Tin... Tin... Tin
“Nia, belum pulang..??” tanya laki-laki itu dari balik kemudi.
“Ini pak mau pulang, mau pesen taksi online dulu.” Jawab Nia.
“ Mari saya antar. Kita juga searah” tawarnya kemudian
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Nia langsung mengangguk dan masuk ke dalam mobil tersebut.
“Mobil kamu masih di bengkel..?” tanya Pak Satya memecah kesunyian.
“Sudah selesai sih pak, tapi males ngambilnya ke bengkel.”
Pak Satya hanya mengangguk lalu kembali fokus menyetir mobilnya.
Nia pun hanya diam memandang sisi jalan raya. Lalu ia menyadari bahwa mobil yang ditumpanginya berbelok ke sebuah restoran cepat saji di sisi kiri jalan. Nia menoleh kearah Pak Satya.
“Temani saya makan sebentar. Saya sudah lapar. Ada yang bilang sama saya, saya boleh fokus tapi jangan lupa makan dan jaga kesehatan.” ujar Pak Satya menjawab pertanyaan dalam hati Nia.
Nia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Namun senyuman manis jelas tersungging di bibirnya.
“Tidak apa-apa kan makan ini. Saya takut kelamaan, keburu malam” ujar pak Satya sambil menyodorkan
makanan yang dibawanya pada Nia.
Nia merasa dejavu.
“Tidak apa-apa pak. Saya suka. Terimakasih”
“Kalau bisa makan berdua sama bapak gini, apapun saya suka pak.” Batin Nia.
Nia mulai memakan ayam fast food yang ada dihadapannya. Mulai dari bagian yang paling ia suka.
“Hmmm... ini tu enak banget, pak... Seenak itu.” Nia sangat menikmati bagian kulit ayam favoritnya.
Satya tersenyum simpul melihat tingkah konyol Nia yang makan dengan memonyongkan mulutnya. Nia yang
tidak sadar diperhatikan oleh Satya sejak tadi terus melahap isi piringnya hingga habis tak bersisa.
Setelah makan malam, mobil Satya segera meluncur ke rumah Nia dan berhenti tepat di depan gerbang rumah Nia.
“Terimakasih pak...” ucap Nia sesaat sebelum turun dari mobil Satya.
“Sama-sama. Masuklah...”
Nia melangkah masuk ke dalam rumahnya dan Satya baru menjalankan mobilnya setelah Nia benar-benar menghilang dari balik pintu.
Nia naik ke kamarnya di lantai atas dan segera membersihkan tubuhnya yang gerah dan lengket karena
aktivitas seharian.
Setelah mengantarkan Nia, Satya pun segera pulang ke apartemennya. Ia segera mandi lalu mengecek
sebentar email dan tugas-tugas mahasiswanya di laptop.
Tak lama kemudian Satya merebahkan tubuhnya, bersiap untuk tidur. Sesaat sebelum matanya terpejam,
ponsel Satya berbunyi pertanda ada pesan masuk.
Satya melirik jam yang tergantung di dindingnya. Lalu mengambil ponselnya dan membaca isi pesannya.
“Sudah kuduga, pasti dia.” Gumamnya tersenyum.
Lalu kembali meletakkan ponselnya di atas nakas dan beranjak tidur, memejamkan matanya.
****
Matahari bersinar terang... seolah tersenyum senang... walau panas menyengat, kami tetap gembira....
Alarm Nia masih terus saja berdering. Hari ini hari minggu, Nia berniat bangun agak siang kali ini karena capek acara baksos kemarin.
“Nia... ayo bangun sayang...” ucap Mama Dessy sambil membuka jendela kamar lebar-lebar. Membiarkan
sejuknya udara memenuhi kamar Nia.
“Mama....” Nia sedikit terusik dengan dinginnya udara pagi, membuatnya menarik lebih tinggi selimutnya
hingga sebatas leher.
“Eeeeeeh... ayo bangun, keburu abis subuhmu, sayang...”
Mama Dessy terus saja menggoyang-goyangkan tubuh anaknya. Mau tidak mau pun akhirnya Nia bangun,
melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
“Sehabis sholat jangan tidur lagi, temani mama ke pasar pagi ini.” Ujar Mama Dessy sebelum Nia menghilang dibalik tembok.
Nia sontak menghentikan langkahnya. Menoleh cepat ke arah mamanya yang masih duduk di tepi ranjangnya.
“Kok Nia ma...?? biasanya juga sama bik Tini..” protes Nia cepat
“Bik Tini hari ini ijin pulang kampung ada urusan, Tiara udah keburu ada janji ama temen-temennya mau sepedaan pagi. Dan papamu,iiissh... kayak gak tau papamu aja, paling ogah dia diajak ke pasar. Udah buruan cepat, mama tunggu dibawah. Oke..!!” terang Mama Dessy panjang lebar. Membuat Nia tidak berkutik lagi selain menuruti titah ibu negara.
Setelah menunaikan kewajibannya, Nia bersiap menuruni anak tangga, menghampiri mamanya yang sudah menunggu di ruang tengah.
“Sudah...? ayo berangkat...! keburu siang.” Ajak Mama Dessy.
Nia mengekor mamanya dengan gontai. Niat hati ingin seharian bermalas-malasan dikamar, apalah daya pagi-pagi malah sudah jadi bodyguard ibu negara.
