Satya yang berada di ruangannya tengah bersiap-siap membawa sejumlah materi menuju kelas yang diampunya. Kelas pagi yang diampu nya kini membuatnya tidak bersemangat seperti biasanya.
Kehilangan sosok Nia yang selama 2 minggu ini absen, benar- benar telah mengacaukan hati dan pikiran Satya.
Satya yang berjalan gontai menuju kelasnya, dikagetkan dengan sosok yang dirindukannya selama ini.
Bahkan tanpa ia sadari, sebuah senyuman sudah terukir indah di wajahnya.
Satya terus berjalan mendekat ke arah Nia.
Satya bahkan hanya sekedar mengangguk kepada para mahasiswa lain yang menyapanya di sepanjang koridor kampus.
“ Selamat pagi Niko... selamat pagi Nia... kamu sudah sehat...?? saya senang kamu sudah kembali masuk
kampus. Kalau kamu butuh materi yang tertinggal kemarin kamu bisa datang ke ruangan saya.” Ucap Satya dengan senyuman yang jelas terukir di sudut bibirnya.
Satya jelas melihat senyum yang juga tersungging dari bibir Nia.
“Aku benar – benar merindukan senyuman ini. Aku merindukan gadis ini.” Batin Satya.
Satya menyadari tatapan mata Niko yang terlihat tidak senang dengan dirinya. Namun Satya memilih tidak
menggubrisnya. Dia harus setidaknya sedikit berjuang hingga benar-benar tidak bisa diperjuangkan.
Satya pun melangkahkan kakinya menuju kelas yang diampu nya. Dengan Nia dan Niko yag mengekori di belakangnya.
Selama 90 menit Satyamengajar pun terasa singkat. Hatinya menghangat dengan senyuman dari Nia tadi,
bahkan selama kelas berlangsung. Sontak suasana hatinya pun ikut membaik. Ia tidak peduli lagi jika dia dianggap gila karena merebut calon tunangan orang lain, ataupun karena mencintai anak didiknya sendiri.
Cinta...??? ya, Satya memang benar-benar merasakan jatuh cinta pada gadis itu. Hatinya yang gersang dan takut untuk mencinta kembali kini bagaikan taman bunga di musim semi.
Ttokk... Ttok... Ttokk
Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Satya. Dia berharap yang datang ke ruangannya adalah Nia
yang ingin meminjam materi.
“Masuk” seru Satya dari dalam.
“ Permisi Pak Satya, saya menganggu sebentar.” Ucap wanita paruh baya seraya masuk ke ruangan Satya.
“ Silakan duduk Bu Mega, ada yang bisa saya bantu...?” Ucap Satya dengan mimik wajahnya yang datar. Dia sempat kecewa ternyata bukan Nia yang datang.
“Saya ingin menyerahkan ini,pak...” ucap Bu Mega seraya berkas kepada Pak Satya.
“Ini daftar mahasiswa yang akan praktik kerja lapangan di bawah bimbingan Pak Satya” Lanjut Bu Mega.
Pak Satya terdiam dan berpikir.
“Saya tadi kebetulan ke ruangan prodi, ingin mengambil berkas ini, karena melihat punya bapak juga,
jadi saya berinisiatif mengantarkannya kesini.” Terang Bu Mega menjawab pertanyaan dalam hati Satya.
“Oh... terimakasih Bu Mega, saya jadi tidak enak merepotkan.” Ujar Pak Satya berusaha bersikap baik.
Bu Mega, salah satu dosen yang dikenalnya ini juga sering cari-cari perhatian di depan Satya.
“ Jelas tidak donk Pak Satya, jangan seperti itu.. Saya senang bisa membantu Pak Satya.”
“Saya kembali ke ruangan saya, Pak Satya.. permisi.” Pamit Bu Mega kemudian.
“ Baik bu, terimakasih sekali lagi.” Ucap Satya seraya berdiri dan sedikit membungkukkan badannya.
Satya kembali berkutat di depan laptop, memasukkan nilai hasil dari tugasnya tadi.
Sejenak pandangannya
beralih pada kertas-kertas yang diberikan Bu Mega tadi. Dibukanya lembar demi
lembar. Ada satu nama yang dia cari. Satya terus meneliti satu demi satu kertas
yang dipegangnya itu. Bahkan jika nama yang dicarinya tidak tertera disana, dia
akan meminta secara khusus untuk menjadi dosen pembimbingnya.
Mengingat bahwa kampus
itu milik kakeknya, sudah barang tentu Satya bisa mewujudkan hal itu.
Namun sapertinya Satya
tidak harus melakukan hal itu, karena senyumnya seketika mengembang saat
menemukan nama yang ia cari tertera disana.
