Abel dan Felly sedang jalan ke kampus setelah tadi membeli buku yang mereka butuhkan untuk menunjang kuliah. Mereka berdua sudah seperti sahabat karib karena mengambil jurusan yang sama membuat mereka semakin dekat padahal mereka baru kenal saat masuk kuliah.
"Bel lo tau nggak semenjak lo nolak Steve dia udah jarang masuk kuliah, kasihan tuh anak kenapa ya nggak milih gue aja kan nggak bakalan gue tolak". Satu toyoran dari Abel Felly dapatkan kala mereka duduk di bangku kelas yang masih kosong.
" Aku juga kasihan tapi kamu jangan asal terima meski dia ganteng, kaya dan populer belum tentu hatinya baik". Tuturnya.
"Kenapa ya nggak ada gitu yang nembak gue padahal nih ya gue single, cantik, kaya tapi kok yang ganteng larinya ke elo semua lah sekalinya ada yang naksir gue malah gak waras". Ucapnya dengan kesal.
Felly jadi teringat salah satu mahasiswa di kampusnya yang menembak tempo hari, namun di karena penampilan lelaki itu yang kampungan juga cupu, bahkan kaca matanya saja terlihat sangat tebal jadi ia menolak.
" Udah jangan mikirin itu mikirin aja kamu mau magang dimana, aku aja sampai bingung". Abel membolak-balik buku yang tadi ia beli dan memilih ke buku dengan tema management sebagai bacaannya.
"Kok lo bingung sih bokap lo kan punya banyak perusahaan tinggal pilih aja mau magang yang dimana nggak usah susah-susah kayak gue nih bokap punya perusahaan gue tinggal bilang besoknya siap magang gampang kan ?". Tuturnya dengan mudah.
Abel menghela nafas memikirkan ia akan magang di mana, apa yang di katakan oleh Felly memang ada benarnya tapi ia juga ingin mandiri, pastinya sang papa akan memberikan tugas di luar pekerjaan anak magang.
Entah itu lebih gampang atau lebih sulit mengingat sang papa saja menyuruh ketiga anaknya untuk mengambil jurusan bisnis dengan harapan bisa meneruskan perusahaan keluarga, dan mungkin salah satu atau lebih perusahaan akan papa berikan padanya setelah lulus kuliah.
Beberapa mahasiswi yang lain masuk ke dalam kelas begitu juga dosen, Abel dan Felly menutup buku yang mereka baca dan beralih fokus pada dosen yang sedang menerangkan. Sekitar satu setengah jam mereka di dalam dan karena itu mata kuliah terakhir yang Abel ikuti hari ini jadi ia langsung pulang.
*****
Abel membanting tubuhnya ke sofa karena merasa sangat lelah dan melemparkan tasnya ke meja di depannya. Namun baru juga beberapa menit ia duduk bel rumah berbunyi. Walau malas untuk bergerak ia membuka pintu tersebut karena selalu berbunyi hingga membuatnya kesal.
Mata Abel membulat dan tubuhnya terasa kaku kala melihat orang yang bertamu tersebut, ia mengerjapkan mata dan melihat lelaki yang di hadapannya dari ujung kepala ke ujung kaki. Rasanya hampir tak percaya tapi nyata dan rasanya sangat bahagia hingga menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Nggak di suruh masuk nih ?". Tanya lelaki itu dan seketika Abel tersadar dari lamunanya dan langsung memeluk lelaki tersebut.
" Kak Exceeeeeel". Abel begitu erat memeluk Excel yang benar-benar ada di depannya, ia begitu merindukan lelaki tersebut bagitu juga Excel yang membalas pelukan Abel.
"Udah gede kamu sekarang tambah cantik juga, apa kabar kamu ?". Tanyanya kala pelukan Abel terlepas dan ia tak berhentinya tersenyum.
" Baik kak ketemu kak Excel tambah baik malah". Abel menyuruh Excel untuk masuk dan membantunya membawakan oleh-oleh yang telah di persiapkan Excel kala masih di US.
Abel memperhatikan Excel yang datang dengan kemeja lengan panjang namun ia naikkan sampai siku dan rambut yang tersisir rapi. Setelah bertemu langsung Abel seolah tersihir dengan ketampanan yang Excel miliki.
"Abel kenapa teriak sih....Excel ?". Mama Dina melihat Excel yang datang juga langsung terkejut dan memberikan pelukan untuk Excel.
" Kapan kamu pulangnya Cel ? Mami sama papi kamu ikut apa nggak ?". Tanyanya dan Excel terlihat bahagia bisa melihat mama Dina.
"Dua hari yang lalu ma aku sibuk urus ini itu jadi baru sempat ke sini". Terdengar suara mobil Alvin dan Papa Rey yang telah pulang kerja membuat mereka bertiga langsung melihat ke arah pintu, dan tentunya baik papa maupun Alvin terkejut dengan kedatangan Excel.
