18. Perdebatan Malam Hari

Hari sudah semakin sore, Pak Rahmat membayar total belanja, di depan kasir. Dirinya merasa tidak enak, karena ada Ernest, menunggu lama di dalam mobil.

Trouble mesin kasirlah, ternyata yang menjadi penyebab, antrian pembayaran menjadi mengular. Sambil membawa belanjaan, Pak Rahmat keluar minimarket, berlari ke mobil.

Sore itu, suasana benar-benar, sudah mendekati dengan adzan maghrib. Lampu penerang jalan, otomatis menyala tanpa dikomando. Langit sudah gelap, tanpa senja lagi.

Gemerlip lampu papan iklan, tak kalah menyoroti seisi kota disore itu. Lampu dari mobil, sepeda motor, minibus, semua menyalakan penerangnya sendiri.

"Tuan Ernest, maaf tuan, tadi antrian kasir sangat panjang," Pak Rahmat merasa tidak enak.

"Tadi saya sebetulnya sudah cancel belanja, tapi Bik Yuni betul-betul membutuhkan bahan baku yang dipesan," imbuhnya.

Pak Rahmat meminta maaf, dengan sibuk tangannya menaruh bungkusan, kresek besar warna hitam. Anehnya, ucapan dari Pak Rahmat, tidak ada balasan. Baik dari Ernest maupun Jovi.

Laki-laki paruh baya itu, masuk ke dalam mobil. Pak Rahmat melihat ke belakang, ternyata Ernest dan Jovi tengah ketiduran.

"Wah.. Tuan Ernest dan Suster Jovi sampai ketiduran, gara-gara kelamaan di minimarket," gumamnya.

"Ternyata mereka berdua, kelihatan cocok," Pak Rahmat tersenyum, melihat pemandangan dibelakangnya.

Ernest nampak menyandarkan, tubuh lelahnya di atas jok mobil. Sementara tidak ada yang berubah, kepala Jovi masih pada posisi sama, berada diatas pangkuan Ernest.

Tetapi kali ini, tangan kiri Ernest, sudah terlihat berpindah ke arah pinggang Jovi. Mata mereka sama-sama masih memejam, karena lelah.

Mobil melaju kencang, dengan lewatan macet yang sedikit bisa terhindar. Karena alternatif jalan tol, sudah dipilih oleh Pak Rahmat.

Hiruk pikuk suasana kota Surabaya, sama sekali tidak terdengar, pada kedua telinga Jovi dan Ernest. Apalagi bisingnya bus-bus provinsi akan sangat tidak dihiraukan.

*****************

(Dirumah Tuan Toni)

"Tuan Ernest, tuan.. kita sudah sampai."

"Tuan Ernest.. suster Jovi."

"Tuan Ernest..."

Pak Rahmat mencoba membangunkan keduanya. Tidur lelap Ernest, mulai terbangun, ketika cahaya teras lampu rumahnya. Tak sengaja menyinari wajah Ernest, berada didalam mobil.

Mata Ernest samar memandang Pak Rahmat, yang duduk di kursi sopir. Dirinya baru tersadar, setelah tertidur lebih dari setengah jam.

"Pak Rahmat..," mata Ernest membuka tutup.

"Iya tuan, kita sudah sampai dirumah."

"Ouh baik Pak Rahmat, maaf tadi saya ketiduran."

"Saya yang harusnya minta maaf tuan," Pak Rahmat keluar mobil.

Ernest beranjak pergi dari mobil. Tetapi dia baru menyadari, ternyata Jovi masih belum tersadar dari tidur. Kemungkinan, rasa sakit maag dialami Jovi tadi, membuat wanita cantik itu, pulas tertidur.

"Suster, kita sudah sampai," ucapnya mencoba membangunkan.

"Sus.... suster," Ernest mulai menggoyang-goyang tubuh Jovi.

"Suster Jovi, kita sudah sampai dirumah," bisik Ernest mesra ditelinga kanan Jovi.

"Suster...."

Ernest menepuk-nepuk pipi Jovi, tidak biasanya, suster cantiknya sangat susah dibangunkan. Telinga Jovi mendengari, suara tak asing di malam itu. Matanya mencoba dibangunkan.

Seketika itu, Jovi baru sadar, jika yang memanggil adalah suara Ernest. Dia baru menyadari, tubuhnya lancang tidur dipangkuan Ernest.

