BAB 14

Masih di hari kemarin

Ttokk... Ttok... Ttok

Nia menoleh menatap pintu kamarnya yang diketuk dari luar.

Sejak keluar dari Rumah Sakit 2 hari lalu, Nia masih enggan untuk keluar rumah bahkan kuliah. Ia lebih memilih menyendiri di dalam kamarnya.

“Masuk aja, gak dikunci.” Ujar Nia.

“Nia....!!!”  Nindya dan Ayu berhambur memeluk Nia dengan erat.

“Nia, gue kangen ama loe... kok loe bisa sakit sih, Ni..??” cerocos Nindya yang terlihat khawatir.

Ayu hanya mengangguk mengamini Nindya. Dirinya juga heran tumben-tumbennya Nia sakit, karena selama ini Nia yang kuat dan jarang sakit diantara mereka.

“Gue gakpapa kok gaes... gue baik-baik aja.. kemarin asam lambung gue kebetulan lagi naik.” Jelas Nia mencoba tersenyum di depan sahabatnya. Walaupun jelas tersirat dari wajahnya ada sesuatu yang berusaha ia tutupi.

“Kok bisa...?? loe tuh aneh... sering ngingetin orang lain buat jaga kesehatan, jangan telat makan, eeeeh gak tahu nya loe sendiri yang ambruk.” Ucap Nindya.

“Nia, loe ada masalah...??” tanya Ayu.

Nia menatap kedua sahabatnya, “Gak ada gaes.. gue baik-baik aja.”

“Yakin loe baik-baik aja Ni...??” sambung Nindya menelisik curiga.

Ayu merengkuh bahu Nia, mencoba meyakinkan bahwa ada mereka disamping Nia.

Nia menatap dalam satu persatu wajah sahabatnya, lalu menangis dalam pelukan Ayu. Menangis sekuat

tenaga menumpahkan segala emosi hatinya. Nindya yang sejak tadi hanya melihat, ikut memeluk Nia. Menangis bersama.

Nia melepaskan pelukannya, mencoba mengatur nafasnya. Menenangkan dirinya sendiri.

“Loe bisa berbagi masalah loe sama kita, Ni... meskipun mungkin kita gak bisa ngasih solusi buat loe, tapi kita siap jadi pendengar terbaik buat loe...” terang Ayu.

Nia terdiam, raut wajahnya kembali berubah, sulit untuk diartikan.

“Gue dijodohin...” ucap Nia datar.

“What...!!!!” pekik Ayu dan Nindya bersamaan.

Nia mengangguk menyakinkan kedua sahabatnya.

“Gue dijodohin bokap gue sama anak sahabatnya. Gue diminta tunangan dulu, terus nikah kalo udah lulus nanti.”  Ucap Nia lancar.

Sejenak Nia kembali terdiam. Mengatur nafasnya, dan mengatur perasaan hatinya.

“Kalian tahu sendiri kan hati dan cinta gue untuk siapa..??

“Apa kisah gue dengan Pak Satya bener-bener harus seperti ini akhirnya..?? cinta gue bahkan harus kandas sebelum berlabuh.”

“ Gue gak bisa... Gue gak sanggup.. gue gak mau....” Nia kembali menangis tersedu-sedu didepan sahabatnya.

Ayu dan Nindya tak mampu berkata-kata. Mereka berdua saja syok, apalagi dengan Nia, pikirnya.

Mereka kembali memeluk Nia, membiarkan Nia meluapkan segala emosi yang berkecamuk, mencoba menguatkan dalam diam.

Nia melepaskan kedua pelukan sahabatnya setelah beberapa saat, dan setelah kembali tenang.

“Loe kenal sama calon tunangan loe itu Nia...??” Tanya Ayu hati – hati.

Nia mengangguk pelan.

“Terus menurut loe, orangnya gimana...??” lanjutnya masih hati – hati.

Nia terdiam sejenak. menerawang kembali bagaimana sikap Niko selama ini pada dirinya, sikap yang jarang ia perhatikan.

“Dia orang yang baik. Baik sama gue, baik sama keluarga gue.” Jawab Nia dengan lebih tenang.

 “Sorry ya Ni, gue sorry banget Ni... loe gak pengen nyoba jalanin dulu aja gitu...??” ucap Nindya pelan lalu menoleh ke arah Ayu meminta dukungan.

“Gue juga sependapat Ni... gini, kita gak meragukan cinta loe buat Pak Satya. Tapi gimana dengan perasaan dia ke loe..??? masih belum jelas kan...?? sedangkan di sisi lain ada pria pilihan orang tua loe, yang sudah loe kenal dan loe juga bilang kalau dia baik sama loe dan keluarga loe. Loe coba dulu jalanin sama dia, dan loe juga bisa

menilai, dia memang layak gak gantiin posisi Satya di hati loe.”

