"Bagaimana? Bukan hanya kalian 'kan yang bisa tersenyum profesional seperti ini,"
Tatapan lekat-lekat yang dilontarkan oleh mereka membuat aku merasakan hawa dingin sekaligus bertambah gugup.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah salam tadi salah? Bagaimana jika ada yang menyadarinya? Apa yang harus aku lakukan? Siapa yang bisa menolongku?" rentetan pertanyaan sudah menyerbu di kepala menuju untuk dijawab satu persatu.
"Baiklah Nona Charcraes," Suara dingin sekaligus tegas membuatku tersentak.
Susah payah menelan saliva, mendongakkan kepala memberanikan diri menatap mereka.
"Tenanglah! Sekarang aku adalah Cassiopeia Maximpratix Charcraes. Putri dari Marquess Charcraes, ini bukan masalah besar. Ingatlah! Semakin tinggi kedudukan mu semakin banyak pula musuh yang harus kau hadapi, karena itu aku harus berani." Aku mencoba men sugesti diri sendiri agar tetap tenang.
"Iya, Madam."
"Respon mu lambat ya," sindir salah seorang Madam. Aku melirik ke arah orang itu, dia sedang menutupi wajahnya menggunakan kipas kecil bercorak bunga dengan emas sebagai aksesoris tambahan.
"Maaf jika respon saya membuat Madam tak berkenan, akan tetapi karena itulah saya membutuhkan guru untuk mengajarkan saya semua yang tidak saya ketahui." balasku, ceria.
Ia terperanjat, dapat dilihat dari wajah membeku itu.
"Baiklah mari kita mulai kelasnya,"
Aku mengangkat tangan sedikit.
"Permisi, Madam."
Dia berbalik, "ada apa?"
"Bisakah saya memilih?"
Mereka diam, namun ada salah seorang yang langsung menyahut begitu saja setelah aku selesai bertanya.
"Memilih apa?"
"Memilih salah satu dari para Madam terhormat untuk menjadi guru privat saya," jawabku masih dengan senyuman cerah bak sinar matahari yang terbit pagi tadi.
"Kan tidak mungkin jika saya mengecewakan waktu berharga para Madam," ucapku,murung.
Aku beralih melihat ke arah Bapak Butler yang melihat semuanya dari kejauhan, lalu mengatakan : "Bukankah Kepala Pelayan sudah memberitahukannya?" gumamku, memiringkan kepala, bingung.
Meskipun aku terdengar seperti bergumam, namun suara yang aku keluarkan sengaja di lantangkan agar bisa didengar yang lain.
"Maafkan kelalaian saya, karena umur yang sudah menua ini keinginan Nona jadi tak dipenuhi seutuhnya dan para Madam terhormat juga kerepotan." Dengan sigap Bapak Butler itu langsung mengutarakan permintaan maaf.
"Fufufu, maafkan aku Bapak Butler. Tapi siapa yang menyuruh anda mengetahui rahasia saya,"
"Tak apa, sebuah kehormatan bisa diundang ke kediaman Marquess yang terhormat." ucap salah satu dari ke enam Madam tersebut.
"Baiklah, sekarang Nona boleh memilih." kata Madam pertama tadi.
"Terima kasih Madam Galen," Aku membungkuk memberi hormat.
Ia hanya menjawab dengan anggukan.
"Sekarang waktunya untuk rencana kedua,"
Aku mulai berjapan mengitari mereka satu persatu untuk memilih salah satu dari mereka, namun ada beberapa orang Madam yang sepertinya tak menyukai aku maupun caraku.
"Dimana ya?"
"Akh... itu dia,"
Aku berdiri tepat di depan seorang wanita berumur sekitar 20-an dan membungkuk memberi hormat ala barat.
"Salam saya kepada Lady Hashiby, semoga keberkahan dan keberuntungan selalu menyertai Lady Hashiby." Sekuat tenaga aku usahakan memberi salam se anggun dan se elegan mungkin.
"No, Nona sebaiknya anda bangun." Gelagapan ia menyuruhku untuk bangun.
"Lady, maukah Lady menjadi guru saya?" tanyaku, penuh harap.
Wajahnya terlihat terbebani, tapi aku tak kan berhenti. Karena....
"Tapi saya tak pantas, sebab masih banyak Madam terhormat yang bisa mengajari Nona." tolaknya.
Maaf, tapi aku tak bisa melepaskanmu.
