BAB 18

Satya merebahkan dirinya diatas ranjang, di dalam kamar yang selama 27 tahun ini ia tempati, sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen barunya.

Satya menghirup aroma kamarnya dalam – dalam. Bunda Wike masih menjaga kamarnya selalu wangi dan bersih sama seperti saat Satya masih menempatinya. Tidak ada yang berubah.

Bahkan letak semua perabotan dan segala isinya pun masih sama persis.

Setelah membersihkan diri dan menunaikan sholat maghrib yang sedikit tertinggal, Satya berniat memejamkan matanya sebentar. Namun justru Satya benar-benar terlelap hingga Bunda Wike membangunkannya untuk makan malam.

“Satya.... ayo bangun, nak...!” Bunda Wike mengelus lembut rambut Satya.

Satya menggeliat, mengerjapkan matanya beradaptasi dengan cahaya kamarnya.

“Bunda....” Satya memeluk pinggang Bundanya yang duduk di tepi ranjang.

Menghirup dalam aroma Bundanya yang selama ini selalu bisa membuatnya tenang. Dekapan hangat Bunda Wike membuat Satya begitu menyesal karena dulu pernah menentang keinginan Bunda nya untuk berpisah dengan Marsya.

Bundanya selalu tahu yang terbaik untuk anaknya, dan tidak pernah salah...!!  itulah yang Satya sadari saat ini.

“Kamu ada masalah,Satya...??”

Satya menggeleng, ia justru mempererat pelukannya.

“Bunda selalu ada buat kamu, Satya. Kami semua selalu ada disamping kamu.” Bunda Wike bisa merasakan bahwa hati anaknya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Tapi seperti inilah Satya dari dulu, selalu memendam sendiri perasaan dan masalahnya.

Bahkan dulu saat Satya terpuruk karena Marsya, ia lebih memilih terdiam menyendiri, menyimpan rapat - rapat kegalauan hatinya.

“Satya Cuma capek aja,Bun... lagi banyak kegiatan di kampus. Di tambah Ayah juga minta Satya untuk mulai belajar masalah kantor.” Kilah Satya.

“Benar karena itu...?? Ya sudah, kamu sendiri yang ingin jadi dosen kan..?? jadi kamu harus bisa membagi waktu kamu,Satya.”

“Iya bun.”

“Ayo turun, sudah waktunya makan malam. Ayah pasti sudah menunggu di bawah.” Ajak Bunda.

Satya mengangguk lalu turun ke ruang makan untuk makan malam bersama. Makan malam kali ini begitu hangat, dengan obrolan ringan di antara mereka. Sudah lama sejak terakhir kali keluarga Aryadika bisa makan malam bersama seperti ini.

“Kapan kamu akan mengenalkan calon istrimu pada kami,Satya.” Tanya Bunda Wike saat mereka berkumpul di ruang tengah.

“Bunda, itu lagi, itu lagi. Ini nih yang bikin Satya males pulang. Pasti Bunda nanyain ini.” Satya memanyunkan bibirnya, persis seperti anak kecil.

“Bunda mu ingin cepat-cepat menggendong cucu, Satya.” Timpal Pak Dika.

“ Iya Satya, teman – teman Bunda sudah banyak yang memiliki cucu lho... Mereka imut – imut, lucu... Bunda jadi iri deh..” rengek Bunda Wike.

“Jangan bilang kalau kamu masih belum bisa melupakan wanita itu...??” tanya Bunda Wike sedikit kesal.

Dari awal Satya mengenalkan Marsya kepada kedua orang tuanya, sejak saat itu pula Bunda Wike tidak merestui hubungan mereka

Bukan tanpa alasan Bunda Wike tidak menyukai Marsya. Marsya adalah seorang wanita yang cantik, siapa yang tidak ingin memiliki menantu yang cantik, hanya saja menurutnya Marsya adalah cerminan wanita yang kurang tata krama dan sopan santun.

Dan lebih daripada itu, entah mengapa feelingnya sebagai seorang ibu mengatakan bahwa Marsya tidak sebaik apa yang ia perlihatkan selama ini.

Dan benar saja, pernah suatu ketika, saat Bunda Wike sedang menghadiri perjamuan dengan teman – teman arisannya di sebuah hotel, di luar dugaan ia melihat Marsya disana dengan seorang laki – laki memasuki salah satu kamar hotel. bergelayut dengan manja di tangan laki - laki itu.

Disitulah Bunda Wike mulai curiga dan memperingatkan anaknya. Bahkan Bunda Wike dengan sengaja pernah menyewa seseorang untuk mengikuti calon menantunya itu.

Namun dengan berbagai bukti yang ditunjukan Bundanya, Satya dengan keras kepalanya masih setia berhubungan dengan Marsya. Satya saat itu seperti telah di butakan oleh cinta.

Hingga pada akhirnya Bunda Wike memilih mengalah dan merestui hubungan mereka. daripada harus selalu bertengkar dan berdebat dengan anak semata wayangnya.

Namun, doa seorang ibu pun akan selalu di dengar. Satu bulan sebelum pernikahan terlaksana, Marsya menghilang bagai di telan bumi. Membuat hidup putra nya juga bagai kehilangan arah.

Satya yang putus asa mencari Marsya, justru mendapati bahwa calon istrinya itu kabur dengan seorang laki – laki, karena tidak ingin terikat dalam suatu hubungan yang berlandaskan hukum dan agama.

“Apa sih bun.....??” rengek Satya memeluk bundanya yang selalu emosi jika menyangkut Marsya.

“Sudah, jangan mikirin dia lagi Bun.. dia kan sudah masa lalu Satya. Sudah 6 tahun yang lalu lho bunda, saat itu kan Satya masih kuliah, masih labil bun.. Satya minta maaf ya bunda... ayo Bun, Satya aja sudah move on kok. Masak bunda belum...??” ujar Satya.

“Tapi bunda lihat selama ini kamu anteng – anteng aja, Sat. Gak pernah ngenalin temen cewek kamu sama Bunda.” Kilah Bunda Wike seraya menghembuskan nafas beratnya.

Satya tersenyum teduh menatap Bunda Wike.

“Ada bun... ada satu gadis, bunda juga kenal kok, Satya yakin bunda pasti juga suka gadis itu.”jawabnya

“Nanti, Satya akan kenalin dia ke Bunda sebagai calon istri Satya, bukan sebagai teman. Untuk sekarang, Satya minta doa nya bunda dulu. Satya minta restu Ayah dan Bunda biar semuanya lancar.” Lanjutnya yakin

Raut wajah kedua orang tua Satya langsung sumringah.

Setelah sekian lama Satya menutup hatinya dan tidak menunjukan ketertarikannya pada perempuan,bahkan selalu memendam sendiri permasalahannya, baru pertama kali ini Satya memberitahu orang tuanya tentang perasaan nya dan terlihat begitu serius.

“Beneran Satya...??” tanya Bunda Wike yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Satya mengangguk yakin.

“Bunda bahagia kamu sudah bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu kamu. Bunda tentu mendoakan yang

terbaik untukmu, Satya. Pasti dan selalu. Bunda sudah tidak sabar segera ingin tahu siapa gadis yang sudah bisa mencuri hati kamu.”

Satya tersenyum penuh misteri. Namun saat ini ia masih belum ingin memberitahukan apapun tentang Nia, gadis pencuri hatinya.

Satya akan memberitahukan orang tuanya dan langsung akan melamarnya jika hubungan diantara mereka sudah pasti.

“Oke, kalau kamu sudah siap, sudah yakin, bilang Ayah. Kapanpun ayah siap bertemu kedua orangtua nya.” Jawab Pak Dika serius.

Kali ini ia berjanji, asalkan gadis itu baik dan berasal dari keluarga baik-baik, Pak Dika akan langsung menyetujui nya, tidak peduli status sosial atau pendidikannya.

“Bunda akan menunggu hari bahagia itu, nak. Semoga semuanya dilancarkan olehNya.”

“Aamiin....” seru mereka serempak.

Satya merebahkan tubuhnya kembali di kamarnya, setelah cukup lama berbincang dengan orang tuanya.

Cukup banyak yang mereka bicarakan.,mulai dari kampus, masalah kantor, masalah apartemen Satya yang baru bahkan juga tentang gadis sang pencuri hati anaknya.

Satya mulai memejamkan matanya, membayangkan bagaimana cara selanjutnya agar dia bisa lebih dekat Nia. Sampai akhirnya Satya benar-benar tertidur dalam lamunannya bersama Nia. Malam yang benar - benar indah bagi Satya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.    Hai Readers, ini adalah karya pertama Author. mohon maaf jika masih agak kaku ya.

Jangan lupa like dan koment, supaya Author lebih semangat lagi dalam berkarya.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

Erna Pujii

Erna Pujii

malam indah bagi satya mlm buruk bagi nia

2022-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!