BAB 4

Tin... tin.. tin...

“Nia.. ada apa...???” tanya pria itu dari dalam mobil.

Nia yang hendak menelpon sahabatnya untuk dimintai tolong, lantas mengurungkan niatnya.

“Eh.. Pak.. ini mobil saya ngambek deh kayaknya. Gak tau kenapa.”

Nia yang sudah kepanasan sedari tadi tanpa sadar menjawab pertanyaan Dosen gantengnya dengan bibir

manyun.

“Bapak baru pulang pak..?? tanya Nia kali ini dengan senyum manis di bibirnya.

“Senyuman ini lagi.” Batin Satya

Satya lantas keluar dari mobilnya, setelah menepikannya tak jauh dari mobil Nia.

Melihat keadaan mobil Nia sejenak. Lalu bergumam sendiri

Lantas membuka kap mobil nia masih tetap dalam diam nya.

“Ya ampun.. ini dosen kenapa ganteng banget.... yaah, meskipun dingin abis”

Walaupun suara Nia amat pelan menurutnya, namun Satya masih bisa mendengarnya dengan jelas dari balik

kap mobil.

Tanpa sadar pun Satya menyunggingkan senyuman tipisnya dari balik kap mobil Nia.

Segera dia menutup kap mobilnya lalu menghampiri Nia.

“Lebih baik kamu telpon bengkel dan meminta mobilmu untuk di derek”

Nia hanya manggut-manggut saja. Dirinya benar-benar sudah terpesona dengan dosen rupawan yang berdiri di hadapannya.

“Dari dekat gini keliatan 1000x lebih ganteng ...!!” batin Nia.

“Nia...?? kamu baik-baik saja...??” tanya Satya yang tidak segera mendengar jawaban dari Nia, dan justru mendapatinya masih diam terbengong.

“B...baik pak...” ucap Nia tersadar dari lamunannya.

“Mari, kita tunggu di dalam mobil saya”

Nia hanya melongo melihat Satya  berlalu menuju mobilnya lalu membukakan pintu untuk Nia.

Nia yang masih berdiri mematung tersentak dengan suara dosennya.

“Kamu mau kepanasan disitu??”

Tanpa banyak suara Nia segera mengikuti Satya masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, benar-benar sunyi sepi hening. Tidak ada yang mengeluarkan satu patah kata pun.

Satya menatap lurus ke depan. Sedangkan Nia memilih membuang mukanya ke arah samping mobil.

“Duh jantung gue.. jantung gue... sumpah gak aman nih jantung gue... please jangan kencang-kencang

napa... duh Pak Satya kenapa diem doang siy. Bingung kan gue harus ngapain.” Batin Nia yang salah tingkah sendiri.

“Ehem.. Pak Satya, maaf... Boleh gak AC nya dinyalakan, saya gerah pak.”

Pinta Nia bermaksud mencairkan suasana.

“Mm”

Lantas Satya menyalakan AC mobilnya sembari tetap diam dan menatap lurus ke depan.

“Ampun deh benar-benar nih dosen... cuek banget sih... tapi juga gemesin banget... pengen gue masukin karung, gue bawa pulang deh.” Batin Nia

Cukup lama mereka terdiam di dalam mobil. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga pada

akhirnya mobil derek yang ditunggu pun tiba.

Nia keluar dari dalam mobil lalu disusul Satya.

Setelah sedikit berbincang dengan montir. Disepakati bahwa mobil Nia akan di derek ke bengkel.

“Nia, maaf saya harus pergi duluan. Saya ada urusan penting.”

Pamit Satya tiba-tiba.

Nia hanya melongo tercengang. Karena pikirnya habis ini Satya akan memberinya tumpangan untuk

pulang. Tapi ternyata Satya benar- benar meninggalkan dirinya di tepi jalan sendirian.

“...ku ajak kau melayang tinggi, dan ku hempaskan ke bumi...” batin Nia bersenandung.

“Eh,, iya pak.. terimakasih Pak Satya, sudah menemani saya. Hati-hati di jalan Pak Satya”

Nia melambaikan tangannya dengan senyum manis yang mengembang di bibirnya pada Pak Satya, yang

bergerak menjauh memasuki mobilnya yang terparkir di depan sana.

"Ya ampun tuh dosen ya.. benar-benar ....mau marah juga gak bisa, mau kesel juga gak sanggup, gimana dong pak... saya udah terlanjur cinta sama bapak...."

Satya  melajukan mobilnya meninggalkan sendirian di tepi jalan. Bukan niat hatinya untuk seperti itu, hanya saja sejak tadi Bundanya sudah berkali-kali menelponnya untuk segera pulang.

Dan Satya pikir, Nia bukanlah anak kecil yang tidak bisa pulang sendiri dan harus ia antar pulang.

Butuh waktu lebih dari 30 menit untuk Satya bisa sampai di rumah kedua orang tua. Jaraknya memang

cukup jauh dari kampus.

Maka dari itu, sejak beberapa bulan yang lalu Satya memilih untuk tinggal di apartemen yang baru

dibelinya. Apartemen yang jaraknya lebih dekat ke kampus dan juga ke perusahaan ayahnya.

“ Assalamu’alaikum bun...” sapa Satya yang melihat Bunda nya sedang duduk manis di depan tv.

“Walaikumsalam... Satya, kamu sudah datang...?? sini nak, duduk temenin Bunda...” pintanya

menepuk tempat kosong disisinya.

“Lho Bun... kok malah lihat TV...??”

“Kenapa memangnya Sat...??” tanya Bundanya santai.

“Dari tadi pagi Bunda heboh nelpon Satya, kirain Satya ada apa...??”

“Memangnya Bunda harus kenapa-napa dulu baru boleh telpon kamu...??” tanya Bundanya sengit.

Satya menghela nafasnya, duduk tepat di samping Bundanya merangkul pundaknya dengan lembut.

“Kamu sudah jarang kesini Satya, bunda kesepian tidak ada temannya.”  Ucapnya mengelus rambut Satya di bahunya.

“Satya minta maaf Bun, Satya benar-benar sibuk belakangan ini Satya janji akan lebih sering main kesini.”

“Segeralah menikah Satya, bunda ingin cepat-cepat mempunyai cucu, supaya bunda tidak kesepian lagi.”

Satya menegakkan duduknya, “ Bunda......” rengek Satya.

 Satya memanglah anak tunggal di keluarga itu.

Satu-satunya harapan dan tumpuan keluarganya. Dulu memang sempat Satya akan mempunyai adik. Namun suatu kecelakaan menimpa bundanya, sehingga bayi yang di kandungnya tidak bisa di selamatkan, bahkan rahimnya pun harus diangkat.

 Itulah yang membuat Satya benar-benar menyayangi Bundanya, karena ia tidak ingin melihat bundanya menangis dan terpuruk lagi.

“Oke baiklah,  bunda tidak akan memaksamu menikah kali ini. Tapi bunda akan memaksamu menemani bunda ke acara makan malam relasi  bisnis ayah.”

“Kok sama Satya  bun...??” protes Satya. Bundanya sangat paham jika Satya tidak menyukai acara-acara seperti ini.

“Masak bunda harus berangkat sendiri Sat, ayahmu kan sedang keluar kota. Ayolah temani bunda... selain relasi bisnis Ayahmu, istrinya itu temennya bunda. Ayo dong Satya...” pinta Bundanya dengan wajah memelas.

“Satya disana pasti bosan bun... Bunda enak bisa ngobrol-ngobrol sama temennya  bunda. Lha Satya, bengong sendirian gitu bun...?”

“Tante Dessy katanya punya anak cewek lho Satya... ya usianya memang dibawah kamu sih, mungkin

selisih 5tahunan. Tapi bisalah kamu ngobrol sama dia. Siapa tahu bisa jadi jodoh kamu...”

“Jadi nanti malam, kamu harus nemenin bunda ke acara itu. Bunda gak menerima alasan gak jelas.”

Dan sudah bisa ditebak, Satya tidak akan bisa menolak ajakan yang lebih terdengar seperti perintah itu.

“ Iya bun... iya...” ucap Satya mengalah.

“Anak pinter... ya sudah, kamu bersih-bersih dulu sana. Makan, istirahat dulu.”

Satya pun meninggalkan bundanya sendiri diruang tengah, berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat melepaskan segala penatnya hari ini.

Selesai mandi Satya merebahkan dirinya di atas ranjang besar yang selalu tertata rapi meskipun ia sudah jarang menempatinya.

Pikirannya tiba-tiba menerawang teringat dengan Nia, gadis tadi siang yang ia tinggal sendirian di

tepi jalan yang panas.

“Ah... dia pasti bisa pulang sendiri.. dia bukan anak kecil.” Ucapnya seraya memejamkan mata.

.

.

.

.

.

.

.

.Hai reader, ini adalah karya pertama Author. maaf kalau masih agak kaku ya...

jangan lupa like dan koment ya, supaya Author lebih semangat lagi berkarya.

Terimakasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!