Pandangan mataku menangkap danau kecil yang berada tak jauh dari kami.
Tanpa pikir panjang aku langsung berbalik arah pergi menuju tempat tersebut seraya menarik perempuan ini.
"Hei apa yang ingin kau lakukan?!" teriaknya sambil memberontak naumun tak aku ubris.
Byur...
Seluruh tubuh kami tenggelam di dalam air.
Cukup lama kami menunggu dari dalam air, akhirnya para lebah itu menyerah dan pergi dengan sendirinya.
"Puah... "
Aku menampakkan wajahku dari permukaan air.
"Beruntung aku pernah mendapatkan sertifikat sebagai atlet renang profesional, jika tidak akan berbeda lagi ceritanya."
Setidaknya meskipun tubuh Cassiopeia begitu lemah akan tetapi dengan kemampuanku masih bisa mengatasinya dengan mudah.
"Oh iya,"
Aku membalikkan tubuh ke belakang, perempuan tadi sudah tak ada. Hanya ada satu kemungkinan yang terjadi sekarang.
Aku kembali mencelupkan wajah ke dalam air.
•••
Pemandangan yang gelap, namun warna putih yang berbentuk seperti rambut perlahan seakan jatuh.
Dengan cepat aku menyebur kembali ke dalam air yang lebih dalam berusaha menggapainya.
Usahaku tak sia-sia, meskipun tak bisa berenang tapi karena aku menguasai teknik dan cara berenang yang tepat alhasil bisa dengan mudah menyusul dan menyelamatkannya.
Akan tetapi ada sesuatu yang aneh, rasanya tubuh adik kecil ini menjadi berat.
Tapi terlalu lama di dalam air juga bisa membuatku kehabisan oksigen, jadi aku mengesampingkan dulu pikiran tentang berat badan adik kecil ini yang berubah.
•••
Meskipun sulit akhirnya kami berhasil sampai di daratan.
"Hosh~ gila! Baru berenang sebentar saja sudah capek," Aku memeras pakaian yang habis basah kuyup.
Kemeja putih dan celana bahan berwarna hitamku kini sudah basah kuyup dan menampakkan lekuk tubuh yang tadi ditutupi.
"Bagaimana ini? Jika aku pergi sekarang bisa-bisa penyamaran ku akan ketahuan orang lain,"
Aku mencoba memikirkan cara, namun rambut panjang yang tergerai basah malah menambah kekesalan.
Padahal jika dalam keadaan kering rambut putih Cassiopeia bagaikan rambut seorang duta sampo, tapi apa ini? Rambutnya terlalu lepek, apalagi sepanjang ini membuatnya bertambah rumit.
"Uhuk... uhuk.... "
Suara seseorang yang batuk menyadarkanku.
"Oh tidak! Aku lupa lagi dengan adik kecil itu,"
Saat berbalik sosok yang sangat jauh berbeda berada tepat di depanku.
Rambut putih panjang yang tergerai, tubuh besar memakai gaun basah kuyup panjangnya berubah menggantung menjadi sepanjang dengkul lebih sedikit.
Namun ada satu masalah, dadanya rata tidak seperti perempuan pada umumnya.
Tapi tak bisa dipungkiri jika penampilannya terlalu sempurna meskipun memakai pakaian seperti itu.
Garis mata yang sempurna, rahang tegas, bulu mata lentik yang basah terkena air serta mata biru bagaikan langit cerah sekarang ini terlihat bagaikan sebuah pahatan.
"Wah!"
Hanya itu kata yang keluar dari bibirku, aku bahkan tak tahu kata apa lagi yang sanggup mendeskripsikan makhluk itu.
"Apakah dia benar-benar manusia? Bukan seorang dewa atau malaikat yang turun dari langit?" gumamku dengan pandangan yang tetap menatap lekat-lekat sosok bak dewa Yunani itu.
"Apa yang kau lihat?!"
Teriakannya secara tak sadar aku jawab seperti ini, "tentu saja menikmati wajah indahmu."
Wajahnya langsung bersemu merah, dengan sigap ia menutupi tubuhnya dengan kedua tangan.
"Dasar me*um!" pekiknya yang membuatku tersadar.
"Hei hei, tunggu dulu!"
"Bukankah kau laki-laki? Jadi, seharusnya yang me*um itu kau. Bukan aku," bantah ku.
"Argh! Dasar kau perempuan be*eb*h," umpat nya.
"Hei, aku ini sudah menolong mu tahu. Apakah ini perlakuan kepada orang yang yang telah menyelamatkan nyawamu," gerutu ku tak terima disalahkan sepihak bahkan sampai dikatai seperti itu.
