BAB 12

Beberapa hari yang lalu di kediaman Pak Wijaya.

“Nia.. Tiara.. habis ini ikut papa sebentar. Papa ingin berbicara dengan kalian.”  Ujar Pak Wijaya setelah menyelesaikan makan malamnya. Beliau beranjak ke ruang tengah.

Nia dan Tiara saling berpandangan dengan mengerutkan dahinya, tumben - tumbennya papa mereka terlihat serius seperti saat ini. Seperti akan menyampaikan sesuatu hal yang begitu penting.

Dan disinilah mereka berempat. Di Ruang tengah tempat mereka biasa berkumpul. Pak Wijaya dan Mama

Dessy duduk berhadapan dengan dua anak gadis mereka.

“Tiara, bagaimana sekolahmu...??” tanya Pak Wijayamengawali pembicaraan mereka.

“Lancar pa, bagus.” jawab TIara

“Kamu sudah memikirkan mau nerusin kuliah dimana...?? kamu boleh memilih ingin kuliah dimana. Di sini

boleh, di luar negeri juga papa ijinkan.”

“Tiara belum kepikiran pa, tapi Tiara akan mulai memikirkannya.” Jawab Tiara mantab.

Pak Wijaya mengangguk lalu mengalihkan pandangannya pada putri sulungnya.

“Nia, bagaimana kuliahmu...?? lancar..??”

“So far so good, pa...”

“Sekarang sudah semester berapa..??”

“Masih 5 pa..”jawab Nia.

“Nia, papa ingin menjodohkan kamu dengan Niko. Kalian bisa tunangan dulu. Lalu menikah setelah kalian lulus.” Ujar Pak Wijaya to te point tanpa basa-basi.

Sontak saja mereka kaget. Nia, Tiara bahkan Mama Dessy juga kaget dengan penuturan Pak Wijaya.

Meskipun Mama Dessy sudah mengetaui hal ini sebelumnya, namun ia tidak menyangka jika suaminya akan to the point seperti ini.

“Tunangan...?? Niko...??” tanya Nia bingung. Ia masih belum paham dengan yang dimaksud papanya itu.

“Maksud papa apa pa..?”  tanya Nia lagi.

“Papa ingin kamu bisa bersama Niko, menikah dengan Niko. Niko anak yang baik. Dia juga temanmu dari kecil, bukan..tidak ada salahnya kalau kalian menikah.”  Jawab Pak Wijaya

“Tapi pa... Nia dan Niko hanya berteman pa... Nia juga gak ada perasaan sama Niko...” sanggah Nia dengan suara bergetar menahan tangis.

Nia memang tidak pernah menolak atau membantah perkataan papanya. Nia tidak bisa. Namun kali ini dia

berpikir untuk mengikuti hati nuraninya. Sekali saja menolak permintaan ayahnya.

“Cinta bisa tumbuh dengan sendirinya setelah kalian menikah nanti, Nak..” jawab Pak Wijaya memberi pengertian.

“ Tapi Nia sudah mencintai orang lain pa..” lirih Nia terisak.

“Kamu sudah punya pacar Nia..?” tanya Pak Wijaya kaget. Karena selama ini ia mengira anaknya belum memiliki pacar.

Nia hanya menggeleng kepala perlahan.

“Ya sudah, kamu pikirkan lagi kata-kata papa. Papa harap kamu mau dan menerima perjodohan ini. Ini masih permintaan papa, papa berharap ini tidak berubah jadi perintah.” ucap Pak Wijaya.

Nia berlalu meninggalkan ruang tengah, masih terisak memasuki kamarnya.

Tiara yang sedari diam menundukkan kepalanya berlalu menyusul kakaknya memasuki kamarnya sendiri.

Mama Dessy yang sedari tadi fokus menatap Nia, sekilas melirik Tiara yang perlahan beranjak. Meskipun sepintas, Mama Dessy yakin apa yang di lihat.

“Tiara menangis..?? mengapa Tiara menangis..?” batin Mama Dessy.

Di kamarnya Nia berusaha memejamkan matanya, namun malah berakhir dengan tangisan.

"Pak Satya... apa harus seperti ini akhirnya...??"

Airmata tak dapat dibendungnya lagi, ia menumpahkan semua kekesalan, kecewa, sakit hati dan amarahnya, ia ingin memberontak.

Nia menangis tersedu-sedu lalu sejurus kemudian terdiam. Setelah itu Nia terisak lagi lalu berteriak dalam bekapan bantalnya. Pikiran dan hatinya benar-benar kacau saat ini.

Nia berdiri menuju mejanya, mengambil laptop lalu mengirim sesuatu.

Nia kemudian kembali ke ranjangnya lalu mengambil ponselnya, mengetik sesuatu disana lalu mengirimnya.

“Selamat malam Pak Satya, tugas dari Bapak sudah saya kirimkan by email,Pak.

Terimakasih.

Ow iya pak, Jaga kesehatan ,dan jangan lupa makan pak.

Dan kalau boleh jangan lupakan saya.”

Nia

Tak lama menunggu, Nia mendapat balasan dari pesannya. Nia tersenyum sekaligus merasakan sakit di

hatinya. Nia menitikkan air mata, ia kembali terisak di dalam bantalnya.

“Benarkah kata orang-orang, bahwa cinta pertama tidak akan pernah berhasil...?” lirih Nia dalam isak tangisnya.

Entah sampai pukul berapa ia menangis, hingga ia tertidur masih dengan posisi memeluk bantalnya dan matanya yang sembab.

Ia hanya berharap bisa bertemu dengan pujaan hatinya itu di alam mimpi.

*****

Matahari sudah meninggi saat Nia membuka mata. Ia masih enggan untuk beranjak dari kasurnya. Nia

memutuskan untuk tidak masuk kuliah hari ini, kepalanya terasa begitu berat.

Pasti karena terlalu banyak menangis tadi malam,pikirnya.

Dan itu juga yang membuat matanya sembab dan bengkak.

Setelah selesai membersihkan diri, entah berapa lama, Nia melihat nampan berisi makanan di meja dekat

ranjangnya. Mungkin mamanya yang menaruhnya disitu. Ia tidak begitu peduli.

Sedikit Nia menyentuh isi piringnya hanya sekedar mengisi perutnya lalu kembali merebahkan dirinya di

atas kasur.

Bayang-bayang Pak Satya dan Niko silih berganti mengisi pikirannya.

Saat Nia masih terhanyut bersama kenangannya dengan Satya, pintu kamar di ketuk perlahan.

Nia melihat mamanya sudah berdiri di ambang pintu.

“Mama boleh masuk, Nia...?” tanya Mama Dessy lembut.

“Itu mama sudah masuk.” Jawab Nia melihat mamanya sekilas lalu merebahkan tubuhnya lagi.

Mama Dessy berjalan ke sisi ranjang, duduk menghadap punggung putrinya.

“Nia....” Mama Dessy mengusap perlahan punggung putrinya.

“Mama tahu, kamu jatuh hati sama nak Satya...” ucap Mama Dessy yakin.

Nia membalikkan tubuhnya, menatap dalam mamanya. Benar, hanya mama yang memahaminya tanpa Nia harus bersuara.

Nia memeluk mamanya, menumpahkan semua pedih dihatinya. Menumpahkan airmata yang ia pendam sendiri

Nia masih menangis sesenggukan dipangkuan mamanya. Tidak ada yang mampu diucapkan gadis itu, hatinya begitu pedih.

Saat ia letih mengejar cinta Satya, yang bahkan sampai saat ini belum menerima cintanya, Nia harus dihadapkan dengan perjodohannya dengan Niko, teman masa kecilnya.

Nia harus memupuskan cintanya yang bahkan belum berlabuh.

“Nia gak bisa,ma.... Nia gak sanggup..” ucap Nia lirih

“Apa nak Satya tahu tentang perasaanmu, Nia...?” tanya Mama Dessy, membelai halus rambut Nia..

Nia menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana kalau kamu mencobanya dulu bersama Niko...?? coba untuk menerima perjodohan ini...”

Nia tidak menjawab, ia justru menangis dan bahkan kini lebih kencang. Rasa-rasanya ia ingin

memberontak dengan semua keadaan yang ada.

Nia terus menangis hingga ia tertidur di pangkuan mamanya. Mama Dessy perlahan menidurkan Nia di

posisi yang benar lalu perlahan meninggalkan kamar anaknya.

“Bagaimana Nia, ma...?” tanya Pak Wijaya yang melihat Mama Dessy yang keluar dari kamar Nia.

Mama Dessy menggeleng kepala, menghela nafasnya dengan kasar. Ia juga lama-lama kesal dengan keputusan sepihak suaminya itu.

Meskipun Niko anak yang baik, tapi Mama Dessy menginginkan anaknya menikah dengan cinta dan kebahagiaan. Tanpa paksaan dari siapapun bahkan orangtua nya.

Dari balik pintu kamarnya, Tiara sedikit mengintip keluar kamar. Melihat raut wajah mamanya yang terlihat kesal dengan papanya.

“Kak Nia, aku tidak menyangka kakak tidak menyetujui perjodohan ini. Kukira kakak memang mempunyai perasaan untuk Kak Niko.” Batin Tiara lalu kembali masuk ke kamarnya.

.

.

.

.

.

.

.

..

Hai Readers, ini adalah karya pertama Author, mohon maaf jika masih agak kaku ya..

Jangan lupa like dan koment, supaya Author lebih bersemangat lagi dalam berkarya.

Terimakasih.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!