Jalan-jalan

•••

Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut putihku, hamparan padang rumput basah akibat terkena air hujan yang turun tadi malam terasa begitu sejuk ketika bersentuhan dengan telapak kaki tanpa alas.

"Ah... inilah yang namanya hidup."

Ku hirup cepat-cepat udara segar yang ketika masuk langsung menyeruak ke dalam hidung.

Meski pun tahu bahwa gaun ini akan kotor dan aku juga pasti diomeli habis-habisan jika kembali, akan tetapi aku tetap mendudukkan tubuh yang sudah kelelahan di atas hamparan padang rumput.

"Hah~ baru jalan sedikit tapi sudah sangat kelelahan, benar-benar. Perbedaan antara aku dan Cassiopeia terlalu jauh,"

Pikiranku mulai berkelana.

"Jika tak salah umur Cassiopeia saat ini 16 tahun, sedangkan sekarang tahun 567 kalender Kekaisaran Stannis Magna."

Aku menghela napas panjang-panjang.

"2 tahun lagi, ya?"

"Jika aku ingin hidup lama dan menjauh dari takdir mengerikan itu maka masih ada kesempatan 2 tahun lagi, tapi aku harus apa?"

"... Na!... "

".... Ooonnaaaaa!!!!..... "

Suara yang entah dari mana menggema di tempat ini.

Aku beranjak dari duduk dan mengambil kembali sepatu yang dicampakkan begitu saja.

"Sepertinya Ava menyadari bahwa aku pergi. Baguslah,"

Setelah selesai mengambilnya dengan cepat aku menghampiri arah suara.

•••

"Nona!!" teriak Ava yang menyadari keberadaan ku dari kejauhan.

"Nona dari mana saja? Berbahaya pergi keluar sendiri,"

"Berhenti Ava! Aku baru saja sampai dan kau sudah mengomel." sangkalku tak terima langsung kena semprot bahkan dari kejauhan.

Mata Ava melotot seperti ingin keluar saking besarnya ia memelototi ku.

"Ya ampun Nona! Kenapa bisa pakaian Nona seperti itu? Apa Nona tahu berapa harga gaun yang sudah kotor itu? Jika Nona tak mau Nona boleh memberikannya kepada saya," kata Ava, panik.

"Padahal Nona bisa memberikannya kepada saya jika tidak mau, dengan begitu saya bisa menjualnya dan mendapatkan uang lebih." gumam Ava. Sedih, murung, dan kecewa bercampur aduk di wajahnya.

"Kau sudah bilang seperti itu tadi," ralatku.

Wajahnya cemberut menatapku.

"Hah~ baiklah baiklah, aku akan menggantinya. Tapi,"

"Benarkah Nona?" tanya Ava bersemangat, aku menjawab dengan mengangguk.

"Saya akan mengabulkan apapun asalkan setimpal dengan hadiahnya,"

"Tentu saja, kau tak boleh menarik lagi ucapanmu. Jika tidak, raib sudah hadiahnya." ancamku.

Ia menyetujui dengan cepat, aku tersenyum simpul.

"Tak akan semudah itu,"

•••

"Siap!"

Aku tersenyum bahagia menatap pantulan diriku di cermin.

"Leganya, sudah sekian lama akhirnya aku bisa menggunakan celana lagi."

Aku terus saja berputar-putar sampai membuat seseorang yang berada di sampingku melontarkan tatapan entah apa namanya.

"Nona Nona, bagaimana bisa Nona berubah menjadi seperti ini? Aku yakin antara 2 penyebab Nona berubah... yang pertama karena terjatuh ke dalam danau lalu kepribadian Nona berubah atau... jangan-jangan Nona patah hati lalu membuat Nona berubah... [?]" batin Ava.

Aku bahkan sama sekali tidak memperdulikan apa yang dipikirkan dayang matre ini.

"Sudah, dengan begini tak akan ada yang menyadari bahwa aku adalah Cassiopeia Maximpratix Charcraes."

Aku menatap pantulan diriku di depan cermin dengan penampilan yang berbeda.

Tetap dengan mata merah seperti batu rubi dan rambut putih tapi...

Ava tersadar dari lamunannya dan menatapku tak percaya.

"Kenapa Nona sampai harus menyamar menjadi laki-laki?"

"Kau tidak tahu?" Kini terbalik, aku menatap Ava dengan tatapan yang sama namun tak kalah syok.

"Tahu apa?"

"Popularitas aku ini sudah terkenal dimana-mana sebagai wanita jahat," jawabku santai.

