Pada malam hari ini, Jovi merebahkan badannya, diatas kasur berseprai warna biru. Di temani lampu tidur menyalah terang, sebelah ranjang kamar.
Rumah begitu sunyi, sebab Mama dan Aqila adik Jovi, tengah ikut Papa Jovi meeting keluar kota. Bertemu para kolega, membangun kerjasama, demi bangkit mensejahterakan keluarga mereka lagi.
Ditengah lamunannya, Jovi sangat berharap. Perusahaan kecil Papa Jovi, bisa kembali seperti semula. Sehingga dirinya bisa mengundurkan diri, dari Perusahaan Fictor.
Tiiiitttt... ttiiittt... tttittt...
Bunyi SMS terdengar dari arah ponsel Jovi. Di barengi sedikit rasa kantuk, yang mulai menggelayuti mata. Jovi meraba ponsel, yang ditaruh meja, dekat ranjang tidur.
Nomor tersebut tidak dikenali, tangan kanannya membuka SMS, dengan harapan bukan SMS papa minta pulsa. Apalagi hadiah undian, serta mama minta pulsa, yang sering Jovi dapatkan.
*kepada SDR Jovi Andria Nita*
Menyatakan bahwa LOLOS Test Interview RS WIJAYA
Diharapkan kehadirannya besok di PERUM GRIYA INDAH BLOCK A -14
Mengenakan atasan putih dan bawahan putih"
Tanpa disuruh, mata Jovi kembali terbelalak. Kantuk yang tadinya meghantam kedua mata, kini hilang pergi. Jovi dinyatakan lulus interview, dan bisa memulai kerja besok.
Dicarinya nomor Fictor, untuk memberi tahu, bahwa besok Jovi sudah tidak bisa masuk lagi ke kantor. Karena panggilan kerjanya, karena doa'nya yang sudah di dengar.
Beruntung, profesi Jovi sebagai sekertaris, tidak menyusahkan Jovi. Mencari atasan, dan juga bawahan berwarna putih. Sebagai seragam pertama ia bekerja, menjadi perawat.
Pesan singkat dari Jovi kepada Fictor juga sudah terkirim di aplikasi *whatsapp
"Pak Fictor, saya mendapatkan panggilan menjadi suster untuk tuan muda, mohon ijin jika besok saya mulai tidak bisa masuk"*
*********************
Hari sudah berganti pagi, Jovi mengambil setelan di lemari. Celana berwarna putih, baju bernada sama di dalam rak almari urutan paling bawah.
Tidak lupa, hari ini rambutnya diikat kebelakang. Sehingga bisa memudahkan pekerjan Jovi pagi ini. Meski dia tidak mengetahui, tugas apa yang akan diberikan pagi ini.
Jovi lantas berangkat menggunakan taksi, untuk mempermudah menyamarkan identitasnya. Jika nantinya pekerjaan yang Jovi terima, bisa menumbuhkan resiko pada waktu yang akan datang. Plat mobilnya tidak akan dicari.
20 menit di dalam perjalanan, menuju rumah Ernest Wijaya. Keringat dingin ditelapak tangan Jovi, mulai bermunculan. Pikirannya melayang-layang, bagaiamana dan apa yang akan dia lakukan didalam rumah tersebut.
Diterimanya Jovi, menjadi suster untuk Tuan Muda. Membuat kesedihannya bercampur jadi satu. Perkerjaan tersebut, memiliki resiko sendiri.
"Permisi pak, saya Jovi, suster baru yang lolos interview dari RS Wijaya," Jovi berkata pada salah satu penjaga pos satpam.
"Boleh saya lihat KTP dan juga berkas dari Rumah sakit," pinta bapak satpam rumah mewah tersebut.
Rumah yang begitu mewah, garasi luas berjajar mobil-mobil mahal, tampak begitu semakin membuat elegant rumah tersebut. Kicauan burung terdengar menghiasi halaman, ditambah tanaman hijau disetiap sisinya.
Jovi juga melihat, beberapa pembantu telah berlalu lalang, membawa tugasnya masing-masing. Sopir dirumah itu, juga terlihat lebih dari satu. Semuanya bekerjasama di pagi hari.
Jovipun lalu dipersilakan untuk masuk, setelah KTP dan berkas yang diminta, sudah dicek sesuai dengan permintaan Tuan Toni. Karena orang sembarangan, tidak akan bisa masuk di rumah Tuan Toni itu.
Didalam rumah tersebut, Jovi sudah disambut laki-laki, begitu familiar dimasa Jovi kuliah. Usianya sekitar 52 tahun, berperawakan tinggi dengan kumis tipis diatas bibir. Yang tidak lain adalah Tuan Toni Wijaya.
Beliau adalah pemilik rumah sakit, kampus stikes Wijaya. Serta pengusaha sukses, dari segala bisnis. Sudah merajai beberapa kota, hingga manca negara.
