Mobil yang dikendarai Satya melaju dengan lambat. Hujan yang deras disertai dengan angin kencang serta jarak pandang yang benar - benar terbatas membuat Satya harus lebih berhati - hati mengemudikan mobilnya.
Waktu yang menunjukan pukul 16.30, dimana waktunya jam pulang kantor, kali ini terasa lebih lengang. Mungkin karena hujan deras, membuat orang malas untuk pulang dan lebih memilih untuk menunggu hujan lebih reda.
“Saya kira kamu sudah pulang dari tadi, Nia...??" tanya Satya yang masih fokus dengan kemudinya.
“Saya tadi ke perpus dulu pak, ada beberapa materi yang harus saya cari.” Ucap Nia yang saat ini duduk di sampingnya.
Saat hendak pulang, Satya tidak sengaja melihat Nia yang bertabrakan dengan mahasiswa lain hingga buku-bukunya jatuh.
Satya tersenyum simpul saat mendengar umpatan Nia yang ditujukan pada mahasiswa yang menabraknya tadi. Umpatan yang bahkan tidak dihiraukan oleh mahasiswa itu.
Setelah Satya tahu Nia tidak membawa mobil, ditambah hujan turun dengan deras, Satya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.
“Sudah ketemu semua buku yang diperlukan...??” tanya Satya kembali.
“Ehm... ada satu buku yang belum ketemu sih pak. Mungkin sedang di pinjam anak lain. Jadi kayaknya saya mau beli aja.”
“Oh begitu.” Ucap Satya datar.
Satya kembali fokus mengemudikan mobilnya. Sedangkan Nia kembali terdiam menatap luar mobil.
Suasana diluar yang hujan, ditambah AC mobil yang mode on, membuat suhu di dalam mobil semakin dingin. Tapi entah mengapa Nia justru merasakan kehangatan di dadanya.
Tak bisa ia pungkiri, berada sedekat ini dengan orang yang ia cintai terasa begitu membahagiakan, meskipun Nia tahu ada tembok pembatas diantara mereka.
Nia tiba-tiba menoleh menatap Satya, saat ia tahu mobil yang dikendarai Satya tidak menuju ke rumahnya.
“Kita mau kemana, Pak...??? jangan culik saya Pak Satya." tanya Nia curiga.
Satya tertawa terbahak - bahak. " Gadis ini sangat menggemaskan." batinnya.
"Kamu benar -benar percaya diri." ucap Satya.
“Kita ke pusat perbelanjaan sebentar. Membeli buku yang kamu perlukan tadi. Saya akan menemanimu membelinya.” Jawab Satya lugas, menatap sekilas Nia dengan senyum yang mengembang.
Nia terdiam, kaget dengan perubahan sikap yang ditunjukan dosennya itu.
Tak lama berselang mobil Satya memasuki parkiran sebuah pusat perbelanjaan. Satya turun dari mobilnya diikuti dengan Nia di belakangnya.
Mereka berjalan menuju ke sebuah toko buku yang berada di dalam pusat perbelanjaan itu.
Satya yang berjalan di depan Nia mendadak berhenti. Membuat Nia yang tidak siap menabrak punggung Satya.
“Awww...” pekik Nia mengusap ujung hidungnya yang bersitatap dengan punggung besar itu.
“Makanya, kalau jalan jangan di belakang saya. Sini di sebelah, sini..!” ucap Satya menarik tangan Nia untuk berdiri sejajar dengannya.
Nia hanya mengangguk dengan menundukkan wajahnya. Andai saja Nia tidak ingat dengan wanita tempo hari itu, atau dengan Niko, pasti dia sudah melonjak kegirangan.
“Saya bukan majikan kamu, dan kamu bukan bodyguard saya. Jadi jalan di sebelah saya sini.” Pinta Satya yang lebih terkesan perintah.
Mereka berjalan berdua bersama memasuki sebuah toko buku disana.
Sesampainya di salah satu tempat favoritnya itu, Nia seakan lupa diri. Nia menjelajah dari satu rak buku ke rak buku lainnya.
Dalam waktu singkat saja, sudah ada beberapa judul buku yang ada di tangannya. Nia lupa dengan tujuan awalnya untuk membeli buku materi, bahkan dia juga lupa sejak tadi justru Satya yang mengekorinya dari belakang.
Melihat Nia yang semakin kalap, Satya pun menepuk bahu Nia.
“Sudah ketemu buku yang di cari...??” suara bariton khas Satya menggema tepat di telinga Nia.
Nia kaget sampai berjingkat, dia menepuk dahinya. Kenapa ia bisa lupa dengan buku yang ingin dia beli, bahkan lupa dengan Satya yang ada di sampingnya.
“Ehm.. maaf pak. Saya suka khilaf gini kalau masuk toko buku. Niatnya mau beli apa, malah dapetnya apa.” Nyengir Nia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ini pertama kalinya sejak “menghilangnya” Nia selama hampir 2 minggu itu, ia tersenyum tulus dan menjadi dirinya sendiri. Satya bisa merasakan itu.
“Kamu ternyata kutu buku juga ya...” lirik Satya melihat beberapa judul buku yang dibawa Nia.
“Nggak juga sih Pak... cuma membaca aja sekedar mengisi waktu luang Pak.” Senyum Nia menghiasi wajahnya.
“Tapi saya tidak mengira kamu suka buku-buku seperti ini.” Ucap Satya menunjuk buku yang dibawa Nia.
“Khalil Gibran, Shakespears, Agatha Cristie, Arthur Conan Doyle....di satu sisi menunjukan melankolis, namun di sisi lain kamu bisa sangat misterius.”
“Itu karena bapak belum mengenal saya,Pak. Andaikan bapak mau mengenal saya lebih dekat pasti bapak akan terpikat.” Jawab Nia mengedipkan satu matanya.
Namun seketika pula senyum di wajah Nia menghilang terganti oleh wajah yang sendu.
“Maaf pak, saya sudah lancang. Saya tidak bermaksud seperti itu.” Nia tertunduk menyadari ucapannya yang sudah kebablasan.
Satya yang menyadari perubahan Nia perlahan tersenyum.
Dengan sedikit menundukkan wajahnya mendekati Nia yang 10cm lebih pendek darinya. Satya melangkah perlahan ke arah Nia. Nia pun tanpa sadar melangkah mundur melihat Satya yang sedikit demi sedikit mendekat kearahnya.
“Benarkah...?? haruskah aku mengenalmu lebih dekat...??”
Wajah Satya yang begitu dekat membuat degup jantung Nia tidak beraturan. Tangannya gemetaran, dan
kepalanya semakin tertunduk.
Tiba-tiba saja....
Kruuukkk..
Kruuuuukkk..
“Ishhh... perut gak bisa diajak kompromi, malu-maluin aja...!!” batin Nia
Sontak Satya tertawa terbahak-bahak. Gadis ini benar - benar begitu menggemaskan,pikirnya. Ia merasa nyaman berada di dekatnya. Satya benar-benar telah di buat terpikat olehnya.
“Maaf pak, tadi gak sempet makan siang.” Ucap Nia tertunduk malu.
“Ayo kita cari makan dulu sebelum pulang..!! fokus boleh, tapi jangan lupa makan dan jaga kesehatan.” ajak Satya mengacak pelan ujung kepala Nia.
Setelah melakukan pembayaran di kasir, mereka kembali melangkahkan kaki mengitari pusat perbelanjaan tersebut. Memuaskan perut mereka dulu sebelum beranjak pulang.
Pilihan mereka jatuh pada salah satu restoran chinese food di sana.
“Kamu pesan apa, Nia..?? pilih saja..saya akan mentraktirmu.”
“Jangan pak, kali ini saya yang akan mentraktir bapak. Anggap sebagai rasa terimakasih karena sudah bersedia menemani saya membeli buku.”
“Oke kalau begitu, saya pesan yang mahal-mahal ya...” goda Satya tersenyum lebar.
Nia spontan membelalakkan matanya.
Satya justru tertawa terbahak – bahak melihat ekspresi Nia yang terlihat lucu di matanya.
Baru kali ini Nia melihat dosen yang masih mencuri hatinya itu tersenyum lebar, bahkan tadi yang pertama kali ia mendengar Satya tertawa terbahak-bahak.
Tanpa disadari pun semenjak tadi Nia selalu menyunggingkan senyumannya, senyuman yang selalu dirindukan Satya,senyuman yang beberapa hari ini menghilang, senyuman yang kini membuat hati Satya kembali menghangat.
Ya, Satya sudah bertekad akan merebut kembali hati Nia. Bukan, tentu saja hati Nia masih menjadi miliknya. Cinta Nia masih besar untuknya, begitu pun dengan dirinya yang kini mengakui bahwa hatinya telah terisi penuh oleh cinta Nia.
Jadi kali ini Satya bertekad untuk membuat Nia menjadi miliknya, tidak akan menyia- nyiakan kesempatan kedua yang menghampirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.Hai Readers, ini adalah karya pertama Author, mohon maaf jika masih agak kaku ya.
Jangan lupa like dan koment, supaya Author lebih bersemangat lagi dalam berkarya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments