Mengubah Citra

Jujur sekarang aku sedang gugup, ini kedua kalinya aku memegang sendok dan garpu mencoba makan ala kalangan atas.

Jelas sekali karena perbedaan status antara Aku dan Cassiopeia.

Mungkin Aku bisa karena tubuh Cassiopeia yang sudah terbiasa, tapi ini semua tidak akan bertahan lama.

Aku yang tidak memiliki orang tua ataupun keluarga harus tinggal di panti asuhan sejak dilahirkan, orang tua kandungku menelantarkan aku di jalanan.

Beruntung pemilik panti asuhan itu mau menampung ku,meskipun bukan kebahagiaan keluarga kandung yang aku dapatkan tetap saja mampu membuatku merasakan kehangatan keluarga bersama yang lainnya. Terlebih sang pemilik panti, beliau sudah sangat baik hingga aku berharap dia adalah orang tua kandungku.

Namun semuanya tidak berjalan lancar dan bahagia seterusnya, saat umurku menginjak remaja seseorang datang dan menghancurkan hidup beserta kebahagiaan yang susah payah didapatkan. Anak perempuan lain datang dan berhasil merebut semua yang aku miliki. Keluarga yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri dirampas olehnya, tidak tanggung-tanggung. Aku bahkan difitnah melakukan hal yang tidak pernah aku lakukan, tentu saja hal itu berhasil membuatku di usir di tengah badai kencang hari itu.

Sejak saat itu aku kembali sendirian, tanpa keluarga, tanpa rumah. Yang aku punya hanya diriku sendiri untuk bertahan hidup, itu juga yang menjadi alasan aku tidak terlalu tertarik untuk kembali dan tidak pernah bergantung kepada siapapun.

"Apa kakak sakit?"

Aku mendongak dan tersenyum cerah.

"Ada apa? Aku tidak merasakan apapun,"

"Tapi tangan Kakak sampai bergetar seperti itu," Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiriku.

"Apakah aku ketahuan?" Aku menutup mata ketika jarak kami semakin dekat, hal terakhir yang aku lihat dari Deo adalah tangannya yang sudah mengangkat keatas.

Detik demi detik berlalu namun tidak terasa apapun, yang ada hanyalah kehangatan dari tangan seseorang ketika menyentuh kulit.

Saat aku membuka mata ternyata ada sebuah patung hidup tepat di depan mataku.

Tidak, dia bukan patung melainkan Deo. Sadarlah! Sejak kapan aku menyukai karakter dua dimensi seperti ini?

"Ah... maaf Kak, saya, saya hanya mengecek kondisi Kakak."

"Iya tak apa, sudah Aku bilang Aku baik-baik saja."

Tatapannya terlihat sendu.

"Ayo! Lanjutkan makannya, sudah malam."

Aku mencoba mengalihkan situasi canggung ini dengan kembali memulai dinner yang terhenti.

•••

Berkat usaha yang tepat waktu, alhasil dinner ini selesai dengan sempurna tanpa komunikasi apapun setelah itu.

Aku juga memilih untuk kembali ke kamar duluan.

•••

Angin dingin yang biasa aku rasakan di malam hari kini terganti dengan sangkar emas yang hangat dan mewah, sama sekali tidak ada rasa kedinginan. Penyebabnya karena mansion ini terpasang sihir penghangat.

Aku mendudukkan tubuh di kasur yang sangat empuk ini.

Pertama kalinya di hidupku merasakan kasur yang begitu empuk dan lembut ini, biasanya aku hanya tidur di emperan jika tidak memiliki uang untuk membayar kosan.

Terlalu lembut hingga mampu membuatku terbuai dan pergi sampai ke alam mimpi.

•••

Malam berganti pagi, sinar matahari cerah menyusup masuk ke dalam mampu membuatku terbangun.

"Hoam~"

Aku meregangkan otot.

"Wah! Pertama kalinya ototku tidak sakit saat bangun tidur, rasanya aku ingin terus bermalas-malasan di sini."

Baru saja aku ingin kembali tidur, tapi sayangnya hal itu harus gagal ketika pintu terbuka dengan paksa seakan sengaja di dobrak.

Tap... tap... tap...

Langkah kaki yang semakin mendekat membuatku bertanya-tanya siapa orang yang berani mengganggu.