"Ini suster barunya ?? silahkan silahkan," Tuan Toni mempersilahkan begitu ramah.
"Iya Tuan," ucap Jovi.
Dirinya masuk dan duduk, di ruang tamu yang cukup luas. Berukuran 3x lipat, dari ruang tamu Jovi yang berada dirumah. Padahal rumah Jovi, juga sudah cukup luas.
Setelah Jovi memperkenalkan nama, dan beberapa pertanyaan sederhana, diberikan Tuan Toni. Semua dengan tenang dijawab oleh Jovi.
Hal tersebut, nampak semakin membuat Tuan Toni yakin. Putranya, Ernest akan baik-baik saja. bersama suster pribadi bernama Jovi.
"Suster Jov, Ernest ini orangnya sedikit kaku, hanya sedikit kok hehehe," kata Tuan Toni lantas tertawa.
"Jadi kamu harus sedikit sabar, itu saja kuncinya. Ernest orangnya tidak banyak omong, biasanya dia hanya akan mengatakan, apa yang dia mau saja," jelas Tuan Toni.
"Baik Tuan Toni," jawab Jovi membiasakan mulutnya memanggil sebutan Tuan.
"Mengapa perekrutan ini, saya buat ada test psikolog juga?? karena dari test psikolog, kita dapat mengetahui kesabaran seseorang, termasuk kamu," lanjut Tuan Toni Wijaya.
"Hehehe iya Tuan, terimakasih atas pujiannya," jawab Jovi menghormati Tuan Toni.
Tuan Toni lantas memanggil, satu asisten rumah tangga, dirumah tersebut. Sebelumnya Tuan Toni kagum, atas sikap Jovi. Yang merendahkan diri, tidak mencari muka.
"Bik Yuni," panggilnya.
"Ya Tuan," asisten tersebut berlari ke arah tuannya.
"Bik Yun, tolong antar suster Jovi ini ya, untuk mengetahui apa saja, yang harus dilakukan ya," pintanya kepada kepala pembantu rumah tangga.
"Baik Tuan," jawab Bik Yuni, berjalan kearah Jovi dan Tuan Toni.
Sebelum pergi, Tuan Tonipun menjabat tangan Jovi. Beliau tersebut, berkali-kali tidak berhenti mendoakan, agar Jovi bisa betah kerja disini. Serta harus sabar pada Ernest.
Pria berkacamata tersebut, sangat begitu ramah, masih sama seperti 5 tahun yang lalu. Saat Tuan Toni Wijaya, hadir sebagai pengisi acara dikampus Jovi.
*************************
Jovi kemudian mengikuti Bik Yuni, yang kira kira berusia 15 tahun lebih tua dari Jovi. Dirinya masih kaku, dirumah baru, yang akan Jovi huni beberapa bulan.
Bik Yuni memberikan selembar kertas putih kepada Jovi, beberapa jobdesc sudah disebutkan, didalam kertas tersebut. Dari apa yang tidak boleh dilakukan, hingga yang harus dilakukan setiap hari.
"Suster Jovi, suster dapat mulai pekerjaan suster, sesuai pada apa yang sudah di tulis oleh Tuan Toni ya..," ucap Bik Yuni begitu ramah.
"Baik Bik, saya berharap Bik Yuni bisa selalu membantu saya, ketika bekerja menjadi suster disini," jawab Jovi sangat berterimakasih.
Perempua cantik tersebut, mengikuti Bik Yuni berjalan ke arah kamar tamu. Ternyata kamar tersebut, memang dipersiapkan oleh Tuan Toni.
Kamarnya begitu sangat bagus dan terawat, hampir menyamai seperti nuansa kamar dirumah Jovi. Semua itu khusus, untuk suster baru putranya.
Tuan Toni juga berharap, kamar yang tidak jauh, dari kamar putra semata wayang Tuan Toni. Bisa tetap menjaga kondisi tubuh Ernest.
"Ini kamarnya ya suster," Bik Yuni memberitahu.
"Ouh iya bibi, terimakasih bik," jawab Jovi.
"Kalau begitu, saya permisi dulu ya suster," pamit Bik Yuni.
"Iya, silahkan," kata Jovi membungkuk mempersilahkan.
Setelah itu, Bik Yuni segera kembali ke belakang. Menyelesaikan jadwal pekerjaan rumah tangga. Sementara, Jovi duduk diatas ranjang membuka Job desc apa saja, yang akan Jovi kerjakan.
Ternyata tidak begitu susah, hari pertama kerja adalah perkenalan. Meski sedikit gugup dan takut, Jovi menyembunyikan perasaannya. Lewat senyum yang mengembang manis dibibirnya.
Perempuan cantik tersebut, kemudian memberanikan diri. Mengetuk kamar sebelahnya, yang tidak lain adalah kamar Ernest.
"Tok.. tok.. tok... tok.."
"Tuan Ernest..," panggil Jovi sedikit ragu.
