Abel terkejut dengan kedatangan Jennie yang tiba-tiba bahkan ia masuk tanpa mengetuk atau meminta izin terlebih dahulu. Ia bahkan kini duduk di sebelah Excel dengan tanpa rasa sungkan sama sekali padahal di sana juga ada Abel.
“Jennie kenapa datang tidak mengabari aku dulu ?”. tanya Excel dan Jennie memperlihatkan paper bag yang cukup besar seraya tersenyum.
“sengaja nggak kasih tau kamu biar kejutan kan, aku kesini mau anterin makan siang buatan aku sekalian makan bereng kamu, ini aku sempetin lo padahal nanti mau pemotretan”. Ujarnya dan Jennie menyadari kehadiran Abel di depannya juga melihat bekal yang berada di tangan Excel.
“tapi kayaknya kamu udah makan ya, percuma dong aku dateng ?”. Excel tersenyum seolah senang dengan kedatangan Jennie padahal Abel tadi sudah sangat senang karena mendengar Jennie tak akan bertemu dengan Excel sering-sering tapi baru kemarin Jennie datang ke kantor dan sekarang malah datang lagi.
“nggak percuma kok ayo kita makan bareng lagi pula juga aku baru makan sedikit, oh ya ini cobain masakannya Abel”.
Excel menyendokkan bekal yang Abel siapkan untuknya dan ia suapkan ke mulut Jennie tepat di depan Abel, mengumbar kemesraan yang membuat hatinya Abel merasa terbakar bahkan ia seolah orang ketiga yang mengganggu hubungan mereka, ia sudah seperti obat nyamuk yang tiada artinya dan tidak penting.
Bayangkan saja sudah dari fajar Abel menyiapkan bekal demi membuat Excel senang dan mendengar pujian dari Excel dan kini bekal yang sudah ia buat sepenuh hati dan penuh harap kini malah jadi ajang pamer kemesraan Excel dan Jennie.
“iya enak eh kamu cobain juga masakan aku dong”. Kini Jennie menyendok bekal yang ia bawa dan ia suapkan ke mulut Excel.
Abel melihat keatas karena merasa air matanya hendak jatuh, ia menahan sebisa mungkin air matanya dan menggigit bibir bawahnya. Terasa sangat sakit melihat kemesraan mereka berdua, bahkan ia mencoba menghilangkan rasa sedihnya dengan memakan masakannya sendiri.
Nasi goreng yang tadinya terasa enak kini rasanya hambar atau mungkin rasa sakit yang terlalu besar hingga membuatnya tak bisa merasakan apapun, walau begitu ia menyuapkan nagi goreng yang ia buat itu tanpa peduli mulutnya yang sudah penuh.
“Abel cobain ini masakknya Jennie enak lho”. Abel hanya melihat Excel yang menawarkan masakan punya Jennie dan ia terpaksa mengambil sedikit untuk menghargai Excel dan Jennie.
“Gimana enak kan ?”. Abel tersenyum seraya mengangguk tipis, padahal ia tak merasakan apapun, yang ia inginkan saat ini adalah pergi menjauh dan lari sejauh mungkin karena tak sanggup melihat kemesraan mereka.
“Abel ambilnya kok sedikit banget ambil yang banyak dong”. Kini Jennie yang menawarkan masakannya ke Abel namun Abel tolak dengan alasan sudah kenyang, padahal mengsudnya sudah kenyang melihat kemesraan mereka yang membuat hatinya sakit.
Abel melihat nasi goreng yang ia buat untuk Excel masih banyak dan hanya berkurang sedikit saja, excel lebih banyak memakan masakan punya Jennie, tidak hanya dalam hal kecantikan namun dalam hal masakan saja ia juga kalah, memang sepertinya semua percuma.
Abel menutup bekalnya dan berdiri karena sudah tak kuat lagi, bahkan mungkin jika ia masih bertahan satu detik saja air matanya sudah lolos dan mengalir deras, “aku sudah selesai, aku kembali kerja dulu permisi”.
Excel dan Jennie hanya mengangguk tanpa ada pencegahan seolah memang mau jika Abel segera pergi karena sudah menganggu mereka. Abel keluar dari ruangannya Excel namun tidak ke mejanya tapi ke toilet untuk menumpahkan segala tangisnya.
Baru juga sehari ia akan berusaha mendapatkan hati Excel tapi ia sudah kalah seperti ini, kalau begini bisakah Abel membuat Excel membatalkan pertunangan dan penikahannya dengan Jennie, sedangkan hatinya saja tak kuat menahan rasa sakit.
Abel melihat bayangannya dari cermin toilet dan membasuh wajahnya agar lebih segar, namun mata sembabnya kembali bahkan mungkin lebih terlihat karena tadi ia kembali menangis. Abel menghela nafas dan mengusap wajahnya yang basah dengan tisu seraya melihat cermin.
“Ayo bel berjuang, ini itu baru awal kamu harus kuat kalau nggak ntar kamu menyesal”.
Abel mengingat perkataan kakanya Alvin yang bilang jika ia menyerah maka ia harus siap melihat pernikahan Excel namun dengan wanita lain dan bukan dengannya. Tapi apakah harus sesulit ini bahkan sepertinya Excel dan Jennie terlihat serasi sekali.
Dengan cepat Abel menggeleng tak setuju dan membuang fikiran jika Excel dan Jennie serasi, “Tidak bel cuma kamu yang pantas buat kak Excel Cuma kamu”.
Abel kembali ke mejanya karena memang jam istirahat sudah usai, ia duduk menghela nafas sebelum kembali kerja namun di saat yang bersamaan Jennie keluar dari ruangannya Excel dengan wajah yang ceria dan sangat berbeda dengan ia yang sedih.
“aku pergi dulu ya bel dah”. Jennie pamit ke Abel seolah Abel adalah calon adik iparnya yang harus diambil hatinya agar di restui padahal Abel melihat Jennie dengan rasa tidak suka dan berharap Jennie tidak akan kembali ke kantor lagi.
“Bel ini di kerjain ya”. Bagas menaruh tumpukan banyak tumpukan berkas di mejanya, seakan pekerjaan pun tak suka jika ia senang dengannya dan lebih suka jika ia menderita.
Padahal Abel sangat tidak mood tapi kenapa kerjaan yang harus ia kerjakan sangat banyak, tidak taukah jika saat ini Abel hendak marah dan ingin memakan Jennie agar tak menganggu Excel lagi.
“Bel jangan bengong ini di kerjain”. Abel mendengus sebal ke arah Bagas yang tak menyadari kekesalannya.
“iya Bagas”. Jawab Abel dengan senyuman namun terlihat menakutkan bagi Bagas hingga membuat Bagas kembali ke mejanya dan mengerjakan pekerjaanya sendiri yang juga banyak tumpukan berkas.
*****
Abel rasanya tak mood mengerjakan tapi pekerjaan masih menumpuk, baru pagi ini ia menyetorkan pekerjaanya tapi Bagas kembali memberinya pekerjaan baru, padahal pekerjaan yang sebelumnya juga masih ada yang belum di kerjakan hingga kini banyak berkas yang kian menunpuk tinggi dan memenuhi mejanya.
“Bel di panggil tuan Excel”. Bagas yang baru saja keluar dari ruangannya Excel memanggil Abel dan mengatakan jika Excel memanggil Abel untuk masuk ke dalam.
Abel menghembuskan nafas dan manata sedikit penampilannya, entah kenapa ia sekarang sedang tak ingin ketemu Excel padahal jika ia bertemu Excel pastinya akan senang atau mungkin karena acara makan siang bertiga dengan Jennie tempo hari yang membuatnya seolah tiada semangat bekerja lagi.
“masuk”. Setelah mengetuk pintu dan terdengar jawaban dari dalam Abel melangkahkan kakinya berdiri tepat di depan meja Excel.
“Kak Excel manggil aku ?”. tanyanya.
Abel memang biasa memanggil Excel dengan sebutan kak jika sedang berdua dan akan memanggil tuan jika ada orang lain. Itupun atas permintaan dari Excel sendiri dan Abel juga menyetujuinya.
“apa kamu tau kenapa aku manggil kamu kesini ?”. Abel menggelengkan kepala, tentu saja ia tak tau tapi mengapa Excel masih tanya padahal kan hanya Excel yang tau mengapa Abel di panggil ke dalam.
“aku nyuruh kamu ke sini karena__”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Lia
Niat kamu sudah salah Abel... jangan di terusin... Exel juga gak bisa disalahkan karena dr awal menganggap km sebagai adik dan melabuhkan hatinya pada Jenni (entah bagaimana sifat Jenni nanti).... Klu memang ingin Exel tahu dengan perasaanmu, mending katakan jadi Exel tahu harus bagaimana?
2021-04-11
0
NeNk Hellen Poexa Cienta
abelll lepasin aja gih...
q pernah ngrasain gk nerima cowok karena suka sama seseorang..bahkan makan ati lihat dia pacean sama orang lain...q twtwp sia nunggu ...sampai akhirnya qt jafian cuma 1 bulan dia selingkuh sakit gak tuh..hikz hikz....tp udah masa lalu....thoorrr q jadi mengenang masa lalu ini mah
2020-10-31
8
Tri Agriani
udh ke bagas aja abel😊
2020-10-28
0