Aku berbalik, tubuhku terjatuh ketika melihat penampakan yang ada tepat di depan.

Ternyata anak ini sudah berada di belakang ku hanya dalam waktu singkat. Tentu saja hal tersebut berhasil mengagetkan ku yang membuatku terjatuh ke belakang.

"Aw...!" ringisku ketika merasa ada sebuah anggota tubuh yang terasa sakit.

"Kakak baik-baik saja?" tanyanya lagi dengan tangan yang sudah terulur kepadaku.

"Dasar adik tak berhati!" hardik ku.

Sebuah ide terlintas di benakku, aku segera meraih uluran tangannya dan... menariknya sekuat tenaga.

Seakan melukis di atas air, upaya yang aku lakukan sia-sia. Jangankan untuk menjatuhkannya, bahkan tubuhnya tak bergerak sedikitpun meskipun aku menarik sekuat tenaga.

"Apa yang Kakak lakukan?" tanyanya, kebingungan.

Aku melepaskan tangannya dan segera bangun sendiri lalu membersihkan pakaian yang kotor serta tangan yang terkena serpihan bebatuan tajam ketika terjatuh tadi.

"Sudahlah, ayo! Ayah pasti sudah menunggu kita," Tanpa menunggu balasan aku pergi meninggalkannya sendiri.

•••

"Nona, anda dari mana saja?" tanya Madam Pranadipa.

"Uhm... jalan-jalan cari angin sebentar," balasku sembari menggaruk tengkuk.

"Apakah benar Tuan Muda?" tanyanya beralih ke Deo yang berada tepat di belakang ku.

"Benar Madam," jawab Deo.

"Hah~ baiklah, kalau begitu ayo! Tuan Besar akan mengadakan makan malam keluarga pukul 9 malam, Nona harus segera bersiap kita tidak memiliki banyak waktu. Dan untuk Tuan Muda juga harus bersiap," jelas Madam Pranadipa.

"Ya ya ya, kalau begitu ayo! Bukankah Madam bilang kita harus segera bergegas?" potongku sebelum celotehan nya merembet kemana-mana.

"Hm... benar juga, mari Nona!" Tanpa aba-aba Madam Pranadipa segera menarik ku.

"Kau juga bersiaplah!" titah ku sembari melihat ke belakang untuk sesaat.

"Saya akan melakukan yang terbaik, Kak." balas Deo.

•••

Hal pertama yang aku lihat setelah memasuki ruangan ini adalah seorang pria tampan yang sedang menunggu dengan tatapan lurus menatap ke arahku.

"Salam saya kepada Yang Mulia Marquess Charcraes, sang pilar Kekaisaran Stannis Magna." ucapku memberi salam seperti yang diajarkan oleh Guru.

"Duduklah!"

Aku segera pergi untuk duduk di kursi yang lumayan jauh dari Marquess atau yang seharusnya di panggil 'Ayah'.

"Untuk apa?"

Pertanyaan yang keluar tiba-tiba dari mulut seseorang menghentikan aku untuk duduk.

"Ya?"

Jujur aku tidak mengerti apa yang dibicarakan pria itu.

"Di sini!" timpalnya yang semakin membuat aku tidak paham.

Aku memiringkan sedikit kepala.

Tidak ada lagi balasan darinya membuatku duduk kembali di kursi yang sudah ditarik para pelayan.

Seorang pelayan datang kepada ku dan berbisik seperti ini : "Yang Mulia maksud adalah meminta Nona untuk duduk di kursi utama sebelah beliau," katanya berhasil membuatku syok.

"Apa katanya? Aku? Seorang Cassiopeia Maximpratrix Charcraes?...apakah dia kerasukan ketika dalam perjalanan?"

Mataku tak sengaja melihat tatapan mematikan yang dilontarkannya.

Susah payah aku menelan saliva dan pindah ke tempat duduk yang diinginkannya.

Dengan canggung aku duduk di sana.

"Sajikan makanannya!" perintahnya kepada Bapak Butler yang berada tepat di samping dia.

Detik kemudian para pelayan dan para koki beriringan masuk ke dalam.

Dalam 1 menit meja makan luas nan panjang ini sudah di penuhi dengan banyak sekali makanan lezat yang menggugah selera.