Ttokk... Ttokk... Ttok
“Masuk.” Kali ini Satya bersikap biasa saja.
Dia tidak ingin kecewa untuk kedua kalinya karena salah mengira orang yang akan masuk ke ruangannya.
“Selamat siang, Pak Satya.”
Satya tersenyum mendengar suara yang dinanti-nantinya sudah berada di balik pintu.
“Silakan duduk,Nia.”ujar Satya mempersilahkan Nia duduk
Nia melangkahkan kakinya, duduk berhadapan dengan Satya. Cukup lama Satya memandangi Nia, gadis yang
sudah mengacaukan hatinya belakangan ini. Nia yang menyadari Satya dari tadi menatapnya justru hanya menunduk dengan wajah yang sudah memerah menahan malu.
“Duh... jantung gue, masih aja kayak gini.... Pak Satya, sepertinya ini akan sulit. Saya memutuskan
berhenti untuk mengejar cinta bapak, bukan karena saya tidak cinta lagi, tapi saya takut akan terluka lebih dalam.” Batin Nia.
“Kamu sakit apa,Nia...?? seminggu ini tidak masuk kuliah.” Tanya Satya memecah keheningan
diantara mereka.
“Asam lambung saya kambuh,pak.” Jawab Nia masih menundukkan
kepalanya.
“Kalau diajak bicara tuh liat orangnya kali, Nia. Gak sopan lho..”
Nia mengangkat kepalanya, memberanikan diri melihat dosen yang selama ini mencuri hatinya lebih dekat.
Kedua mata mereka saling bersirobok, mengungkapkan segala isi dihati walaupun tak bersuara. Satya
tersenyum, ia melihat masih ada secercah harapan untuknya disana.
Satya pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu lagi. Tidak ingin kehilangan cintanya untuk
kesekian kali. Ia tidak ingin menyesal kembali.
“Tapi sekarang sudah baikan, kan...?? tanya Satya menyiratkan kekhawatirannya.
“Iya pak, sekarang sudah jauh lebih baik.” Jawab Nia sopan.
“Biasanya kamu yang ngingetin saya supaya jangan telat makan dan jaga kesehatan. Ini kok kamu
sendiri yang teledor sih Nia... Kalau kamu sakit, tidak ada yang bawel ngingetin saya lagi lho...” Satya mencoba menggoda Nia.
Nia pun kaget, ia tampak diam dan berpikir. Apakah Pak Satya yang sedang duduk di depannya ini
mencoba untuk menggodanya. Karena selama ini, baru pertama kali ia mendengar dosennya itu berbicara sesantai itu kepadanya.
“Maaf pak, kalau saya selama ini sudah mengganggu bapak dengan pesan-pesan yang saya kirimkan.”
“Kenapa harus minta maaf..? tujuan kamu baik, biar saya tidak sakit, kan...?? Yah, walaupun memang
awalnya saya sedikit terganggu, tapi lama-lama saya menikmatinya. Bahkan saya belakangan merasa kehilangan karena kamu sudah tidak pernah mengirim pesan lagi.”
“Apa pak...?” tanya Nia yang tidak bisa menyembunyikan kekagetannya lagi.
Satya hanya tersenyum tidak berniat menjawab pertanyaan mahasiswinya itu.
“Ini, materi yang kemarin. Kamu salin, kamu pelajari ya.” Ujar Pak Satya seraya menyodorkan USB ke meja arah Nia.
“ Terimakasih pak, saya permisi kalau begitu.” Pamit Nia beranjak dari tempat duduknya.
“Saya yang harusnya berterimakasih Nia.” Ucap Pak Satya yang justru membuat Nia kembali berpikir.
Satya hanya tersenyum melihat Nia berjalan ke arah pintu.
“Terimakasih,Nia.” Ujar Satya kembali.
Nia kembali menyunggingkan senyumnnya sebelum menghilang di balik pintu.
Sejak saat itu Satya meyakinkan dirinya sendiri untuk kembali mendapatkan cinta Nia. Cinta yang
sempat dia sia-sia kan. Atau lebih tepatnya terlalu lambat untuk menyadari perasaannya.
“Entah terlambat atau tidak, setidaknya aku harus memperjuangkan cintaku dulu, jika aku harus merasakan
sakit hati lagi, itu sudah menjadi resiko pilihanku.” Gumam Satya yakin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hai Readers, ini adalah karya pertama Author, mohon maaf jika masih agak kaku ya..
Jangan lupa like dan koment, supaya Author lebih bersemangat lagi dalam berkarya.
Terimakasih.
,
,
,
,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments