Abel seolah tak percaya dan berusaha untuk mencerna apa yang di katakan oleh Excel. Semuanya begitu mengejutkan dan ingin sekali Abel menyuruh Excel mengatakan ulang karena ia tak percaya dan tak ingin percaya namun pegangan tangan Jennie ke tangan Excel membuatnya di paksa percaya kalau memang semua ini benar.
"Kak Excel bercanda kan ?". Tanyanya untuk memastikan dan Abel berharap ia tadi salah dengar atau Excel sedang mengerjainya, namun Excel malah menggeleng hingga membuat Abel seketika kecewa.
" Nggak bel Jennie memang pacarku dan kita akan segera tunangan setelah itu menikah, maaf nggak ngasih tau kamu selama ini rencananya aku mau beri kejutan ke kamu tapi nggak taunya kamu dan Jennie malah udah ketemu duluan".
Deg
Snut
Terasa ada petir yang menyambar dan Abel seperti bisa mendengar hatinya yang pecah. Semua begitu tiba-tiba menyesakkan dada. Apa yang selama ini ia rasanya ternyata hanyalah rasa secara sepihak saja sementara Excel dia malah mencintai wanita lain.
"Sudah waktunya makan siang ayo bel kamu ikut makan dengan kami". Abel melihat Excel yang tersenyum kearahnya seakan Excel tak pernah tau hatinya dan tak pernah tau cintanya selama ini yang begitu dalam, lalu bagaimana dengan janji mereka saat mereka kecil apakah Excel juga melupakannya ?.
" A aku kayaknya nggak enak badan kak, aku izin pulang dulu permisi". Tanpa mendengar jawaban dari Excel segera Abel mengambil tasnya pergi meninggalkan Excel yang memanggilnya dari belakang, air mata yang sedari tadi ia tahan kini tumpah.
Bahkan Abel tak peduli jika ia berlari dan beberapa kali menabrak yang lain. Abel segera menghentikan taxi yang lewat dan masuk ke dalam taxi untuk menumpahkan air matanya, ia tak peduli jika supir taxi tersebut mendengar tangisnya.
"Kita kemana neng ?". Tanya supir taxi tersebut karena Abel hanya menangis dan tak memberitahukan kemana tujuannya pergi.
" Pulang aku mau pulang hiks hiks". Jawabnya dan tambah membuat sang supir bingung lantaran ia tak tau rumahnya dimana.
"Mangsudnya alamat rumahnya neng di mana ?". Tanya supir taxi lagi.
" Jalan Cempaka nomor 12 cepet Abel mau pulang". Setelah memberitahukan dengan lengkap alamat rumah Abel segera supir taxi tersebut melajukan mobilnya.
*******
Abel memberikan uang seratus ribuan 5 lembar dan saat supir taxi tersebut bilang kelebihan dan hendak memberikan kembalian Abel malah tak peduli dan langsung turun.
"Abel kamu udah pulang ?". Abel tak menghiraukan sang mama yang menegurnya dan langsung masuk ke kamar, mengunci pintu dan menangis sejadi-jadinya seraya memukuli boneka hello kitty yang tempao hari Excel berikan sebagai oleh-oleh.
" Jahat kak Excel jahat aku benci kak Excel aku benciiii". Abel memukuli boneka tersebut dan tak peduli jika beberapa jahitan pada boneka itu lepas dan kian jelek.
"Abel ada apa kenapa kamu pulang ? Kamu sakit atau kenapa ?". Teriak mama Dina yang khawatir dengan kondisi Abel, apalagi Abel mengunci pintu hingga mama Dina tak bisa masuk ke dalam.
" Abel cuma pengin sendiri ma, jangan ganggu Abel". Abel kembali menangis dan membuang boneka tersebut ke sembarang tempat.
Abel mengambil foto Excel kala mereka masih kecil dan mencoret semua wajah Excel di foto itu. Tak merasa jika ternyata begitu banyak foto masa kecilnya yang ia pajang hingga membuatnya mencoreti semua, "Kak Excel jahaaaat".
*******
Mama Dina termenung di sofa karena bingung dengan keadaan Abel yang masih mengunci diri. Ia sangat bingung mengapa sang putri nampak aneh padahal paginya masih baik-baik saja.
"Mama kenapa ? Sakit ?". Tanya Alvin yang baru pulang kerja dan mendapati sang mama malah bengong hingga tak sadar jika ia sudah pulang.
" Nggak Vin mama cuma lagi mikirin Abel dia tadi pulang lebih cepat tapi nggak tau kenapa nggak keluar kamar dari tadi, belum makan juga apalagi kamarnya di kunci, mama jadi khawatir".
Alvin mengatakan kepada mama Dina untuk tak khawatir dan mencoba ngomong dengan Abel, ia jadi penasaran kenapa sang adik jadi seperti ini padahal tadi pagi masih bisa membuatnya sebal.
Alvin mencoba membuka kamar Abel namun benar kamarnya masih terkunci, ia lalu masuk ke kamarnya sendiri menaruh tas dan melepas jasnya. Alvin masuk ke kamarnya Abel melewati pintu yang mrnghubungkan kamar keduanya.
" Kenapa lo ?". Tanya Alvin membuat Abel terkejut lantaran Abel tak tau mengapa Alvin bisa masuk padahal pintu ia kunci.
"Dah nggak usah kaget gitu, harusnya gue yang kaget liat kamar lo kayak kapal pecah". Alvin menggelengkan kepala melihat banyak sekali tisu yang berserakan, mungkin untuk mengelap air mata Abel karena sekarang mata Abel masih sembab.
" Lo abis di marahin apa patah hati ?". Tanyanya lagi yang kini sudah duduk tepat sebelah Abel lalu membawa Abel dalam pelukannya.
"Kak emangnya aku kurang apa ? Kenapa malah cewek lain yang dia pilih kenapa bukan aku ? Kenapa kak ?". Abel kembali menangis tersedu-sedu dan Alvin mengelus kepala Abel untuk menenangkan sang adik.
" Siapa emangnya ? Excel punya cewek ?". Dugaan Alvin sangat tepat hingga membuat Abel melepaskan pelukannya dan melihat Alvin dengan tatapan penuh tanya mengapa sang kakak tau.
"Kok tau kalau yang aku suka kak Excel ?". Alvin tersenyum kala ternyata benar padahal ia asal duga, lalu ia menunjuk foto Abel dan Excel yang terdapat bekas coretan namun hanya pada muka Excel.
" Lo nggak bakalan nyimpen foto lo sama Excel pas masih bocah udah gitu banyak lagi, kalau liat Excel tuh ya muka lo kayak kang kembang berbunga gitu tapi sekarang kang kuburan surem banget". Ledeknya.
Abel baru sadar ternyata cintanya kepada Excel sangat terlihat di mata Alvin namun mengapa Excel tak bisa tau dan merasakannya. Apakah Excel memang hanya menganggapnya sebagai adik saja jadi Excel tak pernah menganggapnya sebagai seorang wanita.
"Trus aku mesti gimana kak aku suka dia sejak dulu tapi kenapa dia jahat ngelupain aku?". Alvin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, untuk urusan cewek yang lagi patah hati ia tak pandai menenangkan padahal ia sendiri tak pernah bertahan lama kalau pacaran.
" Udah deh lupain aja, mungkin emang takdir lo ama dia cuma sebatas kakak adik doang, mungkin kalian emang nggak jodoh".
Abel jadi tambah sedih dan kembali menangis dalam pelukan Alvin hingga membuat kemeja yang Alvin pakai menjadi basah. Alvin kelimpungan karena Abel tambah keras menangis ia sangat tak bisa menghadapi wanita apalagi yang tengah patah hati.
"Nggak bisa kak aku udah cinta banget ama dia nggak mungkin bisa ngelupain dia apalagi jadi adiknya, kalau gitu tuh cewek bakal jadi kakak ipar aku, aku nggak mau pokoknya nggak mau".
Kan kalau begini pusing kepala Alvin bukannya tenang malah tambah sedih apalagi sekarang kemeja Alvin bukan hanya basah karena air mata tapi juga ingus.
" Udah dong bel nih kemeja favorit gue pesennya setengah tahun baru dateng pula". Abel malah memukul punggung Alvin sebagai pengganti sansak tinju.
"Nggak pedulii aku nggak peduli aku tuh lagi sedih kak kok kak Alvin tega kayak dia kalian para cowok tuh tega, emang ya semua cowok sama aja".
Alvin mencebikkan bibir karena Abel bilang semua cowok sama saja katanya kalau begitu ia tak akan mau melihat kondisi Abel dan akan tak peduli kalau memang ia tega.
" Kalau emang udah punya cewek ya udah si relain aja". Abel meninju dada Alvin tak menghiraukan Alvin yang kesakitan.
"Nggak mau aku tuh udah terlalu sayang, perasaanku selama ini 20 tahun lebih sia-sia dong". Curhatnya.
" Ya udah kalau gitu rebut aja ".
"Eh"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Vita Zoranaya
pletak.. pletak... pyaaarrr
2021-06-23
0
Lia
Abel.... begitulah rasanya patah hati. ....
2021-04-10
0
Risma Dewi Lestari
aih Si Alvin ngajarin gak bener aja sama ade nya🤣🤣🤣🤣🤣
2021-02-12
0