Tapi sepertinya selera makanku sudah hilang, meskipun dari tadi aku lapar karena belum makan.

Alasannya hanya satu, yaitu karena tatapan mematikan yang terus menusuk ke seluruh tubuhku.

Kenapa? Padahal Deo saja duduknya sangat jauh dari posisi aku dan Marquess berada. Tapi kenapa aku harus disiksa dengan duduk disini?

Cameron Emmett Charceaes, seperti yang diketahui. Dia adalah kepala keluarga keluarga Marquess sekaligus pebisnis hebat, tapi karena dia jarang muncul di dalam novel dan tergolong sebagai tokoh figuran.

Jadi, sampai sekarang aku tidak tahu sepanjang apa dia sebenarnya. Intinya dia adalah karakter abu-abu yang sifat aslinya hanya bisa ditebak tebak karena tidak dijelaskan sedikitpun oleh penulis.

Yang jadi masalahnya adalah kesan ku kepada Marquess sangat buruk. Hal itu terjadi karena ketika dia muncul hanya ada pengaruh buruk yang diberikan dia kepada sang antagonis.

"Kenapa tidak di makan?"

Pertanyaannya membuatku tersentak.

Sedari tadi aku hanya menatap kosong ke arah makanan tersebut dengan pikiran yang melayang.

Aku tak menjawab apapun dan hanya mati kutu.

"Apakah makanan ini tak sesuai dengan selera mu? Katakan saja yang mana yang tidak enak, aku akan langsung memecat mereka." katanya beserta aura membunuh menyelimuti dengan pekat.

"Ti, tidak. Saya akan memakannya... Ayah," balasku yang segera buru-buru mengambil makanan dan dengan cepat menelannya.

Meskipun acara makan-makan ini bukannya membuatku kenyang tapi malah menjadi ajang yang hampir menghilangkan nyawa. Namun, tidak apa. Daripada jutaan nyawa tumbang karena makanan ini tidak termakan, lihat saja tatapan membunuh itu.

Kenapa di dunia ini semua orang memiliki tatapan membunuh yang mengerikan.

Bertambah lagi misteri aneh yang aku temukan.

Makan malam berlangsung tanpa suara sedikitpun sampai sang kepala keluarga menyelesaikan makannya dan menunjukkan gelagat aneh.

"Besok lusa akan di adakan pesta di kediaman ini untuk menyambut kedatangan ku," ungkapnya.

"Uhuk... uhuk... "

Aku segera mengambil air minum dan meneguk habisnya.

"Kakak baik-baik saja?" tanya Deo.

Aku tersenyum kecil membalasnya, ia bernapas lega karena tahu bahwa senyumanku menandakan aku baik-baik saja.

"Besok akan ada beberapa orang yang akan mengukur gaun untuk kau pakai," timpalnya.

"Gaun lagi? Bukankah masih banyak gaun yang bisa dipakai?"

Inginnya aku bertanya seperti itu, tapi keadaan tidak mendukung.

Bisa-bisa akan muncul rumor yang menghebohkan pergaulan kelas atas, meskipun Cassiopeia belum melakukan debutante tapi sudah banyak sekali omongan tentangnya.

Mungkin jika di dunia tempatku dulu, Cassiopeia sudah menjadi selebriti sejuta skandal.

...-Bersambung-...

Halo para pembaca yang cantik and ganteng terima kasih sudah dukung karya ini, dukung terus ya. Oh iya, Author Quensly mau kasih kalian rekomendasi novel bagus banget nih, karya Kakak author kita Asri Faris dengan judul "Nokta Merah".

Yang di bawah ini 👇, semoga kalian suka ya. Jangan lupa dukung karya Author juga agar Author makin semangat buat novelnya. 🥰

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

yah elh...gw jd khawatir skrg si cassi ini...tubuh asli antagonist bner2 lemah gk heran selalu klh trs oleh tatapan mematikan oleh ayah kandung sendiri 😒

2022-04-28

2

Anita_Kim

Anita_Kim

Aku nyicil ya.

2022-03-03

1

SoVay

SoVay

langsung ingat aty, debutante

2022-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!