" Kau Excel yaampun sekarang kau sangat tinggi dulu kau seginiku". Papa memperlihatkan pinggangnya dimana dulu tinggi Excel kala masih segitu saat kecil.
"Oh iya ini aku bawa oleh-oleh untuk kalian semua, Andre mana ?". Excel tersadar kala tak melihat Andre, ia fikir Andre masih di dalam atau masih kerja dan belum pulang.
" Kamu lupa Andre kan sudah menikah jadi sekarang dia punya rumah sendiri". Jelas sang mama dan diangguki oleh Excel.
Excel membagikan mereka semua satu paper bag yang isinya macam-macam, ia sendiri yang pilih oleh-oleh itu walaupun tau jika keluarga papa Rey pasti mampu untuk membeli sendiri tapi ia tak ingin berkunjung dengan tangan kosong.
"Kirain gue dapet bule, masak oleh-olehnya bisa cari di Indonesia cariin gue bule napa ". Alvin mendapat toyoran dari papa Rey karena tak berterima kasih atas pemberian Excel dan malah minta yang aneh-aneh.
*****
Mama Dina menyuruh semuanya untuk masuk ke dalam karena sudah menyiapkan makanan walau seadanya di bantu bi Asih karena tak tau jika Excel akan datang. Kalau ia tau pastinya akan masak lebih banyak dan memasak makanan kesukaan Excel.
" Maaf ya Cel cuma ada ini, habisnya kamu nggak bilang kalau mau datang kan mama bisa masak kesukaan kamu". Excel tersenyum seraya memakan makanannya yang telah lama ia tak makan selama di luar negri.
"Ini aja udah cukup buat aku, lagian aku pengin ngasih kejutan untuk semuanya". Abel langsung cemberut ketika mengingatnya, ia sendiri sering telfonan dengan Excel tapi Excel tak memberitahu tentang kedatangannya.
" Iya nih kan kalau kak Excel kasih tau aku bisa jemput, kak Excel mah gitu tapi kak Excel di Indonesia berapa hari atau selamanya ?". Tanyanya karena sangat penasaran dalam hati Abel berharap jika Excel akan benar-benar menetap di Indonesia.
"Iya aku sekeluarga akan pindah ke Indonesia dan menetap di sini, opa suruh kami untuk pindah dan menyuruh aku untuk menggantikan mengurus perusahaan".
Mengurus perusahaan katanya dan selamanya berada di Indonesia tentu saja ia sangat senang sekali. Tiba-tiba Abel jadi punya ide, ia sedang mencari tempat magang dan Excel adalah pemimpin perusahaan, mungkinkah Tuhan mengirimkan Excel kembali agar ia bisa magang di perusahaan milik opanya Excel.
" Kak aku lagi nyari tempat magang nih kalau aku magang di perusahaan punya kak Excel gimana ? Bolehkan ?". Excel langsung tersedak mendengar Abel akan magang di perusahaannya.
Alvin merasa aneh lantaran Abel ingin magang di perusahaan yang Excel pimpin padahal perusahaan milik papa Rey banyak tinggal pilih saja mau magang dimana. Kenapa juga harus di tempatmya Excel.
"Yakin nih mau magang doang ?, kan bisa ke salah satu perusahaan punya papa". Abel jadi kesal sangat kesal dengan Alvin yang tak tau mangsud dan tujuannya.
" Iya bel kenapa mesti perusahaan milik Excel ? kan kamu bisa milih di perusahaan yang mana saja, takutnya nanti Excel jadi keberatan mesti ngajarin kamu sekaligus mimpin perusahaan". Tutur sang papa dan itu malah membuat Abel rasanya sangat kesal, kenapa juga keluarganya tidak ada yang mengerti maksudnya.
"Gak apa-apa pa, boleh kok ntar aku tanyain bagian apa yang bisa Abel masuki". Abel menggeleng dengan cepat tak setuju dengan Excel.
" Aku penginnya jadi sekertarisnya kak Excel bolehkan ? Boleh ya ?". Abel memberikan tatapan mata memohon membuat Excel jadi tak tega menolak keinginanya.
"Ya udah aku bakal ngomongin ke pihak HRD biar kamu di taruh di bagian sekertaris". Abel sangat senang bahkan senang sekali, ia bisa dekat dengan Excel dan sekaligus mencari solusi untuk tempatnya magang.
" Hari ini kak Excel nginep sini kan ?".
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak dan terlebih dulu baca novelku "Wanita Simpanan CEO".
Biar lebih faham dan nyambung karena ini novel sequelnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
puji rahayu
hooohhhhh thoooorr.😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄udh bc kok....
2021-07-15
0
Fiya Aisyara
jgn terlalu cinta takut pada akhirnya di anggap adik kan sakit😭😭😭😭😭😭
2020-11-12
7
Ermawati
mulai pdkt abel apa gak malu abel
2020-11-10
1