“Loe udah berusaha selama ini untuk menarik perhatian Pak Satya, 2 tahun lebih bukan waktu yang sebentar,Ni... untuk selanjutnya loe tinggal berdoa Nia.... dan biarkan takdir yang berbicara. Kita pengen liat loe bahagia Nia, dan gue yakin loe pasti akan mendapatkan yang terbaik.” Ucap Ayu bijak.

Nia terlihat diam dan mendengarkan nasihat dari teman – temannya.

“Semua menyarankan hal yang sama. Apakah aku harus mencoba nya...?? mulai menerima Niko dan melupakan Pak Satya...??” batin Nia berdebat.

"Oh God...." Nia kembali menenggelamkan wajahnya di bantal. Hatinya masih belum bisa berdamai dengan keadaan ini. batinnya cukup bergejolak yang semakin membuat Nia ingin menjerit.

“Jangan terlalu berat mikir ya Nia.. jangan dibawa beban. Loe bisa cerita kapanpun sama gue, sama Ayu. Jangan telat makan, oke...???” pinta Nindya yang sungguh tidak tega melihat keadaan Nia sekarang yang terlihat acak – acakan dan pucat.

“Kita pulang dulu ya, Nia.... cepet sehat ya.. gue kangen liat loe yang ceria lagi.” Pamit Ayu.

“Kak... boleh Tiara  masuk..?”  ketuk Tiara dari luar kamar.

Setelah kedua teman kakaknya berpamitan pulang, Tiara ingin sedikit berbicara dengan kakaknya, memastikan keadaan kakaknya baik-baik saja.

“ Masuklah, dek. Sini...!! ujar Nia menepuk sisi ranjangnya.

“Kak...”

“hmmm...”

“ Kakak oke...??” tanya Tiara hati-hati.

“Kakak oke..” jawab Nia tersenyum.

“Kakak beneran gak mau dijodohin ama kak Niko..? kenapa kak...?” lanjut Tiara.

Nia kembali tersenyum melihat Tiara yang dengan polosnya bertanya seperti itu.

"Cinta itu emang rumit ya dek... gak bisa di tebak. Kita gak tahu kapan datangnya, kita juga gak bisa nolak pada siapa cinta memilih. Kakak gak bilang kalau Niko itu anak yang gak baik, tapi sayangnya, cinta kakak bukan untuk Niko.”  Ujar Nia

“Kakak sudah punya pacar..?” tanya Tiara semakin kepo

Nia menggeleng.

“Kakak suka sama dosen kakak. Pak Satya namanya. Sudah lama kakak menaruh hati sama dia.” Pikirannya

menerawang memikirkan kembali kekonyolan yang ia buat untuk menarik hati dan perhatian Pak Satya.

Tiara memperhatikan raut wajah kakaknya, terpancar kebahagiaan yang belakangan ini hilang dari

dirinya. Kakaknya terlihat bahagia hanya dengan menceritakan dan membayangkan pujaan hatinya itu.

“Kak Nia sepertinya benar-benar menyukai dosennya itu.” Batin Tiara

“Kak, critain lagi donk tentang Pak Satya, Tiara kepo niiiih... segitu gantengnya ya kak..?” pinta Tiara.

“He’em... dia ganteng banget, seganteng ituuu.... dosen idola kampus. Terus keliatan banget kalau Pak Satya itu suka berolahraga, badannya tinggi dan atletis gitu.”

“ Wiiiiih... keren banget pastiii...!!!”

“ Banyak mahasiswi yang ngejar – ngejar dia, ya salah satunya kakak... tapi walaupun dia idola kampus, jangan salah, dia killernya minta ampun...!! dingin abis, judes, plus cuek banget...!!! kalau ngasih tugas gak kira – kira. Apalagi kalau sampai telat masuk kelasnya dia, udah deh, nasib weekend bakalan apes seapes – apesnya.” Cerita Nia menggebu – gebu.

Mereka terus mengobrol hingga jam makan malam. Mendung yang menghiasi kamar Nia perlahan menghilang diiringi gelak tawa Tiara dan juga Nia. Nia benar-benar terhibur dengan celotehan adiknya.

“Makasih ya,dek... kamu udah ngehibur kakak.”

“Kakak bahagia, Tiara juga bahagia... Kakak sedih, Tiara juga ikut sedih kak. Yakinlah kak, cinta tidak pernah salah alamat.” Ucap Tiara bijak.

“Karena yang bisa salah alamat cuma ayu ting ting, alamat palsu..!!”  sambung Tiara.

Nia tergelak, kembali tertawa bersama.

.

.

.

.

.

.

.

.

.Hai readers, ini adalah karya pertama Author, mohon maaf jika masih agak kaku ya..

Jangan lupa like dan koment, supaya Author lebih semangat lagi dalam berkarya.

 Terimakasih.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!