Matahari belum sepenuhnya menampakkan diri, tapi Satya sudah bangun dari tidurnya.
Membersihkan diri lalu menunaikan 2 rekaat kewajibannya.
Karena jadwalnya mengajar siang sampai sore hari, Satya masih memiliki beberapa waktu luang di pagi hari. Rencananya ia hendak sedikit berolahraga di pusat kebugaran di lantai dasar apartemennya.
Tak butuh waktu yang lama setelah 1 jam berolahraga, Satya kembali naik ke apartemennya. Masih
dengan keringat yang mengucur di seluruh tubuhnya, Ia langsung melihat ponselnya yang tertinggal di atas nakas.
Terdapat beberapa pesan grup kampus dan juga pesan dari salah satu staf sekretaris ayahnya. Satya hanya
membacanya tanpa berniat membacanya.
Saat melihat satu demi satu pesan yang masuk, netranya melihat satu nama yang chatnya beberapa hari
ini senyap, berbeda dari malam – malam kemarin.
“Ini hari ke 5. Mungkinkah dia sudah bosan...??” gumam Satya.
Satya merasa hari – harinya lebih tenang karena tidak mendapatkan lagi pesan – pesan aneh dari anak
didiknya itu.
Waktu terus bergulir, hari – hari Satya masih disibukkan dengan seputaran kampus dan perusahaan ayahnya.
Ia tampak biasa saja, sama seperti hari-hari sebelumnya. Predikat dosen killer pun masih tetap melekat di dirinya.
Namun sudah hampir 2 minggu ini, ia merasakan ada yang kosong di sudut hatinya.
Tidak ada lagi pesan – pesan aneh yang menganggunya tiap malam. Bukan pesan yang aneh sebenarnya, tapi hanya gadis itu yang berani mengiriminya pesan seperti itu.selalu mengingatkan dirinya untuk menjaga pola makan dan kesehatan.
“Why...?? kenapa aku mulai memikirkan anak itu.” Gumam Satya.
Lamunannya kembali menerawang tentang kenangannya bersama gadis itu. Segala tingkah konyolnya, segala pesan-pesan anehnya dan semua kebetuan yang terjadi diantara mereka.
Satya membuyarkan lamunannya, lalu melirik arlojinya.
“Huuuuft.... gara-gara gadis itu, aku terlambat mengajar.” Kesal Satya.
Satya melangkahkan kakinya cepat menuju kelas yang diampu nya. Satya yang tidak pernah mentolerir
keterlambatan mahasiswanya, kini justru dia yang terlambat menghadiri kelasnya, walaupun itu hanya 10 menit.
“Ehem.. Selamat Pagi semua nya... Maaf saya agak sedikit terlambat karena ada sedikit urusan tadi.”
“Mari kita mulai pelajarannya. Ada yang tidak masuk hari ini..??” tanya Satya mengawali kelasnya.
“ Nia masih belum masuk pak.” Jawab Nindya lugas
Satya mendongakkan kepalanya, menatap kursi kosong di sebelah Nindya, kursi yang selalu diduduki Nia.
“ Gadis itu, aku merindukannya....” batin Satya.
“Oke... sekarang kita masuk bab 3.. silahkan buka bukunya.” Sambung Satya melanjutkan kelasnya.
*****
Sore harinya di Sunset Cafe.
“ Hai Vin... uda lama..?? mana Niko..?” tanya ayu yang melihat kevin seorang diri.
“ Gue barusan sampe sih, tau tuh si Niko. Tadi habis kelas langsung ngilang aja.” Kevin mendengus kesal.
Akhir-akhir ini temannya itu susah sekali diajak nongkrong.
“Eh, Nia masih sakit..? masih belum masuk tu anak..?” tanya Kevin
“He’em.. kayaknya bakalan lama deh tu anak sembuhnya.” Jawab Nindya.
“Maksud loe, Nin..? Nia sakit parah..?? udah hampir 2 minggu lho dia sakit. sakit apa sih Nia..?? kemarin kalian kerumahnya kan..?? udah dibawa ke Rumah Sakit kan..??” tanya Kevin khawatir.
Ayu menghela nafasnya, wajahnya terlihat sendu.
“Hatinya yang sakit, Vin... Nia dijodohin..!!” jawab Ayu..
Kevin benar-benar kaget sampe tidak bisa menutup mulutnya.
Bagai petir menyambar, laki-laki yang duduk di meja sebelah membelakangi mereka, juga terkejut.
“Nia... dijodohkan...???" batinnya.
Laki-laki itu yang tak lain adalah Satya semakin memasang telinganya mendengar percakapan sahabat Nia tersebut.
“Nia baru cerita kemarin waktu kita kesana. Dia cerita kalau dia dijodohin sama anak sahabat bokapnya.” Kata Ayu.
“Terus Nia gimana..??”
“Yang pasti Nia hancur Vin... sampe dia gak doyan makan juga terus kebawa ke kesehatannya dia. Sempet
masuk RS juga tuh anak gara-gara asam lambungnya kumat.” Lanjut Ayu.
“Terus.. terus.. yang masalah perjodohan itu...??” selidik Kevin yang masih penasaran.
“Katanya siy dia nolak,vin. Secara kita tahu ya, hatinya udah terpatri ama Pak Dosen. Tapi ya gak tahu lagi siy... Nia bilang dia mau nyerah aja, dia gak yakin bisa nentang keinginan orang tuanya. Lagian juga cinta nya ama Pak Dosen kan bertepuk sebelah tangan.” Ujar Ayu yang tidak sengaja melihat laki-laki yang duduk di belakang Kevin.
Ia merasa kenal dengan postur tubuh itu.
Deg
Jantung Satya berdegup kencang mendengar perkataan Ayu. Namun dia tetap fokus memasang telinga, mendengar percakapan selanjutnya.
“Kasihan Nia... Padahal udah dari awal masuk kuliah tuh anak jatuh cinta setengah mati ama tuh dosen.
Gue sendiri juga heran, betah loe dia ngejar – ngejar Pak Satya. Sedangkan Pak Satya, ngerti aja enggak, peka aja enggak...” ujar Nindya.
“ Bukan gak peka,Nin. Emang Pak dosennya aja yang gak suka sama Nia. Gak ada rasa. Gitu aja Nia gak paham sih... capek-capek ngejar tu dosen mulu.” Seloroh Kevin.
“Mungkin bukan gak suka, Vin. Tapi mungkin belum menyadari perasaannya.” Ujar Ayu tersenyum penuh
arti dengan suara yang sengaja di lantangkan.
“Benerkan kata gue kan...?? gak peka... ntar kalo terlambat nyesel, nyesel deh..” timpal Nindya.
“Tapi kalian tahu siapa yang dijodohin ama Nia...??” tanya Kevin.
Ayu dan Nindya serempak menggeleng.
“Gue cuma pengen tahu, lebih ganteng gue atau tuh orang.” Celetuk Kevin.
“Huuuu... Dasar loe...!!”
Satya cukup lama duduk terdiam di cafe itu. Niat hati yang ingin melepas penat dengan menikmati suasana cafe di sore hari, justru ia mendapati kabar yang membuat hatinya lebih tidak karuan.
Satya tahu dan justru sangat tahu, jika Nia memiliki perasaan lebih kepada dirinya. Ia tahu bahwa selama ini Nia menyukainya dan mengejar cintanya. Dia tidak cukup bodoh untuk menyadari hal itu.
Tapi untuk perasaannya sendiri...
Ia merasa mulai terbiasa dengan tingkah konyolnya, ia mulai terbiasa dengan pesan-pesan aneh setiap malamnnya.
“Nia dijodohkan...?? kenapa aku merasa sangat marah...?? aku tidak terima, aku kecewa, aku sedih, tapi aku juga takut dan merasa bersalah.”
“Oh God.... sebenarnya aku kenapa...???”
*****
Ayu, Nindya, dan Kevin masih duduk-duduk santai di kantin. Menunggu kelas selanjutnya dimulai.
“Mana Nia..??katanya mau ngampus hari ini..?” tanya Kevin pada dua gadis didepannya.
“Tunggu aja bentar... Loe kangen banget ya emang...?” goda Ayu yang sejak tadi melihat Kevin gelisah menunggu kedatangan Nia.
“Nah.. tuh anaknya datang...” ujar Nindya menunjuk Nia yang berjalan gontai ke arah mereka.
“Nia... gue kangeeeeen” seru Ayu sambil memeluk Nia. Disusul oleh Nindya.
“Gue juga ikutaaan..peluuuuk” rengek Kevin.
Mereka bertiga menoleh ke arah kevin, tergelak bersama melihat wajah lucu kevin.
“Sini Ni, duduk sini...” Ujar Ayu sedikit bergeser memberi tempat untuk Nia.
“Ya ampun, Ni... loe pucat banget siy... loe beneran uda gak pa-pa..?? uda makan belum..?? mau makan
apa gue pesenin yah..” cerocos Nindya yang khawatir melihat kondisi sahabatnya itu.
“Gue uda mendingan kok gaes, gue uda sehat.. thanks ya.” Jawab Nia dengan memaksakan senyumnya.
“Nia, kata Nindya ama Ayu, loe dijodohin ya..??” tanya Kevin to the point.
Nia terdiam. Raut wajahnya yang tadi sempat ceria kini kembali murung.
“ Beneran Nia...?” tanya Kevin penasaran karena belum mendapat jawaban langsung dari Nia.
Belum sempat Nia menjawab keingintahuan temannya itu, Niko sudah berdiri disamping Nia, menarik dan menggenggam tangan Nia untuk berdiri mengikutinya.
“Ikut gue bentar Ni... Gue pengen ngomong bentar.” Pinta Niko mengajak Nia berlalu dari hadapan teman-temannya.
Niko masih menggandeng tangan Nia, mengajaknya ke taman kampus. Nia hanya terdiam seribu bahasa. Entah bagaimana ia harus bersikap di depan Niko, ia juga tidak tahu.
Satya yang kebetulan melewati area taman melihat Nia dan Niko duduk berdua dibawah pohon rindang dengan tangan Niko yang masih menggenggam tangan Nia.
Satya memberanikan melangkah ke arah mereka. Duduk dibalik pohon yang tidak terlalu jauh dan masih bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
“Mungkin aku sudah benar-benar gila...!!” gumam Satya pada dirinya sendiri.
“Nia... please.. tolong.. jangan hindarin gue...” ujar Niko dengan wajah memelasnya.
Nia masih mengatupkan mulutnya rapat-rapatnya. Ia masih bingung bagaimana harus bersikap.
“Gue harus gimana biar loe bisa balik kayak dulu lagi..?” tanya Niko lagi.
Nia menghela nafasnya. Membuangnya kasar. Sejurus menatap dalam mata Niko. Sahabat dan teman masa kecilnya. Sahabat yang selama ini selalu ada untuknya, dan selalu baik padanya.
“Nik... gue gak bisa.. gue gak sanggup... Sorry Nik...” lirih Nia menundukkan wajahnya.
“Loe tahu siapa yang selama ini ada di hati gue.. meskipun belum tentu gue ada dihati dia, tapi cinta gue masih besar untuk dia, Nik..” terang Nia dengan terisak-isak.
“ Jangan nangis Ni... gue gak bisa lihat loe nangis...” bujuk Niko
“Kenapa loe mau nerima perjodohan ini Niko...??” tanya Nia
Niko menghela nafasnya, menggenggam tangan Nia. Menatapnya tulus.
“Kalau loe ada alasan untuk menolaknya, gue juga ada alasan untuk menerimanya,Nia...” ujar Niko
Deg...
Satya sontak menoleh ke belakang, ia menyadari bahwa Niko memiliki perasaan untuk Nia.
Tangis Nia makin menjadi mendengar pengakuan Niko. Dia hanya bisa menangis dan menutupi wajahnya. Lalu berdiri meninggalkan Niko.
“Loe mau kemana,Ni..??” tanya Niko khawatir
“Gue mau pulang” jawab Nia datar.
“Gue anter” pangkas Niko cepat berjalan mendahului Nia.
Nia hanya bisa berjalan mengikuti Niko dari belakang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai Readers, ini adalah karya pertama Author, mohon maaf jika masih agak kaku ya..
Jangan lupa like dan koment, supaya Author lebih bersemangat dalam berkarya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments