Kembalinya Ibu Asuh

Memikirkan bagaimana hari-hari selanjutnya yang harus aku lewati membuatku sudah merasa lelah duluan.

•••

Sebelum matahari terbit di ufuk timur aku sudah memulai latihan di tempat kemarin.

Bolak-balik naik-turun bukit yang tak jauh dari sini, yah meskipun baru beberapa kali saja sudah kelelahan. Tapi hal itu tak mengurungkan niatku ataupun mematahkan semangat.

Justru kelemahan Cassiopeia aku anggap sebagai cambuk untuk menjadi lebih baik lagi.

Akan tetapi untuk sekarang aku memilih mengistirahatkan tubuh di tempat biasa, di bawah pohon rindang yang sejuk.

"Seandainya tubuh Cassiopeia tidak lemah terhadap sihir, mungkin aku bisa banting stir menjadi seorang penyihir."

Aku mengelap keringat yang sudah bercucuran menggunakan sapu tangan.

"Sebentar lagi kelas mengerikan akan dimulai, ikut nggak ya?"

Sebuah memori terlintas di kepalaku.

"Tapi aku tak ingin menjadi seperti yang di dalam cerita,"

Dalam game 'Cinta Sejati Lady Spirit' ada satu episode dimana tokoh utama wanita datang ke dalam sebuah perundingan.

Karena kesal dan tak mau kalah Cassiopeia memaksa untuk ikut masuk ke dalam perundingan tersebut, akan tetapi orang-orang menolaknya.

Cassiopeia pun melaporkan hal itu kepada Baginda Kaisar yang menyayanginya. Dengan kekuasaan Kaisar Cassiopeia pun berhasil masuk ke dalam perundingan itu.

Yang namanya perundingan pasti setiap orang akan bertukar ide atau gagasan untuk merundingkan hal tersebut dan menemukan titik terang.

Akan tetapi, kehadiran Cassiopeia malah membuat semuanya nyaris hancur.

Walaupun hanya dengan menghindari plot itu aku bisa terbebas dari masalah utamanya, tapi yang jadi masalah adalah pengetahuan-ku tentang dunia ini sangat amat payah.

Makanya aku harus belajar lagi dan lagi.

Penulisnya terlalu jahat, masa dia membuat sang antagonis menjadi tokoh terbodoh. Harusnya kan antagonis itu pintar agar dia bisa menghambat tokoh utama, meskipun dalam hal menghancurkan tokoh utama antagonis ini menjadi lebih pintar daripada siapapun.

Akan tetapi tetap saja, seperti pepatah yang mengatakan 'bahwa kejahatan akan menang oleh kebaikan.'

Sungguh tak adil, aku saja harus bersusah payah untuk belajar. Sedangkan tokoh utama sudah pintar dari awal, malang sekali nasibmu Pia. Tapi tak apa, aku akan berusaha untuk mengubah nasib kita.

"Tak ada gunanya aku seperti ini, bagaimana jika aku merubah latihan?"

"Sudahlah, matahari sebentar lagi akan terbit. Lebih baik aku kembali sebelum ada yang menyadari bahwa aku tak ada, untuk masalah mencari latihan baru sebaiknya aku cari tahu lagi."

Aku pun beranjak bangun dan berlalu pergi menuju mansion.

•••

Dari kejauhan terdengar kegaduhan dari dalam sebuah rumah besar, mewah nan megah.

"Ada apa ini?"

Rasa penasaran yang semakin bergejolak membuatku segera bergegas masuk ke dalam.

•••

Keadaan yang tak terkendali membuatku bertambah pusing dan bingung.

Daripada memikirkan ada masalah apa dengan kepala sendiri aku pun memutuskan untuk memberhentikan salah seorang pelayan dan mrnyanyakannyan.

"Ada apa ini?"

"Yang Mulia Pangeran Achazia datang Nona," jawabnya.

"Apa?! Tapi kenapa begitu mendadak?"

"Saya tak tahu Nona, yang pasti Pangeran sekarang sedang menunggu di ruang tamu." ujarnya.

"Tapi kenapa begitu heboh? Bukankah hanya Pangeran Achazia saja yang datang,"

Aku tak mengerti, mereka sebegini hebohnya.

Walaupun Pangeran Achazia adalah anggota keluarga Kekaisaran dan

tunangan[?], akan tetapi bukankah terlalu berlebihan hingga mampu membuat kegaduhan seperti ini.

"Bukan hanya itu Nona, Yang Mulia Marquess sampai malam ini. Sedangkan ada beberapa...."

Ia tak melanjutkan ucapannya.

"Masa-"

Ucapanku berhenti ketika terdengar suara teriakan dari kejauhan.

"Nona!!!"

Aku berbalik, remang-remang terlihat seorang wanita tengah berjalan menuju kami dengan tergesa-gesa.

Karena wajahnya yang tertutupi topi besar aku tak dapat mengenali siapa dia.

"Siapa dia?"

Saat aku berbalik ke samping, pelayan tadi sudah tak ada. Menghilang bak di telan bumi.

"Cepat sekali perginya, apakah semua pelayan di dunia ini memiliki kemampuan yang sama?" batinku.

"Nona!"

Suara dingin, tegas dan mengerikan yang baru pertama kali aku dengar.

Aura membunuh yang mencekam membuat seluruh bulu kuduk ku berdiri.

"Mau sampai kapan anda menghadap ke sana, Nona?" Mau tak mau aku membalikkan tubuh.

Pandangan ku dimulai dari kaki naik hingga ke atas kepala.

Seorang wanita paruh baya berambut kuning aureolin panjang dan di sanggul dengan mata hijaunya, dia juga menggunakan dress berwarna krem.

Dia tengah berdiri menatapku dengan tatapan interogasi sambil berkacak pinggang.

Meskipun umurnya sudah setengah baya tapi tak ada keriput sedikitpun di wajahnya, kecuali sedikit tanda-tanda penuaan.

"Jika tak ada itu mungkin aku mengira dia masih muda, tapi tunggu! Jika dilihat-lihat, jangan jangan... "

"Anda sudah kembali Madam Pranadipa,"

Dia berbalik, "Seperti yang kau tahu Lady Clovis," balasnya dengan nada bicara masih seperti tadi.

Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut seorang Ava Clovis, bahkan dayang-ku yang paling cerewet dan susah diatur itu terlihat diam seribu bahasa.

"Tak diragukan lagi eksistensi dari beliau,"

Beliau adalah Madam Pranadipa, dengan nama lengkapnya Fidelya Saveri Pranadipa. Ibu asuh sekaligus ibu susu Cassiopeia sedari kecil, bisa dibilang beliau adalah orang tua angkat Cassiopeia yang paling dekat dengannya.

Aku hanya bisa berdecak kagum sembari mengangguk anggukan kepala.

Tak aku sangka akan bertemu tokoh seperti Beliau seperti ini, padahal dalam ingatan Cassiopeia Beliau pergi 2 tahun yang lalu dan belum pernah kembali karena suatu alasan. Dalam cerita asli pun begitu, hingga hari eksekusi Cassiopeia tidak ada kemunculan Beliau, diduga penyebabnya adalah karena Madam Pranadipa telah wafat.

"Apa yang Nona pikirkan sampai seperti itu?!"

Aku mendongak, kilatan amarah terlihat jelas di matanya.

Bagaimana aku bisa lupa?

"Lady Clovis!" panggil Madam Pranadipa.

"Ya, Madam Pranadipa." balas Ava.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan?" tanya Madam Pranadipa.

"Tentu saja Madam," jawab Ava.

"Kalau begitu mari kita mulai," ujar mereka berdua semua menyunggingkan senyum yang begitu mengerikan.

Rasanya aku menjadi anak kelinci di tengah singa betina jika seperti ini.

Sebuah ide terlintas di kepalaku, sebelum semuanya terlambat aku segera melakukannya.

Namun gagal, pergerakan kedua singa betina ini begitu cepat hingga menggagalkan rencana kaburku.

Mereka menggandeng kedua tanganku dan menyeret paksa aku.

"Siapapun tolong aku!"

Sepanjang jalan yang ada hanyalah konser kedua singa betina dengan celotehan dan omelannya masing-masing.

Aku rasa gendang telinga ku sudah hancur, beruntung kami sudah sampai di kamar.

Tak berhenti sampai di situ, penyiksaan terus berlanjut dengan mandi kilat dan pemasangan korset yang begitu menyiksa.

•••

Seorang pria tampan kini tengah duduk dengan anggun sembari menyeruput tehnya.

Tak...

Suara piring teh yang bersentuhan dengan meja terdengar nyaring.

Terpopuler

Comments

SoVay

SoVay

bukan ibu tiri kaaan

2022-02-05

2

Sylvia

Sylvia

next thor, jarang banget upnya.

2022-02-04

2

RijumiLY

RijumiLY

Semangat kaka

2022-02-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!