" Tuan Ernest," panggil Jovi lagi, sembari menutup rapat matanya didepan pintu.
"Ya masuk," jawab suara laki-laki dari arah kamar Ernest.
Tangan Jovi perlahan membuka pintu, jantungnya berdegup, tidak beraturan. Mengantar Jovi, melihat laki-laki berkulit putih didalam kamarnya.
Ernest terlihat, tengah duduk diatas ranjang besar. Lengkap buku bacaan, ditangan kirinya. Memang benar, jika Ernest disebut perfeksionis.
Bekas sayatan diwajah Ernest, masih sama seperti yang Jovi lihat, saat di ruang aula rumah sakit. Luka yang berada dipelipis dan dahinya, beberapa waktu lalu. Masih sama, belum sepenuhnya kering.
Baju putih polos, dikenakan Ernest, menyamai warna kulit. Semua semakin mengundang perhatian, rambutnya rapi tersisir ke samping. Hidung mancungnya juga terlihat jelas, dari arah Jovi berdiri.
"Perkenalkan Tuan, saya Jovi," ucapnya memperkenalkan diri.
"Hmmm.... terus?," hanya itu ucapan Ernest.
"Maksudnya suster yang akan melayani Tuan, selama Tuan dalam masa pemulihan," Jovi berjalan sembari memperkenalkan diri.
"Apa? coba ulangi suara kamu pelan sekali," pinta Ernest tanpa mengarah ke Jovi.
"Saya Jovi yang akan melayani Tuan Ernest, selama Tu-Tuan dalam masa pemulihan," ulang Jovi malah dengan kata-kata terbata.
"Ouh kamu... ya.. ya..," gumam Ernest melirik ke arah perempuan cantik berambut panjang tersebut.
"Iya Tuan," jawab Jovi bingung menaruh sikap.
Suasana begitu krik.. krik.. krik... Jovi menebak, Ernest sudah lupa dengan dia. Dirinya masih berdiri mematung, di sebelah pintu kamar Ernest.
Tangan kanan Ernest terlihat masih harus menggunakan, gendongan penolong untuk gips lengan kanannya. Dirinya semakin kebingungan menaruh sikap.
Beruntung, tidak lama suara Tuan Toni langsung memanggil Jovi. Laki-laki tua yang memanggil, dari arah ruang tengah.
"Suster Jovi," panggil Tuan Toni.
"Iya Tuan..," respon Jovi meninggalkan kamar Ernest.
"Suster yang tidak sopan," gerutu Ernest, melirik Jovi berjalan pergi tanpa pamit.
Tak lama setelah itu, Jovi kemudian menghadap kepada Tuan Toni.
"Bagaimana Suster Jovi ?? kamu sudah berkenalan dengan Ernest??," tanya Tuan Toni.
"Sudah Tuan, saya juga sudah sempat bertemu Tuan Ernest, saat berada di aula RS tapi kelihatannya Tuan Ernest sudah lupa," jawab Jovi berdiri didepan Tuan Toni.
"Hehehe.. Ernest tidak mungkin lupa, mungkin dia masih belum mood bertanya," bela Tuan Toni pada anak tampannya.
"Ouh iya suster, nanti sore saya berangkat meeting sekitar 1 minggu saya ada meeting diluar kota. jadi suster bisa kan? besok berangkat lebih pagi kira kira jam 6," pinta Tuan Toni.
"Bisa Tuan, tapi kenapa sepagi itu ya tuan?," tanya Jovi.
" Ya karena, besok suster harus menyiapkan sarapan pagi Ernest, Ahh.. tapi nanti saya buatkan jadwal saja biar suster sedikit terbiasa," ucap Tuan Toni memberikan solusi.
" Terimakasih Tuan atas kebaikan Tuan Toni," Jovi berterimakasih.
"Sama-sama suster, hari ini suster bisa pulang lebih awal ya.. biar besok bisa berangkat lebih pagi," kata Tuan Toni menyenangkan suster barunya itu.
"Baik Tuan, terimakasih Tuan," ucap Jovi.
Tuan Toni menyuruh Jovi, lebih pulang awal. Saat siang dihari pertama Jovi bekerja, membuat dirinya begitu bergembira.
Hal tersebut tidak diduga Jovi, jika dirinya, mendapatkan perlakuan yang begitu manusiawi dikeluarga Tuan Toni. Bahkan Fictor saja, atasannya selama ini, tidak pernah memberikan perlakuan yang baik seperti Tuan Toni.
Jovi tidak mengambil pusing sikap dingin yang diberikan Ernest, Keramahan Tuan Toni hari ini seperti kado terindah yang diberikan Tuhan untuk Jovi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
hafish cihuy
penulisan dan bahasanya bagus, sukaa bngt
2021-12-06
0
Fitria Dafina
menarik kayaknya.. lanjuutt baca..
2020-10-02
0
Jenny
seruu kayanya nih, ceritanya beda dari kebanyakan novel
2020-09-18
0