BAB 3

“Pagi semuanya....” suara dari ujung pintu itu mengagetkan mereka bertiga.

“Anjir, kaget gue..!!! gue kira Pak Satya tau gak loe. Dasar...” Nindya benar-benar kaget. Takut kalau-kalau Pak Dosennya itu mendengar perkataan Nindya tadi.

“Apaan sih Nin..?? hai Nia, muka loe kucel banget..?? loe habis begadang...?? gak baik tau anak gadis begadang.”

“Masak siy Nik..??” Nia membuka tas nya, mencari cermin dan melihat wajahnya. Niko benar, wajahnya

terlihat sedikit pucat, mungkin karena efek begadang tadi malam

Nia memulas bibirnya dengan lip tint, agar tidak terlalu pucat. Niko memperhatikan Nia sedari tadi

yang sibuk merapikan dandannya.

Niko sahabat Nia dari kecil. Orang tua mereka bersahabat sejak lama. Membuat Niko dan Nia pun akrab

dari kecil. Niko adalah tempat Nia berkeluh kesah, selain Nindya dan Ayu pastinya. Niko juga jadi salah satu teman Nia yang dapat diandalkan.

Apalagi orang tua mereka saling mengenal. Tidak jarang orang tua Nia “menitipkan” anaknya untuk diawasi

oleh Niko. Niko senang-senang saja merasa dititipi oleh orang tua Nia, itu berarti orang tua Nia percaya padanya.

“Ehm... Pagi semuanya..”

Langkah kaki sepatu dari arah pintu membuyarkan lamunan mereka.

Segera mereka duduk dengan tenang mengikuti kelas mencekam di pagi itu.

“Pagi pak...” seru mereka kompak.

“ Oke kita mulai kelasnya. Kemarin saya cek, masih ada yang belum mengumpulkan tugasnya ya.

Jangan lupa deadline nya hari ini jam 12 siang. Jangan terlambat.”

“Wait.. wait... tugas apaan..?!! kok jam 12 sih..?? gue kok jam 9 sih..?? wah, gue dikerjain ama tuh dosen...???" Batin Nia yang kebingungan mendengar perkataan Satya.

Setelah 90 menit berada dikelas yang mencekam, akhirnya kelas pun usai. Para mahasiswa membuang nafas

mereka. Merasa terbebas dari belenggu penjara.

Lain halnya dengan Nia, Selama pelajaran berlangsung senyum selalu menghiasi wajahnya. Bahkan 90 menit

terasa singkat untuknya.

“Lah, kok udahan siy...?? cepat banget..” celetuk Nia sambil memanyunkan bibirnya. Wajahnya kembali

sendu.

“Buset deh Ni, gue udah merasa terpenjara 90 tahun..!!! loe bilang cepat banget... hadeeeeh..” Nindya

benar-benar tidak habis pikir dengan Nia.

Nia yang merasa dipelototi teman-temannya itu hanya bisa nyengir aja.

“Udah nih, kumpulin ke Pak Satya”

 Niko menyerahkan setumpuk kertas pada Nia. Sambil berlalu bersama Nindya dan Ayu kearah kantin.

“Lah kok gue...??” pekik Nia

“Emang siapa lagi Nia..?? kan elo PJ nya..emang tadi gak denger Pak Dosen ngomong apa..?? dasaaaar....!!

Gue tunggu di kantin, buruan...!!” teriak Nindya jauh di depan sana. Ayu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

Tok... tok... tok....

“Masuk”

Haduh jantung gue, tolong tenang ya..jangan keras-keras... ketahuan doi kan gak lucu.

Nia selalu saja masih deg-degan saat menemui pujaan hatinya itu. Padahal ini bukan pertama kalinya dia

masuk ke ruangan itu.

“Permisi pak..”

“Mm..”

“Ini tugasnya yang tadi pak...”

“Taruh saja disitu”  Pak Satya menunjuk meja di depannya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya.

Nia mendengus kesal. Lagi-lagi dia merasa Pak satya itu terlalu dingin dan cuek padanya.

Nia maju ke depan menaruh tumpukan kertas itu di meja Pak Satya lalu langsung pamit menuju pintu untuk keluar.

“Saya permisi pak.”

Pak satya tidak menjawab dan masih asyik fokus dengan laptopnya. Sesaat sebelum membuka pintu ruangan, Nia menoleh ke arah Pak Satya.

“Fokus bekerja boleh pak, tapi jangan sampai terlambat makan ya pak.”

Senyuman cantik nan tulus merekah di bibir Nia. Satya langsung mendongakkan wajahnya. Melihat senyumannya sekilas tepat sebelum Nia melangkah keluar ruangan.

Bibir Satya melengkung sedikit setelah Nia benar- benar menghilang dibalik pintu.

Selalu saja ia merasakan hatinya berdesir aneh saat melihat senyuman Nia, begitu hangat dan

tulus.

Namun Satya tidak ingin begitu terlarut dan memikirkan hal itu. Ia lebih memilih kembali fokus dan berkutat

lagi dengan laptopnya.

Nia celingukan setibanya di kantin. Matanya memutari isi kantin mencari keberadaan  teman-temannya. Dari jauh dia melihat Ayu melambaikan tangan padanya.

“Lama amat siy say... ngapain aja loe ama si dosen..??” cerocos Ayu sambil terus memakan siomay yang

dipesannya.

“Mau ngapain lagi emang...?? Ya ngumpulin tugas lah..!!” sahut Nia, dengan senyum-senyum sendiri.

“Loe masih menaruh hati ama dosen itu Nia..??”” tanya Kevin yang dari tadi juga bergabung bersama

mereka.

Nia hanya mengangguk sambil mulutnya sibuk memakan bakso yang ada di mangkok Niko.

“Yah... patah hati lagi dong gue.. hiks.. hiks.. hiks..” canda Kevin sedih

“Mending loe ama gue aja,Nia. Gue bakalan membahagiakan loe. Gak akan gue biarin loe bersedih apalagi

mengejar cinta yang tak pasti, karena cinta gue udah pasti buat loe.” Lanjut Kevin menggoda Nia.

“Apaan siy Vin..!Lagak Loe...” seloroh Nindya dan Ayu yang justru mencemooh kevin.

“Yeeee...kenapa emang, loe gak percaya ama gue Nia...??” tanya kevin sok bertampang sedih.

“Iya Vin, iya.. gue percaya.. tapi loe telat. cinta gue uda kepentok ama si dosen ganteng itu.” Seru Nia yang

masih saja asyik memakan bakso milik Niko.

“ Masih mau lagi baksonya...?? gue pesan ya...” tawar Niko melihat Nia begitu lahap memakan

baksonya.

“Loe pesan lagi aja, ini gue yang makan, kelamaan nunggu yang baru”

Niko hanya geleng-geleng kepala seraya berdiri lalu kembali memesan seporsi bakso.

Hubungan Nia dan Niko memang sedekat itu. Bahkan sering kedekatan diantara mereka disalah artikan

oleh orang lain.

Selain sahabat dan teman terdekat mereka, siapapun akan mengira bahwa Niko dan Nia adalah memang

sepasang kekasih.

Bahkan dulu Nia pernah dilabrak oleh teman satu kampusnya yang ternyata menaruh hati pada Niko, yang

mengira Nia adalah cewek yang tebar pesona pada Niko.

“Nia, entar malem jadi acara di rumah loe..??” tanya Niko sesaat setelah Nia menghabiskan baksonya.

“ Jadi deh kayaknya. Entar loe juga ikut kan..?? ikut ajalaaaah, ya...??? males banget gue kalo gak

ada temen ngobrol.”

“Emang ada apa Nik..??” tanya Kevin menelisik

“ Orang tua Nia ngadain acara makan malam gitu, ngundang relasi bisnisnya. Mempererat persaudaraan gitu

katanya. Bokap Nyokap gue juga diundang” jelas Niko yang akhirnya bisa menikmati baksonya sendiri.

“Orang tua kalian emang sudah sahabatan dari  dulu ya...??” tanya

Kevin

“He’em... makanya gue kenal Niko juga dari kecil. Dia sering main di rumah gue.”

Mereka bertiga hanya manggut- manggut mendengar penuturan Nia.

Tak heran jika Niko dan Nia memang sedekat itu, karena sudah berteman sejak kecil, pikir mereka.

“ Udah, ayo buruan ke kelas” ajak Niko yang baru saja menghabiskan baksonya.

Mereka pun bangkit meninggalkan kantin, dan menuju kelas selanjutnya.

Di perjalanan, sepulang dari kampus, Nia merasakan ada yang aneh dengan mobilnya, yang tiba-tiba

berjalan dengan tersendat-sendat.

Tidak Ingin terjadi hal-hal yang lebih membahayakan dirinya, Nia memilih menepikan mobilnya, di jalan yang masih belum terlalu jauh dari kampus.

Di tepi jalan yang panas, Nia menggerutu dan mendengus kesal setelah menyadari kalau mobil

miliknya lagi ngambek alias mogok.

“Duh, ngimpi apa gue semalem. Sial gini!! Kualat ama Tiara kali yak tadi pagi ngeledek motornya”

Cuaca siang ini begitu terik, keringat mengucur deras di kening Nia. Segera dia menelpon Tiara untuk

menyuruhnya pulang sendiri karena Nia tidak mungkin menjemputnya.

Sesaat setelah ia mematikan teleponnya ada mobil yg berhenti tepat di depannya.

Tin... tin... tin...

Kaca mobil itu turun perlahan. Nia menundukkan wajahnya. Melihat siapa gerangan orang di dalam mobil

itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.Hai Reader yang baik hati, ini adalah karya pertama Author, maaf jika masih agak kaku ya..

Jangan lupa like dan koment supaya author lebih semangat lagi dalam berkarya. Terimakasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!