Pagi yang cerah Yoga, Leon, Luna, Arthur, Nita, Rian dan Jonathan berangkat ke kampus bersama-sama dengan sebuah mobil yang dibeli dengan Jonathan.
Mobil dikendarai dengan Jonathan karena dia lebih ahli dari pada yang lainnya. Mereka bercanda gurau hingga sampai ke kampus.
Ketika mereka turun dari mobil, mereka dipandangi dengan beberapa mahasiswa disana. Apalagi dengan Jonathan yang berjalan bersama mereka. Mahasiswa yang populer saat ini adalah Jonathan, karena ketika ia masuk ia langsung diterima tanpa syarat apapun. Karena ia adalah seorang pebisnis terkenal di usia muda, itulah mengapa kampus ini menerima Jonathan tanpa ikut persyaratan apapun.
Tapi posisi itu, direbut dengan Yoga yang merupakan mahasiswa terpintar yang pernah ada. Nilai rata-ratanya berkisar antara 8.7 hingga 9.6, anak-anak kampus menjulukinya sebagai si jenius, tapi jika mereka tahu cerita kehidupan Yoga yang sebenarnya, mungkin ia akan dijuluki sebagai psikopat yang jenius.
" Hei... kita pisah disini ya, " seru Jonathan seraya menepuk pundak Yoga.
" Siap bos, " Balas Yoga dengan senyuman kecil.
" Kami juga ya.... " Lanjut Arthur dan kawan-kawan.
Yoga, Leon dan Luna mengacungkan jempol dan mereka bertiga memasuki kelas.
" Yoga... kenapa kita pergi ke kampus, lagian kita kan punya sistem. Bisa menghasilkan uang dengan mudah hanya dengan satu kali klik. " Ucap Leon yang mengikuti kata-kata iklan di internet.
" One click your eyes, kalo tiba-tiba kekuatan sistem menghilang gimana? " Tanya Yoga dan menatap Leon dengan tatapan kosong.
" Ahaha... Tapi, aku malas. " Jawab Leon dan menyandarkan tubuhnya ke kursi yang didudukinya.
" Cih... dasar pemalas. " Gumam Luna yang mendengar obrolan mereka berdua dari tadi.
Kelas pun dimulai, dosen masuk ke kelas dan mulai mengajar pelajaran hari ini hingga bel istirahat. Bel istirahat berbunyi, Yoga langsung berlari menuju kamar mandi karena sedaritadi ia sudah menahan kencing, karena dosen yang mengajar adalah dosen killer. Itulah mengapa Yoga tak berani untuk meminta izin ke toilet.
Selesai ia buang air kecil, ia mencuci tangan dan memperbaiki rambutnya yang acak-acakan. Ada dua orang mahasiswa pria masuk ke dalam toilet, karena penasaran Yoga masuk ke dalam toilet sebelah dan mengintip mereka berdua.
Yoga melihat mereka berdua sedang melakukan jual beli obat obatan terlarang serta satu buah flashdisk yang entah isinya apa.
" Mana uangnya, udah ku bawa nih barangnya. " Ucap seorang pria yang memegang satu klip plastik yang berisi bubuk berwarna putih dan flashdisk berwarna hitam.
Satu pria lagi sedang merogoh kantongnya untuk mengambil dompet dan mengeluarkan uang sekitaran satu juta lebih. " Sini barangnya. " Ucapnya dan mengambil barang tersebut.
Yoga langsung menunduk dan berhasil merekam mereka berdua menggunakan ponsel, sialnya ketika ia turun dari pijakan toilet duduk. Ia malah terpleset dan membuat dua orang pria disebelahnya tadi mengecek Yoga dan menahannya.
" Hei sialan, kau tadi menguping kan. " Ucap seorang pria yang tubuhnya lumayan besar.
" Hei, bukankah kau mahasiswa baru yang terkenal dengan kepintaran mu bukan? " Ucap yang satunya, tubuhnya kurus dan berambut acak-acakan.
" Hah! Dia? " Tunjuk pria yang berbadan besar ke arah Yoga.
Pria yang bertubuh kurus mengangguk dan membiarkan Yoga pergi keluar. Namun pria yang satunya menahan Yoga dan meminta ponsel Yoga untuk mengecek. " Berikan ponselmu, kau merekamnya kan? " Ucapnya.
" Aaghh... sial, kalau ku hajar mereka disini nanti malah membuat keributan. " Batin Yoga dan memberikan ponsel miliknya.
Pria tersebut menerima ponsel milik Yoga dan melihat rekaman yang Yoga rekam barusan.
" Sialan kau mere—" Ucapannya terpotong ketika ia melihat kaki Yoga sudah berada tepat di depan wajahnya.
Pria yang kurus tadi merasa ketakutan, sedangkan yang bertubuh besar malah melawan dan menurunkan kaki Yoga.
" Kau mengajakku bertarung? " Tanya pria bertubuh besar.
Dengan sekali tendangan, Yoga keluar dari toilet sambil membawa pria bertubuh kurus tadi. Yoga membawanya menuju teman-temannya yang berada di kantin dan menceritakan hal barusan dan menunjukkan video rekaman tadi.
" Jadi kau membeli barang tersebut? " Tanya Jonathan yang penasaran.
Ia hanya mengangguk dan merinding ketakutan melihat Yoga menatapnya dengan tatapan marah. Yoga meminta barang yang dibelinya dari pria bertubuh besar tadi untuk melihat isi flashdisk tersebut.
Karena tak ingin memberikan barang tersebut, Yoga mengancam akan menyiksa dirinya terlebih dahulu dan memasukkannya ke dalam penjara.
" Mau dipotong bagian mana? Leher? Tangan? Kaki? Atau jari jemari yang mungil ini? " Ancam Yoga dan mengeluarkan karambitnya dari inventori miliknya.
Pria kurus itu kaget melihat Yoga memunculkan sebuah karambit layaknya sulap. Dan ia ketakutan karena Yoga mengelus dirinya menggunakan pisau karambit ke pipinya.
" Ya, ya, ya... baiklah, aku akan memberikannya. " Ucapnya ketakutan dan mengambil barang tersebut dari kantong celananya.
Ia lalu pergi dari Yoga karena takut, namun Yoga menariknya kembali. " Mau kemana? " Tanya Yoga dan menatapnya dengan tatapan pembunuh.
" Mau kita apakan dia? " Tanya Leon ke mereka semua.
" Bagaimana kalau kita goreng. " Jawab Rian yang mengusul.
" Kita panggang lalu dikasih kecap, mungkin enak. " Sahut Nita yang membayangkannya.
" Kalau seorang samurai sejati sih, harus melakukan harakiri untuk menebus kesalahannya. Kau melakukan kesalahan kan sampai-sampai Yoga merekam kalian. " Seru Arthur dan mengeluarkan katana dari inventorinya.
Melihat Yoga dan kawan-kawan membuat kegaduhan, apalagi Yoga dan Arthur memegang senjata tajam. Mahasiswa yang makan didekat mereka langsung menjauh dan ada juga yang berteriak ketakutan.
" Oi... Arthur, Yoga. Kembalikan senjata kalian. " Bentak Jonathan yang khawatir dengan keadaan mereka berdua nanti.
Yoga dan Arthur mengembalikan senjata mereka ke inventori dan menyuruh pria kurus itu untuk tenang. Tak lama kemudian, dari arah toilet datang pria bertubuh besar ke arah mereka.
" Siapa namanya? " Tanya Yoga yang menatap pria kurus.
" Aaa.. aku? Aku Rendi. " Jawabnya yang gemetar.
" Dia... bukan kau. " Ucap Yoga yang kesal dan menarik kerah baju milik Rendi.
" O... iya, Rehan. " Balasnya dan menepuk tangan Yoga untuk meminta dilepaskan kerah bajunya
Pria bertubuh besar yang bernama Rehan langsung melayangkan pukulan ke arah Yoga dan ditangkis dengan Arthur yang masih berada di dekat Yoga.
" Terima kasih, Arthur. " Serunya menatap Arthur sambil tersenyum.
Yoga menyuruh Arthur untuk memegang Rendi agar tidak lari dan Yoga mendekat ke Rehan sambil menatapnya tajam. Mereka berdua saling bertatap seperti ingin bertarung, namun tiba-tiba ada seorang dosen wanita yang memisahkan mereka.
" Sialan, selamat kau kali ini. " Bisik Rehan ke Yoga dan menunjuk Yoga dengan jari tengah.
Yoga hanya menyeringai dan duduk di bangku sebelah Leon seperti biasanya.
" Eee... Yoga. Ini mau diapakan? " Tanya Arthur yang masih memegangi Rendi.
" Katanya disuruh harakiri, yang lebih tau tentang harakiri kan kamu, ajarin dia dong. " Jawab Yoga dan meminum es teh milik Leon.
" Aaa... bener juga. Kamu mau harakiri? " Tanya Arthur ke Rendi.
Rendi geleng-geleng dan meminta untuk tidak melaporkan dirinya ke polisi. Sebagai gantinya ia akan melakukan apapun yang diperintah oleh mereka.
" Mmm... jika kau ku suruh harakiri gimana? " Tanya Arthur lagi.
" Jangan, jangan suruh aku bunuh diri. Nanti adikku sendirian di rumah. " Jawabnya yang memelas.
" Kasian dia, lalu kenapa kau membeli ini? " Tanya Yoga sambil memegang klip plastik yang berisi bubuk putih.
" I-itu... itu cuma untuk pereda stress aja kok, nggak ada yang lain. " Jawabnya yang ketakutan.
" Duduk sini, Leon pindah ke kursi sebelah Jonathan sana, aku mau ngobrol sama dia. " Ucap Yoga yang mengusir Leon untuk pindah.
Leon lalu pindah ke sebelah Jonathan dan Rendi duduk disebelah Yoga sambil dipegangi Arthur.
" Coba jawab aku, siapa Rehan itu? Darimana ia mendapatkan barang ini? " Tanya Yoga sambil menarik rambut Rendi untuk mendekat ke dirinya.
" Dia senior disini, sedangkan kita mahasiswa baru. Kalo darimana dia dapat, aku nggak tahu. " Jawab Rendi yang singkat.
" Arthur, lepaskan dia. Dan pulang nanti bawa Rehan ke markas kita dengan caramu sendiri. Bahkan menggunakan kekerasan juga tak masalah, yang penting bawa dia hidup-hidup kesana. " Pinta Yoga dengan nada yang tegas.
" Siap dilaksanakan, ketua. " Sahut Arthur dan memberi hormat.
Rendi juga disuruh ikut bersama mereka sepulang nanti, jika tidak, mungkin ia tak dapat melihat adiknya lagi.
Mereka lalu bubar dan kembali ke kelas masing-masing.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ahmad Marzen Dian
Bubuk putih itu bedak ya? Isinya flashdisk apaan Thor?
2022-02-20
2