"Wanita jahat?"

"Iya,"

"Tapi kan Nona tidak pernah melakukan kejahatan kepada siapapun,"

"Haish Ava Ava,"

"Apa kau lupa? Setiap ada seseorang putri bangsawan ataupun wanita lain yang dekat dengan pangeran ke-empat pasti akan aku jahati, dan semuanya pasti sudah mengenal aku sebagai seorang gadis yang terobsesi dengan pangeran selaku tunangan ku. Meskipun sekarang aku sudah tidak perduli lagi dengan dia, bukan sebuah hal mudah untuk lepas dari citra buruk yang selama ini aku buat. Benar bukan?" jelas ku panjang lebar yang setelah itu meminta pembenaran.

"Hm..... " Ava diam tak berkutik nampak berpikir, "benar juga. Lalu jika ketahuan seorang putri Marquess yang sudah terkenal turun ke jalanan tempat tak seharusnya dia berada maka akan menambah masalah," gumamnya.

"Benar 'kan apa kataku?"

"Sudahlah, ayo!"

Aku berbalik, tapi ada sesuatu yang lupa aku bilang.

"Oh ya, pastikan tak ada satupun orang yang mengikuti kita."

"Sudah saya laksanakan, Nona. Hanya ada beberapa prajurit bayangan yang menjaga," tutur Ava.

"Apa, tapi kenapa?"

"Demi menjaga keamanan dan kenyamanan kita berdua, lagipula saya berani menjamin mereka tidak akan menggangu." jawab Ava tegas berhasil membuatku mati kutu karenanya.

"Ck, baiklah."

Mau tak mau aku mengalah, karena kalau tidak rencanaku pasti akan batal.

Berdebat dengan Ava bisa sampai malam nanti baru selesai.

•••

Hiruk-pikuk, lalu lalang orang-orang memenuhi tempat ini.

Para pembeli yang sedang berinteraksi dengan para pedagang dan masih banyak hal-hal lainnya seperti suara kicauan burung di toko burung dan harum bunga.

"Tak seperti biasanya," gumam Ava.

Aku yang mendengar gumaman Ava refleks bertanya.

"Biasanya?"

"Iya, Nona. Sepertinya ada *opera,"

"Opera ya,"

"Apa perlu saya jelaskan Nona?"

"Tak perlu, aku sudah paham secara garis besarnya." tolakku.

"Baiklah,"

"Aku tak menyangka opera yang itu ada disini, tapi kali ini sepertinya harus dilewatkan karena aku ingin berkeliling terlebih dahulu."

*Opera adalah seni pertunjukan  memadukan musik, vokal, tari, dan dialog. Kata opera berasal dari bahasa Latin opera, bentuk jamak dari opus, yang artinya karya. Opera berasal dari Yunani yang kemudian dikembangkan di Eropa.

Aku bersama Ava mulai berkeliling bersama Ava mencoba segala macam makanan dan minuman khas disini, sudah lama aku merindukan rasa ini. Baik dari membelinya ataupun memakan makanannya.

Setiap tempat aku datangi untuk mencoba membeli beberapa makanan untuk dicoba, tidak lupa souvenir yang tidak bisa didapatkan setiap hari.

Yahhh walaupun semua barang ini tak akan dipakai sebab dianggap sebagai barang para rakyat jelata yang tidak cocok untuk para kaum bangsawan.

Tapi karena aku bukanlah bangsawan asli jadi tak masalah.

Aku menikmati waktu berkeliling, sepertinya di masa depan saat aku bosan waktunya akan dihabiskan untuk pergi ke tempat seperti ini.

•••

"Nona mau saya belikan minuman?" tawar Ava.

"Boleh,"

Ava nampak ragu dengan jawabanku, ia pun kembali menawarkan yang lain.

"Apa Nona mau sekalian saja pergi ke restoran terdekat?"

"Tak perlu, aku akan menunggu disini. Oh ya, bawakan makanan yang lainnya ya. Dan jangan lama-lama!"

"Baiklah Nona-ku yang cerewet," ucap Ava dengan nada geram lalu berbalik pergi.

Terpopuler

Comments

Shirokawa

Shirokawa

Untuk Ava, aku no comment😑

2022-03-10

1

pensi

pensi

keren

2022-02-27

2

List papa bucin

List papa bucin

nikmat hidup adalah bisa jalan-jalan dan membeli semua makanan enak yang ada tapi nggak kehabisan uang.

2022-01-26

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!