"Tuan....," Jovi sigap membangunkan diri.

"Ma-maaf tuan."

"Saya benar-benar tidak sadar tuan, sampai berani tidur di pangkuan Tuan Ernest."

"Nggak papa."

"Iya tuan, tapi saya betul-betul tidak sengaja."

"Sudah-sudah, ayo kita turun.. ini sudah malam."

Jovi mengamati halaman rumah yang sudah gelap, dari matahari berganti bulan. Jemari tangan Jovi membuka pintu mobil, langsung mengajak Ernest masuk ke dalam kamar.

Rasa lelah Ernest, masih memupuk hebat ditubuhnya. Suara obrolan Tuan Toni dan Pak Rahmat terdengar menyambut, saat Jovi dan Ernest memasuki ruangan.

Tuan Toni yang melihat Ernest datang, mengajak kakinya menghampiri, dan mulutnya seolah tidak sabar ingin menanyakan kondisi tubuh Ernest.

"Ernest, gimana keadaan kamu? tadi Dokter Edo telpon, katanya dia sempat ke kantor."

"Kamu habis makan apa? Ini bentol-bentol ditubuh kamu, masih belum kempes lo," Tuan Toni mengecek bintik-bintik di tangan Ernest.

"Iya pa, alergi Ernest kumat tadi," jawabnya santai.

"Kenapa bisa? kamu tidak sedang habis meeting kan? kamu mengkonsumsi udang? kamu habis makan diluar?," semua dipertanyakan Tuan Toni.

"Iya pa tadi pagi, waktu sarapan mungkin Suster Jovi salah mengambil menu makanan."

"Makanan apa?," Tuan Toni melihat Jovi bingung.

"Ma-maaf tuan, tadi pagi Bik Yuni masak udang kupas teriyaki, dan teksturnya hampir sama dengan ayam cincang, yang juga dimasak bumbu teriyaki," ucap Jovi memberanikan diri.

"Terus?? kamu salah siapin bekal?," mata Tuan Toni memandang tidak suka ke arah suster.

"I-iya tuan, saya tidak tau Tuan Toni, saya mi-minta maaf," Jovi mengaku salah.

Pandangan Tuan Toni semakin meruncing, saat perempuan cantik tersebut, mengakui kesalahannya. Laki-laki tua tersebut menghela nafas kesal ke arah Jovi.

"Ini sudah kedua kalinya, kamu lagi-lagi mengecewakan saya ya suster."

"Maaf tuan, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," Jovi menunduk serta tangan, masih memegangi dorongan kursi roda.

"Apa lidah kamu tidak bisa difungsikan? harusnya kamu bisa mencicipi dulu, mana rasa ayam dan mana rasa udang?," Tuan Toni geleng-geleng kecewa.

"Bukannya Bik Yuni juga sudah bilang, kalau Ernest itu tidak suka udang.. Kamu catat baik-baik dong, kalau Ernest tidak suka kedelai dan udang."

"Kemarin kamu berani membantah saya, sekarang kamu melakukan kesalahan.. lihat apa yang terjadi dengan Ernest? tubuhnya gatal-gatal semua kan," ucap Tuan Toni mengeluarkan semua kekesalannya.

"Sudah pah, ini bukan murni kesalahan Jovi. harusnya bik Yuni, juga bisa membedakan pemilihan wadahnya..!! mana piring untuk udang dan mana piring untuk ayam," bela Ernest.

"Kenapa kamu jadi membela suster Jovi?," papa Ernest tidak suka.

"Ya karena Jovi memang baru pa disini.. Ernest bukan membela siapa-siapa," jawabnya.

"Ini masalah sepele, tapi papa selalu melebih-lebihkan," ajak Ernest berdebat.

"Bukan, papa bukan melebih-lebihkan.. tapi biar suster Jovi lebih bisa teliti, dalam melakukan setiap pekerjaan dia, hanya itu saja kok."

"Ernest paham pah.. tapi bukan begitu caranya? cobalah, papa kasih toleransi sedikit.. Suster Jovi juga baru kerja disini, mana mungkin dia langsung tau semua tentang Ernest," bentakan Ernest terdengar di seluruh ruangan.

"Tapi Suster Jovi bisa mengecek dulu kan? pekerjaan dia adalah memantau kondisi kamu, begitu saja tidak maksimal, bagaimana kalau ditambah dengan pekerjaan yang lain," papa Ernest tidak mau kalah.