Mama Dessy selalu menyempatkan diri setiap minggu untuk berbelanja kebutuhan dapur ke pasar tradisional di dekat tempat tinggal mereka.
“Anak cewek itu ya, harus bisa belanja ke pasar tradisional gini Nia.. bukan bisanya ke Mall doank.. “ sindir Mama Dessy.
“Iya ma...” jawab Nia datar.
“Harus bisa masak juga. Suatu kebanggaan tersendiri kalau kamu bisa masak untuk suami dan anak kamu
nanti Nia...”
“Iya ma...” jawab Nia tanpa ekspresi.
Dan begitulah yang terjadi, obrolan itu terus berlanjut selama mereka berbelanja.
Mama Dessy menyusuri tiap sisi pasar. Memilah dan memilih bahan makanan yang akan di beli. Sayuran yang masih fresh, bumbu-bumbu dapur, berbagai ikan dan sumber protein lainnya, tak lupa juga berbagai buah.
Nia hanya mengikuti dari belakang, walau dia sesekali memperhatikan bagaimana cara mamanya memilih
bahan-bahan yang akan di belinya. Nia pun hanya “ber iya ma, iya ma saja” menanggapi komentar dari mamanya yang tak pernah putus sepanjang jalan.
Setelah menyelesaikan ritual belanjanya, mobil mereka melewati taman di dekat komplek, yang ramai dengan orang –orang yang berolahraga dan juga para pedagang makanan.
Nia yang sudah kehabisan tenaga setelah menjadi bodyguard mamanya, mengajak untuk menepi sebentar memberi makan cacing-cacing di perutnya.
“Ma, mampir makan situ bentar yuk ma... Nia udah lapar banget ini.” Rengek Nia.
“Ayok...ayok... mama juga lapar” lantas Nia menepi,memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan.
“Mau makan apa Nia...??”
“Apa ya ma, kalau lapar gini malah gak bisa mikir ma, pengen dimakan semuanya..” ujar Nia sambil
mengelus perutnya yang kelaparan, matanya tak henti melihat dan memilih tenda makan mana yang akan dipilih.
“Haa... makan itu aja yuk ma, kayaknya enak...” ujar Nia menunjuk penjual makanan bertulisan “ Nasi uduk”
Setelah memesan dua porsi nasi uduk untuk dirinya dan Mama Dessy, Nia melihat sekeliling mencari
tempat duduk yang kosong. Pandangan Nia tertuju pada kursi kosong di depan pria yang makan sendirian di pojokan.
Sejurus Nia mengambil langkah seribu menduduki kursi tersebut sebelum diserobot pengunjung lain yang memang kebetulan begitu ramai kali ini.
Nia yang duduk, kaget terdiam melihat siapa sosok laki-laki yang sedang makan dengan tenang di hadapannya.
“Pak Satya...!!” seru Nia
“Siapa, Nia...?” tanya Mama Dessy setelah berhasil menyusul Nia.
“Lho... ini nak Satya anaknya Jeng Wike kan ya..?” sambung Mama Dessy kemudian.
Satya hanya mengangguk sopan dengan makanan yang masih penuh di mulutnya.
“Nak Satya habis olahraga disini ya..??”
Dan lagi-lagi Satya hanya mengangguk sopan, karena makanan di mulutnya belum habis.
“Mama apaan siy..? orang lagi makan juga, ditanyain terus..” ujar Nia menyikut mamanya yang sejak awal justru gemas bertanya ini itu pada Satya.
“Oppss... maafin tante ya nak Satya, udah dilanjutin deh makannya.”
Satya kembali tersenyum seraya tetap melanjutkan sarapan paginya dengan santuy.
“Saya pamit dulu tante, saya masih ada urusan.” Pamit Satya setelah menghabiskan isi piringnya.
“Lho.. kok udahan..?? cepat banget... ya udah hati-hati dijalan nak Satya.”
“Baik tante, terimakasih.” Angguk Satya berpamitan pada Mama Dessy tanpa melirik Nia yang duduk di samping mamanya.
“Duuuuh dinginnya kebangetan deh, masak gue disini dikira hantu kali ya... dasar es batu..” ujar Nia setelah Satya sudah pergi dari hadapan mereka.
“Kamu lagi kesel, Nia...??” tanya Mama Dessy melihat anaknya yang uring-uringan.
“Ihhh mama... udah tahu Nia lagi kesel, masi ditanya juga..”
“Kalau kesel tu biasanya cemberut sih Nia, tapi dari tadi mama liat kamu senyum-senyum terus tuh..” goda Mama Dessy mengerling Nia.
“Mama....” Nia memanyunkan bibirnya namun dengan wajah memerah menahan malu.
Mama Dessy pun hanya tersenyum setelah memergoki anaknya yang tidak henti menatap Satya sejak awal
kedatangan mereka. Bahkan senyum pun tidak pernah luntur dari wajahnya.
“Udah yuk, ayo pulang... udah gak badmood lagi kan...??” ujar Mama Dessy seraya beranjak berdiri.
Saat ingin membayar makanannya pun Mama Dessy dan Nia kembali dikagetkan karena ternyata makanan mereka sudah dibayar oleh Satya tadi.
“Calon mantu idaman kan mam..???” celetuk Nia yang hanya diiringi senyuman oleh mamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hai Readers, ini adalah karya pertama Author, maaf jika masih agak kaku ya...
Jangan lupa like dan koment ya, supaya Author lebih bersemangat lagi dalm berkarya.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments