“apa kamu tau kenapa aku manggil kamu kesini ?”. Abel menggelengkan kepala, tentu saja ia tak tau tapi mengapa Excel masih tanya padahal kan hanya Excel yang tau mengapa Abel di panggil ke dalam.
“aku nyuruh kamu ke sini karena ini”. Excel memperlihatkan berkas yang Abel kerjakan tempo hari, “itu kamu yang kerjain kan ?”.
“iya itu aku yang kerjain emang kenapa yah ?”. Excel menghembuskan nafas kasar seraya memperlihatkan muka datar hingga membuat Abel merasakan jika akan terjadi sesuatu yang tidak baik dengan tatapan Excel padanya.
“ini salah dan laporan yang kamu kasih ke aku tadi pagi juga hampir semua salah”. Excel mengambil beberapa laporan dan ia taruh bersama berkas yang Abel kerjakan hingga berkas-berkas tersebut menumpuk lumayan tinggi.
“ada apa sih bel kenapa kinerja kamu turun seperti ini padahal di awal kinerja kamu bagus sekarang kenapa ? apa ada yang mengganggu fikiran kamu hingga nggak bisa konsen ?”. Abel merem*s jemarinya seraya menunduk tak berani melihat Excel.
Di marahi seperti ini walaupun denggan cara halus tapi tetap saja menyakitkan baginya, mungkin jika yang memarahinya bukan orang yang ia sayang akan lebih tidak menyakitkan hati. Bahkan rasanya ia seperti ingin menangis.
“kamu kak kamu yang ganggu fikiran aku”. Gumamnya dalam hati.
“kamu revisi dalam waktu 3 hari harus sudah selesai dan aku harap kali ini benar”. Abel laporan yang ia buat dan ia keluar dari ruangan Excel.
Rasa lelah hati membuat semuanya jadi kacau tak hanya urusan cintanya yang kacau sekarang juga masalah kerjaan. Abel menaruh laporan itu di atas mejanya dan ia duduk seraya melihat ke atas berharap ada yang bisa ia lakukan dengan benar.
Fikirannya tentang Jennie membuat tak bisa tenang dan bagaimana ia bisa membuat Excel jatuh cinta padahal rasanya seperti kembali ke titik nol. Seperti tak pernah ada yang baik diantara ia dan Excel. Ia harus bagaiamana agar bisa mendapatkan hati Excel untuk ia miliki sendiri ?.
Abel melihati laporan yang ia kerjakan dengan salah, melihat dan memikirkan Excel hanya akan membuat semuanya jadi kacau. Ia kembali merevisi kerjaanya dan berusaha fokus setidaknya ia bisa mengerjakan pekerjaanya dengan benar kali ini atau ia akan mendengar Excel marah lagi, dan tentunya itu akan menyakitkan bagi hatinya.
“semangat bel semangat”. Abel menyemangati dirinya sendiri dan mengerjakan pekerjaanya kembali.
******
Abel masih mengerjakan pekerjaanya padahal jam kerja sudah usai, revisi membuat pekerjaanya double dan ia sepertinya harus lembur, walau begitu ia sudah hampir menyelesaikan pekerjaanya setengah. Bahkan Bagas juga sudah pulang setengah jam yang lalu dan kini hanya ada Abel saja.
“Abel kamu nggak pulang ?”. Abel melihat ke sumber suara yang ternyata Excel sedang melihatinya dan membuat Abel tersadar jika Excel belum pulang juga.
“Aku lembur”. Jawabnya pelan dan kembali mengerjakan pekerjaanya, entah kenapa rasanya melihat Excel semakin lama membuat hatinya semakin tak baik dan sakit jadi ia memilih tidak melihat mata Excel secara langsung.
“jangan lembur lagipula masih ada 2 hari lagi kan ? ayo pulang”. Abel melihat jam tangannya yang pasti membuat sang supir sudah menunggunya sedari tadi, tak enak juga membuat supirnya menunggu untuk menjemputnya.
“iya”. Hanya satu kata saja sebagai jawaban dan Abel meletakkan hp dalam tas dan beranjak dari duduknya, tak menyadari jika Excel menunggunya dan masih berdiri di depan Abel.
Ia dengan menunduk berjalan di sebelah Excel mungkin hampir di belakang Excel karena tak ingin terlalu dekat dan itu membuat Excel, Excel menggenggam tangan Abel agar jalan sejajar dan itu membuat Abel senang.
“jangan jalan di belakang semua udah pada pulang”. Excel melepaskan genggamannya dan mengusap rambut Abel hingga agak berantakan.
“maaf ya tadi aku marahin kamu, mau kan maafin kakak ?”. Abel seakan kembali sedih kala Excel menganggap dirinya kakak padahal Abel tak menganggapnya kakak lagi, walau begitu ia tak ingin Excel kecewa hingga akhirnya mengangguk.
“oh ya Jennie kirim salam buat kamu”.
Abel mengepalkan tangannya, lagi dan lagi membahas Jennie entah mengapa bisakah Excel tak menyebut nama Jennie satu hari saja saat bersamanya, tak taukah ada hati yang retak setiap kali Excel menyebut nama Jennie padanya.
“nggak kirim salam balik nih ?”. Tanyanya dan Abel hanya tersenyum tipis.
“iya salam balik buat kak Jennie”. Jawabnya dengan sangat terpaksa.
Abel dan Excel masuk ke dalam lift berdua, karena jam kerja telah usai sedari tadi membuat mereka hanya berdua saja dalam lift, seketika mereka berdua tak ada obrolan seperti orang asing selama beberapa saat hingga akhirnya Excel membuka suara.
“kamu kenapa akhir-akhir ini sepertinya nggak semangat ? ada yang lagi di fikirin ?”. tanyanya.
“iya tentang cowok yang ingkar janji”. Abel segera menutup mulutnya karena keceplosan padahal ia tak ingin mengatakan itu tapi sepertinya ketidak fokusan membuatnya lepas kontrol hingga mengatakan yang ada di benaknya.
“oh jadi kamu udah punya cowok ? kok nggak di kenalin ke aku, apa karena kemarin aku nggak ngenalin Jennie ke kamu jadi ini kamu nggak mau ngenalin pacar kamu ke aku”.
Sumpah demi apapun padahal tadi Abel sudah ingin merutuki kebodohannya karena keceplosan bicara namun spertinya ia tak perlu khawatir karena walaupun di sindir secara tidak sengaja tapi Excel tak menyadari jika yang Abel mangsud adalah dirinya.
“duh adikku ternyata udah besar udah punya cowok sekarang”. Excel kembali mengusap kepala Abel, padahal jika dulu Abel akan sangat senang Excel mengusap kepalanya bahkan sampai tak peduli jika rambutnya berantakan, sekarang Abel sangat tak suka lantaran ia masih dianggap seperti anak kecil.
“aku tuh nggak punya cowok lagi pula dia udah punya cewek nggak inget juga sama aku sama janjinya”. Tuturnya dan Excel melepaskan tangannya dari kepala Abel, ia merasa tak enak hati apalagi melihat raut wajah Abel yang sama sekali tak ada bahagianya.
“maaf nggak bermangsud padahal itu cowok bakalan rugi besar karena nolak adikku yang manis ini”.
Kan lagi-lagi Abel di anggap sebagai adiknya tidak taukah jika lama-lama Abel kesal karena Excel tak sadar juga, tapi menyadarkan Excel yang ada malah membuat hubungan persaudaraan mereka rusak mengingat Excel sudah punya pacar dan sepertinya sangat mencintai Jennie.
“iya itu cowok pasti nyesel habis lupain aku dan milih yang lain, menurut kak Excel gimana caranya ngingetin cowok yang lupa sama janjinya ?”. Abel melihat ke arah Excel dengan rasa penasaran akan jawaban yang hendak Excel lontarakan karena apa yang akan Excel lontarkan membuat ia mengambil keputusan harus bagaimana nantinya bertindak.
“emang janjinya apa sih sama kamu ?”. tanya Excel balik, ini membuat Abel bingung harus mengatakannya atau tidak tapi kalau tidak di katakan takutnya nanti kesempatan lewat begitu saja.
“dia janji bakal nikahin aku”.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
jangan lupa tinggalkan jejak setelah baca.
like, komen, subsribe dan votenya di kencengin ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Yolan Zian
abel terlalu obsesi.....
2020-12-28
3
ヨーブ
nyeseek huwowww 😫😭😭😭
2020-11-11
1
ψεϊγαητ
pernah diposisi Abel😭😭😭😭😭😭😭😭😭sakiiiiit bgt sumpah😭😭😭😭😭😭
2020-11-06
3