"Ernest tau pa, tapi?? pagi tadi kondisi kita berangkat saja, sudah tergesa-gesa. kok papa masih mau mencari pembenaran saja."

"Selama ini, Ernest merasa Jovi sudah baik menjalankan tugasnya dengan baik pah," imbuh Ernest.

"Baik..?? Apa yang baik..?? Tapi Ernest, kamu terlalu sering memberi toleransi, Ahhh.. sudahlah," jawab Tuan Toni merasa kalah dari putranya.

Nampaknya argumen dari Ernest, selalu membuat laki-laki yang sudah ditinggalkan istrinya itu, menjadi mengalah, menjadi diam.

Semua itu terdengar, dari suara Tuan Toni, yang mulai menurun tidak se keras, sebelum mendengar pembelaan Ernest. Matanya sampai terasa, ingin meloncat keluar.

Jovi yang menjadi tersangka, dalam kejadian siang tadi. Menunduk terus ke lantai, dia tidak memiliki keberanian melihat ke arah Tuan Toni, Jovi takut.

Wajah putih Tuan Toni, dibuat naik pitam, setelah mengetahui alergi Ernest kumat lagi. dari 1 tahun yang lalu, alergi tersebut, sudah tidak pernah kumat ataupun muncul.

Suasana hening ruangan, tak bisa terpecah sama sekali. Ernest yang membela Jovi, dan Tuan Toni masih tidak mau mengakui kekalahannya.

Pria tua tersebut, terlalu over protektif dengan apa saja, yang menyangkut putra tercintanya. Semua harus maksimal, tidak ada kesalahan, jika menyangkut Ernest.

"Suster Jovi, kamu bisa pergi tinggalkan ruangan ini," pinta Tuan Toni.

"Baik Tuan Toni, sekali lagi saya minta maaf, sudah mengecewakan tuan lagi," kata terakhir Jovi sebelum meninggalkan ruangan.

"Emmmb...," Tuan Toni menganggukkan kepala.

Perempuan cantik itu, sangat berbudi luhur dan sopan pada tuan di rumah besar yang ditempatinya kerja. Pembelaan dari Ernest, tidak serta merta, membuat Jovi bahagia dan berbesar kepala.

Perdebatan sengit Ernest dan Tuan Toni, semakin menambah pusing kepala Jovi. Kakinya mengajak masuk ke kamar, mengistirahatkan diri dari rasa lelah dan maag di perut.

Sekarang tinggal, Tuan Toni dan Ernest yang berada di ruangan. Mereka sama-sama meredakan emosi terlebih dahulu. Sikap dewasa kedua'nya terlihat, ketika menyikapi permasalahan.

Terlihat ruangan mewah, memiliki lampu gantung besar, ditengah plafon. Guci antik, serta lukisan mahal, juga tak luput mempesona, terpasang di setiap dinding tembok rumah.

Apalagi, ditambah harga-harga interior rumah Tuan Toni, begitu mahal untuk dibeli. Semuanya terlihat klasik terpadu dengan catt minimalis modern.

"Ernest,"

"Iya pah."

"Setelah papa pikir.. papa kurang setuju dengan rencana kita, menyelidiki kasus rekrutmen, tapi itu harus mengorbankan kondisi kamu," tutur Tuan Toni bersuara lirih.

"Kalau tidak seperti ini pa..!! kita tidak punya cara lain, untuk mengetahui siapa orang dibalik semua itu?? Bagaimana kita bisa mengetahui semua, kalau papa mau memberhentikan Jovi?"

Ernest sudah bisa menebak, apa yang akan dilakukan papa tercintanya itu. Orang tua satu-satunya Ernest, merasa sangat was-was oleh apa yang dilakukan suster baru dirumah itu.

"Apa kamu bisa menjamin?? jika memang Jovi, adalah wanita yang termasuk dalam rekrutmen pegawai di rumah sakit tahun lalu??," tanya papa Ernest.

"Dan apakah kamu yakin, jika memang benar dia, dia masih ada hubungan dengan orang yang ada dibalik semua itu?" Tuan Toni ingin segera menyudahi.

"Ernest belum tau pa, tapi ada kejanggalan yang Ernest temui, setelah tadi Dokter Edo dikantor bilang, kalau Jovi adalah salah satu mahasiswi yang diandalkan Dokter Edo, saat test rekrutmen itu," ucapnya.

"Ernest yakin, orang dibalik semua ini, tidak akan membuang Jovi dengan sia-sia, apalagi dia anak yang pintar," kata Ernest optimis.

Laki-laki tampan tersebut, mencoba menyakinkan Tuan Toni.

"Ernest, Jovi tidak memiliki keanehan-keanehan seperti orang suruhan, atau mata-mata yang seperti papa lihat. Bagaimana kalau dia hanya anak biasa?? yang memang mengundurkan diri tanpa paksaan."

"Kemudian dia melamar pekerjaan seperti pada umumnya.. Aahhh.. itu semakin akan membuang-buang waktu saja Ernest..!!," tukas Tuan Toni menyandarkan tubuh di sofa.

"Ernest, apa kamu melihat Jovi seperti orang yang aneh? dia biasa-biasa saja. malah dia sangat baik terhadap kamu," pria berkacamata itu, melepaskan kaca pembantu diwajahnya.

"Kamu juga melihat sendiri kan, takutnya dia ketika papa marah, disiplinnya dia melakukan semua pekerjaan dengan baik, walaupun papa sedikit kecewa, apa itu tidak membuka mata kamu?," tanya papa Ernest lagi.

"Suster Jovi, sama sekali tidak memiliki keanehan apapun, jika dia memang benar-benar orang suruhan, papa yakin, dia sudah melakukan banyak kesalahan mulai awal," pendapat Tuan Toni keluar.

Ernest hanya terdiam, mendengarkan pendapat Tuan Toni, yang memang dirasa benar. Anak pemilik RS Wijaya tersebut, mendiami diri, tidak menelan mentah semua yang dikatakan papanya.

Diatas kursi roda, kepalanya menunduk, pikirannya masih ingin membuktikan, tapi perasaan Ernest, mengatakan seperti apa yang dikatakan Tuan Toni.

Selama bekerja, Jovi memang tidak pernah menimbulkan kecurigaan-kecurigaan yang aneh. Yang ada, perempuan cantik tersebut, melayani sepenuh hati serta selalu mengkhawatirkan kondisi Ernest.

"Apa mungkin bukan suster Jovi..?? Apa mungkin dia hanya perempuan biasa, seperti yang dikatakan papa..?? dan tidak ada sangkut pautnya dengan rekrutmen tempo lalu"

"Jovi... Jovi... Joviii... Siapa kamu?" (Kepala Ernest pusing)

Ernest melamun mencoba berunding dengan hati kecilnya. Pikirannya semakin semerawut. Mana yang akan dia percayai. Hati kecilnya atau perkataan papa Ernest.

Sampai kapan, dirinya akan mencurigai Jovi. Pendapat dari papanya, dirasa ada benarnya. Jika orang suruhan, semua tidak akan selancar sekarang.

Apa rencana yang akan diselidiki Ernest ke Jovi? ataukah Ernest tetap akan membiarkan Jovi seperti perawat sebelumnya tanpa menaruh curiga?? Semua campur aduk jadi satu.

"Pah.. kalau gitu, Ernest ke kamar dulu, pikiran Ernest pening."

"Iya sayang.. kamu istirahat dulu."

"Iya pah.. badan Ernest capek semua," pamitnya.

"Jangan terlalu capek, kamu baru masa pemulihan Ernest," nasehat papa Ernest.

Ernest mengangguk, kemudian menjalankan tombol kursi roda otomatis miliknya, berjalan menuju ke kamar.

Tidak berapa lama, suara adzan Isya', terdengar masuk ke dalam rumah besar itu. Yang masjidnya bertempat tidak jauh, dari kediaman Ernest dan Tuan Toni.

Rumah terasa sunyi, karena para asisten rumah tangga, sedang pergi ke masjid semua. kecuali Jovi yang masih beristirahat dikamar. Sebab ketiduran.

Terpopuler

Comments

Septy Cweet

Septy Cweet

gimana itu nnt klau ketahuan jovi mata mata

2020-08-27

2

Iklima kasi💕

Iklima kasi💕

ceritanya🖒🖒🖒🖒🖒🖒banget

2020-07-29

0

Ima

Ima

bagus cerita nya...up terus thooorrrrr....sampe tamat...

2020-07-26

1

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!