Padahal aku sudah menyelamatkannya, sedikit cuci mata 'kan tak apa.
Jarang-jarang melihat karakter 2 dimensi yang bak dewa Yunani sedekat ini.
Jika ada kesempatan itu tak boleh dilewatkan, seperti kata orang sekarang atau tidak selamanya.
Sebuah cahaya melesat menuju ku.
Aku pun refleks menghindarinya.
Beberapa saat setelah aku menghindar hingga terjatuh ke samping, cahaya tadi meledak dan menghancurkan sebuah pohon yang berada di belakang hingga terbakar habis menjadi debu dan tak lupa diiringi suara ledakan cukup besar.
Bom...
"Nggak bisa dibiarin,"
"Hei kau! Aku ini sudah menolong mu, tapi kau malah ingin membunuhku! Dasar tak berhati, aku tarik ucapan ku yang bilang kamu mirip dewa Yunani. Kau bahkan lebih mirip iblis Lucifer tahu tidak?"
"Kau sudah bilang seperti itu sebaiknya kau tutup mulutmu karena... " Ia menggantung ucapannya.
"...Orang yang mengetahuinya harus mati,"
Suara baligh dan dingin berhasil menghentikan ocehan ku.
Dengan tubuh gemetar aku mendongak, tatapan membunuh terpancar dari mata laki-laki itu. Bahkan atmosfernya sekarang berbeda, rasanya aku bisa terbunuh hanya dengan aura ini.
"Aura lawan aura ya, hm... Cassiopeia kan memiliki aura seorang antagonis yang terkuat, bagaimana jika aku mencobanya. Setidaknya untuk membuat laki-laki ini gentar dan membiarkanku hidup,"
Aku mencoba mengeluarkan aura.
Sekarang yang terjadi adalah perang aura dingin.
Ternyata penulis salah, ada aura yang sama kuatnya dengan milik sang antagonis dalam cerita ini.
Bahkan dari matanya ada kilatan petir yang siap menyambar kapan saja.
Tak mau mempertaruhkan nyawa aku mencoba mencari celah untuk kabur dan menyelamatkan diri, lelaki ini nampaknya sudah gila.
Ia bahkan ingin membunuhku yang sudah menyelamatkan dia dari kematian, tapi hanya karena aku mengetahui identitas aslinya si psychopath ini begitu ingin secepatnya membunuhku.
Bahkan aku merasa bisa mati oleh tatapan mata biru itu.
"Oh ya, aku harap kau tidak membunuhku." ujarku asal.
"Apa yang kau bilang? Seharusnya aku menutup mulut, huhuhu Cassiopeia bantu aku melewati masalah ini dan menyelamatkan tubuhmu. Aku masih ingin hidup lama," batinku merutuki kebodohan yang baru saja dilakukan.
"Apa yang kau katakan?" tanyanya, mengernyitkan alis.
"Ayolah! Untuk kali ini saja ya?" pintaku, memelas.
"Sebenarnya cara ini terlalu parah, tapi nyawa lebih utama."
"Untuk apa?!" bentaknya.
"Karena kita sama-sama mengetahui identitas masing-masing bukankah dengan ini impas?" tutur ku.
"Impas dari mana? Tentu saja berbeda! Karena kau identitas ku terbuka!" ucapnya dengan nada tinggi.
"Jika aku tak sayang nyawa mungkin sekarang kau sudah aku cincang, tapi harus sabar. Aku ini adalah Cassiopeia, mempertahankan nyawa dalam cerita saja sulit apalagi ini. Setidaknya kita biarkan dia untuk saat ini,"
"Lepaskan aku, ya?"
Ia bergidik ngeri.
"Baiklah karena kau tak menjawab.... "
"Aku akan pergi," Setelah mengatakan itu aku langsung pergi menjauh secepatnya.
"Cih,"
"Kau beruntung untuk saat ini," gumamnya yang setelah itu beranjak bangun lalu pergi menghilang entah kemana.
•••
"Kemana perginya, Nona?"
Ava sedang celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Frando Kanan
wah....gk Tau terima ksh....hanya krn identitas terbongkar langsung ingin bunuh FMC....ckckck 😒 lbh baik gk ush tolongi jd sia2 tolongi bch idiot itu 🙄
2022-04-28
2
pensi
sangat teliti
2022-03-01
1
senja
kirain yg dibisikkan ke Ciko ttg amnesia, ternyata bukan ya
2022-01-30
1