"Jadi, apakah hanya Lady Hashiby saja yang dipilih Nona?"
*Perbedaan antara Lady dan Nona, Lady adalah panggilan untuk seorang wanita yang sudah melewati debutante sampai ia menikah. Sedangkan panggilan Nona berlaku untuk anak perempuan bangsawan yang masih di bawah umur, setelah pesta debutante-nya selesai ia baru bisa dipanggil Lady sesuai dengan marga keluarga.
Aku berdiam sebentar, bergulat dengan pemikiran sendiri.
"Jika Nona Charcraes menolak maka dia hanya akan menanggung malu, sebab Lady Hashiby bukanlah bangsawan kelas atas. Melainkan hanya seorang Putri dari keluarga yang sudah hancur," bisik salah seorang Madam.
Tak ada yang menanggapi gunjingan Madam tersebut sehingga membuatnya malu dan diam sendiri.
"Memang benar jika Lady Hashiby hanya seorang bangsawan biasa, Lady Hashiby adalah putri dari keluarga Count Hashiby yang waktu itu hancur, tapi mereka tak tahu kecuali semuanya sudah terjadi karena dalam sudut pandang lain berbeda lagi."
Dalam cerita asli Lady Hashiby hanyalah seorang tokoh figuran yang kehadirannya beberapa kali saja bahkan tak dibutuhkan, tapi beda lagi jika dari dalam cerita.
Beliau adalah tokoh paling penting dalam menyokong Kekaisaran ini di masa depan, bahkan namanya sudah dikenal di seluruh dunia.
Di masa depan tak ada yang tidak mengenal nama Edrea Rafisina Hashiby, seorang profesor wanita ter jenius sepanjang sejarah Kekaisaran Stannis Magna maupun di benua ini.
Ia sangat mahir dan pandai dalam segala hal kecuali berpedang, bahkan beliau pernah menjadi bunga pergaulan kelas atas dan mendapatkan gelar tertinggi di kalangan sosialita. Popularitas nya tak main-main.
Meski sekarang ia diinjak-injak, tapi beberapa tahun ke depan beliau akan bersinar lebih dari siapapun. Yah walaupun ketika tokoh utama wanita datang sinarnya tak secerah dulu lagi.
Karena beliau juga tak terikat dengan cerita asli, jadi menurutku beliaulah orang yang tepat untuk dijadikan guru.
Sedangkan Madam Madam yang hadir hari ini kelak akan menjadi tokoh pendukung untuk tokoh utama wanita yang esensinya tak bisa dianggap remeh, karena itu aku tak ingin dekat dengan mereka.
Toh aku sudah berencana menjauh dari cerita asli agar bisa selamat. Lagipula kelasku tak akan rumit karena Lady Hashiby tidak cerewet jauh berbeda dari yang lain.
•••
Pintu utama mansion Marquess Charcraes.
"Saya akan menjamu para Madam di lain kesempatan. Terima kasih sudah berkenan berkunjung ke kediaman kami,"
"Ya, saya menantikan hari itu Nona Charcraes."
Setelah mengatakan salam perpisahan mereka segera melanjukan kereta kuda menuju ke kediaman masing-masing.
"No, Nona Charcraes." panggilnya.
Aku berbalik, "Iya guru, ada apa?"jawabku, tersenyum cerah.
"Oh iya, mari guru."
"Kemana, Nona?"
"Panggil saja saya senyaman Guru,"
"Tapi Nona,"
"Kalau begitu bagaimana jika saya memanggil Guru, Guru Edrea? Dan Guru bisa memanggil saya Pia," usulku dengan senyuman bak matahari yang tak pernah tenggelam.
"Nona terlalu bersinar untuk saya," gumamnya menggunakan suara sangat kecil, hampir saja aku tak mendengarnya.
"Bagaimana ya caranya untuk menaklukkan hati orang pendiam dan pemalu? Aku harus mencari cara,"
Aku menunduk dengan wajah murung.
"Ayolah! Pikirkan apa yang disukai olehnya,"
Sebuah ide melintas di kepalaku.
"Guru!"
"I, iya, Pia."
Mataku berbinar mendengar ia memanggil namaku dengan apa yang aku inginkan.
"Pi, Pia?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ai
Gak up hari ini Queen?
2022-01-31
1
Sylvia
lanjut thor
2022-01-31
2
Ai
AI mampir
2022-01-30
1