Seminggu telah berlalu. Lagi-lagi, hari ini aku pergi ke kampus tapi bedanya, sekarang aku berangkat dengan dua orang sepasang adik beradik. Leon dan Luna, ternyata mereka anak kembar tapi Leon lebih dulu lahir sepuluh menit. Meski begitu, anak kembar tetaplah anak kembar.
Kami bertiga memasuki kelas yang ternyata masih kosong. Anehnya, meski kelas terasa kosong proyektor masih tetap menyala, seperti habis dipakai.
" Yoga, liat layar sistemku, aku habis spin gacha dan dapat baju bagus. " Ucap Leon yang kegirangan mendapatkan baju tuxedo namun bukan tuxedo biasa, melainkan tuxedo anti peluru.
" Wah... emang ada kayak gituan ya? " Tanya Yoga yang baru melihat ada menu [TOKO] di sistem milik Leon.
" Eh... spin? Kamu nggak ada? " Tanya balik Leon.
" Nggak. " Yoga menggeleng.
" Eh... kok sistemku gak mau nyala. " Teriak Yoga.
" Ishhh... BERIIIISIIIIK!!! " Teriak Luna yang lagi belajar.
" Hehehe... maaf. " Ucap mereka berdua dan diam masing-masing.
Bel pelajaran berbunyi, mahasiswa mulai datang memasuki kelas. Seperti biasanya, mereka belajar dan belajar hingga pulang.
...----------------...
" Mmm... Yoga. " Panggil Leon.
" Sepertinya kita dalam masalah deh. " Lanjut Leon.
" Hah? Masalah apa? " Tanya Yoga yang kaget.
" Masalah ini berhubungan dengan yang kemarin. " Ucap Leon dan menggebrak meja.
Seisi kelas dibuat kaget dengan gebrakan Leon, Leon hanya tersenyum dan menutup mukanya dengan buku catatan.
" Ada apa Leon? " Tanya Dosen.
" Eh... nggak pak. Tadi ada nyamuk. " Jawab Leon yang agak panik.
" Jangan bikin keributan lagi ya. " Ucap Dosen dan kembali mengajar.
" Iya Pak. " Balas Leon yang mengangguk.
Yoga hanya tertawa melihat kelakuan Leon. Bahkan Luna menatap Leon dengan tatapan pembunuh, karena daritadi Leon membuat keributan di kelas.
...----------------...
" Aaakhhh... Sial, kenapa hari ini aku membuat kekacauan di kelas. " Ucap Leon yang mengeluh.
" Abang sih, ngomong mulu sama Bang Yoga. " Balas Luna yang memakan bakso.
" Dih... malah nyalahin orang. " Sahut Yoga yang menuangkan sambal ke baksonya tapi kebanyakan.
" Duh... kebanyakan. Bisa bisa sakit perut nanti. " Gumam Yoga dalam hati.
" Kenapa Yog? " Tanya Leon yang melihat Yoga melamun.
" Hah? Nggak, aku dah kenyang. Nih makan kalo mau. " Balas Yoga dan menggeser semangkok bakso ke arah Leon.
" Beneran nih? " Tanya Leon.
Yoga hanya mengangguk dan segera berlari.
" Tumben banget tuh anak ngasih makanan kesukaannya. Kemarin dimintain aja kayak kucing yang diganggu makan. " Sempat ingin melahap, ia melihat Yoga yang berlari meninggalkan mereka. Tapi Leon tak menghiraukannya dan langsung melahap sesuap.
" YOGA SIALAN!!! TUNGGU!!! " Teriak Leon yang mengejar Yoga.
...----------------...
" Sebentar... " —Yoga mengatur nafas— " Ke-kenapa mengejarku? "
" Cih, kenapa mengejarmu? Kenapa bakso yang kau kasih berkuah sambal? " Bentak Leon yang kepedesan.
" Hahaha " Tawa Yoga hingga mengeluarkan air mata.
" Da-dasar... "—menahan pedas—" Dasar Psikopat!!! " Sindir Leon.
" Maaf Leon, aku tak sengaja. Hehehe. " Ucap Yoga dan mengelus kepala Leon.
" Maaf matamu. " Marah Leon.
" Aaaaa... Luna, abangmu marah. " Yoga berlari kearah Luna.
Luna menendang pinggang Yoga dan menghampiri Leon. Yoga meringkuk kesakitan dan merangkak menuju kelas.
" Aduh.... " Merasakan kesakitan.
...----------------...
Sepulang dari kampus, mereka bertiga pergi ke restoran masakan Jepang untuk makan ramen. Karena Yoga sering beli makanan disana, ia sudah kenal dengan beberapa pelayan disana.
" Yow... Yoga, apa kabar bro? Menu seperti biasanya? " Sapa pelayan yang bernama Andre.
" Yup... tiga Ramen spesial ya. " Sahut Yoga dan duduk di meja makan.
Tiga porsi Ramen datang ke mereka, mereka menyantap dengan lahap. Namun, Leon menepuk pundak Yoga dan memperlihatkan apa yang bakal terjadi selanjutnya.
" Orang itu lagi? Ku kira dia sudah mati. " Batin Yoga.
TAP!!! TAP!!! TAP!!!