Tak lama setelah itu sesosok wanita yang sangat aku kenal.

Rambut berwarna ungu muda dan matanya yang juga berwarna ungu tua dengan wajah datarnya.

Padahal umurnya hanya berbeda 4 tahun dengan Cassiopeia.

Siapa lagi jika bukan Ava.

"Nona, sudah waktunya bangun!"

Ting... ting... ting....

Suara berisik membuat gendang telingaku terasa sakit.

"Aku bangun, berhenti Ava!"

Perkataan ku tidak diubris sedikitpun oleh Ava, ia masih terus berteriak dan memukul kedua alat makan itu yang menghasilkan suara nyaring.

"Kau berhenti maka akan aku berikan 5 Polo SM,"

Polo SM adalah mata uang Kekaisaran Stannis Magna bagi para bangsawan,untuk kalangan rakyat mata uangnya adalah Polo saja, satu Polo SM seharga dengan 10 koin perak. Sedangkan 1 Polo seharga 1 koin perak.

Perbedaan yang terlalu tidak adil. Tapi mau bagaimana lagi, seperti itulah aturan yang dituliskan penulis aslinya.

Akhirnya Ava berhenti dengan mata yang berbinar.

"Ehem... sekarang mana uangnya Nona?"

"Akan aku berikan nanti,"

"Sekarang berikan alasan yang jelas kenapa kamu membangunkanku sepagi ini?"

"Nona-ku yang cantik dan manis tiada tara, sekarang bukan 'sepagi ini' melainkan sudah jam 6 pagi. Masa putri seorang Marquess Charcraers masih berbaring di tempat tidur, meskipun saat ini Nona sedang berputus-asa karena Pangeran keempat kembali menolak Nona. Tetap saja,"

"Baik baik, aku paham." Segera aku memotong celotehan Ava.

"Jadi intinya aku harus mandi dan bersiap-siap menjalani hidup sebagai Putri Marquess yang terhormat, begitu?"

"Yap, tepat sekali."

"Karena suasana hati Nona sudah kembali sesuatu yang Nona janjikan juga harus dibayar," katanya dengan senyuman cerah yang terlukis di wajah Ava.

"Sabar Cassiopeia, dapatkan hati manusia matre satu ini."

"Bukan masalah besar," Aku turun dari tempat tidur dan pergi menuju ke dress room.

Jika tidak salah dalam ingatan Cassiopeia, ia menyimpan beberapa ratus uang Polo SM di dalam kantung di sini.

Setelah pencarian yang cukup lama akhirnya aku menemukannya.

6 koin uang Poli SM aku ambil dan berikan ke Ava.

"Ini,"

"Terima kasih Nona," Ava menerima uang ini dengan senang hati.

"Sekarang mari saya persiapkan Nona,"

Tiba-tiba atmosfer berubah ketika Ava menerbitkan senyum simpul yang mengerikan.

•••

3 jam penyiksaan kembali berlalu, bukan karena mandinya melainkan saat pemakaian gaun.

Rasanya aku lebih baik mati saja daripada memakai gaun ini. Tidak, sudah susah payah aku hidup lagi dan ingin bertahan hidup. Masa harus mati lagi sih hanya karena gaun gaun yang dipakai.

"Ava,"

"Hmm... "

"Kau tahu dimana perpustakaan berada?"

Ava menghentikan kegiatan menghitung uangnya.

"Nona sebegitu patah hatinya sampai-sampai menanyakan tempat yang paling di benci?" ujar Ava yang menatapku kasihan.

"Nggak sadar diri, sendirinya aja jomblo." cibirku dengan suara kecil.

"Tunggu! Ini saatnya jika ingin mengembalikan image Cassiopeia,"

"Hiks... "

Suara isak tangis terdengar yang membuat Ava celingak celinguk mencari sang pemilik suara.

"Anda menangis Nona?" tanya Ava yang melihatku menutupi wajah dengan kedua tangan.

"Padahal aku sangat mencintai tunangan ku, tapi kenapa? Kenapa dia begitu kejam kepadaku? Apakah salah mencintai orang lain?" tanyaku, sedih.

Terpopuler

Comments

Mom FA

Mom FA

salam dari in memories🙏

2022-05-15

1

pensi

pensi

rebahan

2022-02-27

1

pensi

pensi

Aamiin

2022-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!