BAB 6

Matahari bersinar terang... seolah tersenyum......

Alarm pagi Nia kembali berbunyi. Berbeda dengan kemarin, hari ini Nia membuka mata dan mengawali hari

nya dengan begitu semangat. Tidak begadang lagi dan tidur larut malam lagi seperti yang sudah- sudah. Mungkin karena kemarin ia cukup bahagia dengan kedatangan Satya kerumahnya. Yah, Nia sangat bahagia dan dapat tidur dengan nyenyak.

Nia segera mengawali harinya dengan membersihkan diri lalu segera menuntaskan 2 rakaat kewajibannya

di pagi hari. Setelah membereskan kamarnya, ia membuka jendela kamarnya dan membiarkan sejuknya udara pagi memasuki kamarnya.

Nia menghirup dalam-dalam udara sejuk pagi ini.

"Hmmm... segar nyaaaa...."

Tak berselang lama Nia turun kebawah dan menyapa semua orang yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi ini.

“Pagi ma.... pagi bik Tini ...” Nia mencium pipi mama nya dengan senyum yang merekah.

“Pagi non...”

“Pagi sayang, hmmm... seger banget anak mama... “

Nia mengembangkan senyum nya. Lalu membantu Mama Dessy dan bik Tini membuat sarapan.

“Mama tunggu di meja makan aja ma... disini biar Nia ama bik tini yang mengeksekusi” pinta Nia sambil mengedipkan mata nya .

Mama Dessy tampak menautkan alisnya. Dia pikir anak gadisnya ini benar- benar aneh, terlihat begitu happy.

“Ya memang seperti inilah anak gadisku,  ceria dan periang.” Batin Mama Dessy

“Oke, mama siapin meja makannya aja kalau gitu ya...??” ucap Mama Dessy seraya melangkahkan kakinya ke

arah meja makan.

Saat Nia masih asyik bergelut di dapur dengan bik tini, mama menata meja makan. Tak lama setelahnya Pak Wijaya turun dan menyapa istrinya.

“Pagi sayang...” Pak Wijaya mengecup lembut kening istrinya.

“Pagi pa...” Mama dessy tampak sedikit membenarkan dasi suami tercintanya.

“Nia ceria banget pagi ini ma...” lirik Pak Wijaya ke arah dapur yang mendapati Nia bernyanyi kecil sambil memasak.

“Iya pa, mungkin malamnya kemarin begitu indah pa..” ucap Mama dessy sambil menerawang kejadian kemarin malam. Dimana Nia begitu terlihat bahagia saat mengetahui kedatangan Satya.

Mama Dessy juga terus memperhatikan tingkah laku anak gadisnya yang terus mengajak ngobrol Satya

dengan senyum merekah dan pandangan mata yang berbeda.

“Mungkin saja ma..”ucap Pak Wijaya.

“Ma... menurut mama anak laki-laki Pak Andrian bagaimana...???” tanya Pak Wijaya cepat. Netra nya

tampak serius menatap istrinya yang masih berdiri tepat di depannya.

Mama Dessy menatap intens raut wajah serius suaminya lantas mengajaknya duduk di kursi makan.

“Niko anak yang baik pa, kita sudah lama mengenalnya. Papa juga tahu itu kan...??”

“Papa merasa, Niko akan cocok untuk berada di keluarga kita ma...” Mama dessy masih menatap suaminya dengan beribu tanda tanya.

Tiara melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju ruang makan. Belum sampai pijakan kakinya

ke arah ruang makan, Tiara mendadak menghentikan langkahnya dan sedikit menguping pembicaraan orang tuanya.

“Papa berniat menjodohkan putri kita dengan putra Pak Andrian...”

Tiara cukup tercengang mendengar pembicaraan kedua orangtuanya. Jantung nya berdegup kencang. Bibirnya menyunggingkan senyuman lebar, namun seketika senyumnya hilang dan wajahnya menjadi sendu.

“Maksud papa...??” tanya Mama Dessy

“Ya.... papa ingin menikahkan putri kita dengan anak Pak Andrian.” Ulang Pak Wijaya menjelaskan.

“Papa...nanti pa.. nanti malam kita bicarakan ini lagi, berdua” pinta Mama Dessy serius.

Tiara memasuki ruang makan dan menduduki kursinya. Diam dan hanya menundukkan kepala.

“Pagi sayang....” sapa Mama dessy sambil mengelus ujung kepala anaknya.

Tiara hanya tersenyum datar tanpa berniat membalas sapaan mamanya.

Nia sudah selesai dengan masakannya dan mulai menyajikannya di meja makan. Mereka berempat memulai sarapan dengan hening. Tidak ada suara yang terdengar selain suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Semua orang terhanyut dengan pikirannya masing-masing.

Nia memasukkan makanan ke mulutnya tetap dengan sunggingan di bibirnya.

Tiara hanya makan sedikit lalu mengaduk-aduk sisanya. Wajahnya tetap menunduk dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Mama dessy menyendok makanan ke mulutnya sambil memperhatikan dua anak gadisnya bergantian.

Sedangkan Pak Wijaya, beliau menghabiskan sarapannya dengan berjuta pikiran di kepalanya.

“Kak, hari ini Tiara boleh nebeng lagi gak...???”  ujar Tiara memecah keheningan di ruang makan.

“Maaf ya dek, hari ini kakak gak bisa. Kelas kakak masih nanti siang, lagian mobil kakak juga masuk UGD.” Jawab Nia tersenyum kearah adiknya.

Tiara kembali menekuk wajahnya. Semakin menundukkan kepalanya. Niatnya ingin membicarakan pembicaraan orang tua mereka yang didengarnya tadi saat perjalanan ke sekolah. Tapi apalah daya...

“Ayo, berangkat sama Papa... Papa anterin”  ajak Pak Wijaya sambil beranjak dari kursinya. Pak Wijaya melangkah ke halaman depan menuju mobilnya, disusul Tiara dari belakang masih tanpa suara.

Mama Dessy mengantarkan suami dan anaknya sampai pintu depan. Setelah berpamitan keduanya masuk ke

dalam mobil dan meluncur memecah jalanan kota.

Mama Dessy kembali masuk ke dalam rumah, mendapati Nia sedang membereskan meja makan sisa sarapan

tadi. Mama Dessy masih memperhatikan Nia dengan baik.

"Jelas Nia terlihat begitu bahagia kemarin malam, tatapan matanya berbeda pada nak Satya. Bagaimana perasaannya jika Nia tahu dia dijodohkan dengan Niko...?? Memang mereka dekat sedari kecil,Nia juga tampak bahagia  jika sedang bersama Niko. Tapi aku merasa Nia memiliki perasaan khusus terhadap nak Satya, atau hanya dugaan ku saja ya...??" batin Mama Dessy.

Mama Dessy membuang kasar nafasnya. Tangan sedikit memijit pelipisnya. Ia merasa enggan jika harus

berpikir berat. Dan juga ia belum tahu alasan apa yang membuat suami nya menjodohkan putri mereka.

“Mama kenapa...??”tanya Nia memecah lamunan Mama Dessy. Nia melihat mamanya memijat pelipisnya.

“Mama sakit...??”  tanya Nia kembali

“Enggak sayang.. mama gak kenapa-kenapa. Mama naik ke kamar mama dulu ya..”

Mama Dessy berlalu dari ruang makan, masuk kedalam kamarnya di lantai atas.

Nia hanya mengganggukkan kepalanya lalu mengangkat kedua bahunya.

“Mama kenapa...hmmm entahlah” gumam Nia seraya melangkah ke ruang keluarga untuk duduk santai melihat tv.

 #######

“Nia.... ada Niko jemput kamu...” teriak Mama Dessy di ujung anak tangga sambil mendongakkan kepalanya ke atas.

“Iya ma... tunggu bentar” jawab Nia dari lantai atas.

“Tunggu bentar ya Nik, kamu duduk dulu” ujar Mama Dessy sambil mempersilahkan Niko duduk.

Tak lama kemudian Nia menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Tangan kirinya tampak membawa beberapa buku besar, sedangkan tangan kanan nya sibuk membenarkan tas nya di bahu kanan.

Niko yang melihat Nia datang reflek mendekat dan mengambil buku yang berada di tangan kiri Nia.

“Buru-buru amat, santai aja kali... gue masih disini juga” ucap Niko.

“Ma, Nia berangkat dulu ya...” ucap Nia berpamitan lalu menyalami tangan mamanya.

“Niko juga, tante...” pamit Niko juga seraya menyalami tangan Mama Dessy.

“Iya, hati- hati di jalan ya..”

“ Iya ma...”

“Assalamualaikum...”

“Walaikumsalam...”

“Ayo,Nik. Capcuss...” ajak Nia lalu menggandeng lengan Niko beranjak keluar rumah.

Mama Dessy memperhatikan dua anak remaja itu hingga menghilang dari balik pintu. Masih dengan dengan sejuta pikiran dan praduga di kepalanya.

"Tapi Niko juga anak yang baik." Batin Mama Dessy lalu melangkahkan kaki ke halaman belakang.

 “Loe kemarin kok gak telpon gue kalo mobil loe mogok..???”

Tanya Niko saat mereka mulai memecah jalanan kota.

“Awalnya gue mau telpon loe, eh pas gue mau telpon pujaan hati gue lewat doooonk...”

Niko sejenak terdiam.

“Doi menghampiri gue Nik, nanya kenapa mobil gue gitu.. terus dia juga sempet lihat-lihat mobil gue. Doi juga yang nyaranin gue telpon bengkel. Gue duduk di mobilnya sampai montir datang, Nik. Doi yang ngajak lho Nik.. sumpah, gue deg-deg an abis. Berdua ama doi doank di dalam mobilnya” jelas Nia antusias.

“Loe ngobrolin apa aja di mobil..??” tanya Niko kepo. Nada suaranya berusaha untuk biasa aja walaupun  Niko sebenarnya agak kesel juga.

“Gak ada!! orang doi cuma diam doank!!!lempeng banget mukanya hadap depan!!!”

“Hahahaha....” Niko sontak tertawa lepas.

“Mana abis itu montir datang, eeeee gue di tinggal pergi. Padahal gue uda ngarep bakalan dianterin pulang,Nik..” tambah Nia sambil menekuk wajahnya kecewa.

“Hahahaha....” Niko kembali tertawa, bahkan semakin keras. Nia mendengus kesal dan semakin menekuk wajahnya.

Akhirnya mereka sampai di parkiran kampus.  Mereka keluar dari mobil masih dengan Niko yang sesekali tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan Nia mendengus kesal. Niko bahkan tertawa sambil mengacak gemas rambut Nia, lalu berlari melesat meninggalkan Nia

Nia yang tidak terima dengan perlakuan Niko, memukuli Niko dengan tas ransel yang dibawanya, berlari menyusulnya dan terus memukulinya hingga ke dalam kelas.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat mereka sejak tadi, di sudut parkiran, dari kejauhan.

Tatapan mata yang sulit dilukiskan artinya. Entah apa yang tersirat di pikiran orang itu. Begitu tajam... dan juga dingin...

Terpopuler

Comments

A.Sihombing

A.Sihombing

wkwkw si Niko makin cemburu

2022-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!