Seseorang berjalan mendekati Yoga dan menepuk pundak Yoga.
" Setelah makan, temui aku diluar. "
Yoga menoleh dan melihat seseorang memakai hoodie hitam bertudung menutupi kepala. Sekilas Yoga mengenalinya, terlihat badan yang sangat tinggi dan kekar, rambutnya juga sepanjang pundak.
" Hah? Dia? " Yoga yang kaget langsung menyudahi makan.
...----------------...
" Ada apalagi? " Tanya Yoga kepada orang yang memanggilnya.
" Aku ingin bertarung sekali lagi denganmu. " Bentaknya dan membuka tudung yang menutupi kepalanya.
" Hah!!! Orang itu. " Kaget Leon dan Luna.
Bryan Mahardika.
" Bertarung? Kenapa ingin bertarung? Aku tak ada waktu buat bertarung. " Tegas Yoga dan pergi meninggalkannya.
" Hei... yang benar saja. Sudah seminggu aku mencarimu dan dirimu menolak ku bertarung denganmu? " Balas Bryan.
" Aku tak ada urusan lagi dengan Gangster. " Ucap Yoga dan berjalan ke arah Leon.
Bryan mengikutinya dan bertanya, " Gangster? Siapa? "
" Dirimu lah, siapa lagi? " Jawab Leon.
" Hah? Sejak kapan aku jadi gangster? " Bryan yang bingung hanya bisa bertanya.
" Kau bukan gangster? " Tanya Yoga.
Bryan hanya menggelengkan kepala.
" Terus yang kemarin itu apa? Kenapa tiba-tiba menyerang ku? " Tanya Yoga lagi.
" Ah... aku mengerti. Bentar-bentar, bukannya kau yang menyerang ku duluan? " Bryan yang balas bertanya.
" Ku kira, kau seorang gangster yang mengecek basement. " Jawab Yoga yang ragu untuk mempercayai Bryan.
" Untunglah waktu itu aku lebih cepat untuk menghajar para gangster. " Ucap Bryan dan mendekati mereka.
" Maksudnya? " Tanya Leon.
Bryan mengeluarkan sebuah kartu nama dan diberikannya ke Yoga.
" Hah!!! Jadi kau adalah orang dari Gangster Hunter? " Teriak Leon yang kaget melihat kartu nama Bryan.
" Gangster Hunter? " Bingung Yoga yang baru pertama kali mendengar organisasi tersebut.
Bryan menceritakan kejadiannya kenapa ia bisa ada di kapal waktu itu.
...----------------...
" Hei pengangguran! Ada pekerjaan buatmu. " Teriak seorang pria yang nampaknya ketua dari organisasi Gangster Hunter.
" Hoamm... Apa tugasnya? " Tanya Bryan yang ternyata anggota organisasi Gangster Hunter yang menduduki kelas S.
" Ada seseorang yang menelpon, ia bilang 'Adikku diculik dengan Gangster White Cobra' seperti itu katanya. " Ucap ketua tadi yang bernama Vulkan.
Bryan segera pergi mencari Gangster yang bernama White Cobra, di catatannya, ia mengetahui bahwa Geng White Cobra ini sering berada di dermaga untuk menjemput dan mengantar barang.
Bryan langsung menancapkan gas motornya dan melambung tinggi ke atas atap kapal, kapal penyebrang antar pulau.
Karena ia sudah tahu ciri-ciri geng tersebut, ia menghajar langsung orang yang memiliki tato ular coba di tubuh mereka. Hingga sampailah ia di basement tempat penyimpanan barang.
Ia langsung diserang dengan karambit oleh seorang pemuda yang lumayan jago mengayunkan sebuah pisau. Sempat tergores sedikit, namun ia tak goyah sedikitpun.
Namun ia menyadari bahwa ia bukanlah orang dari geng White Cobra, karena tak memiliki tato apapun, bahkan mukanya tak terlihat jahat.
Akan tetapi, muncul seekor naga yang entah darimana asalnya, menyerang kapal yang sedang mereka naiki saat ini. Pemuda yang menyerang Bryan menggunakan karambit langsung lari meninggalkannya, sedangkan ia? Tertimpa beberapa barang yang berada di basement penyimpanan.
...----------------...
" Ahh... maaf soal itu, soalnya penampilanmu seperti gangster pada umumnya. " Ucap Yoga yang malu dan menggaruk kepala.
" Kalau begitu, mau bertarung sekali lagi? " Tanya Bryan.
" Eh, ada Gangster. " Yoga menunjuk ke belakang Bryan yang sebenarnya tak ada apa-apa dan berlari meninggalkan mereka mengambil motor.
" Bocah sialan. " Geram Bryan.
Leon dan Luna hanya tertawa, karena meskipun Leon tahu kehidupan Yoga yang sebenarnya. Tapi ia sedikit melihat perubahan yang drastis, seorang psikopat yang mendapatkan sistem, menjadi penipu yang mendapatkan sistem.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Out Of My League
salah paham ternyata. ngakak🤣
2022-03-03
0
FBI
Upin Apin:v
2022-03-02
0
Ahmad Marzen Dian
Yoga bikin ngakak mulu
2022-02-20
3