16. Pulang Kantor Lebih Awal

Kehadiran Meghan tidak disambut hangat oleh Ernest. Berkali-kali perempuan yang tak kalah cantik dari Jovi itu, mencoba mengambil perhatian dari Ernest.

Siang itu, sembari menunggu jemputan mobil Pak Rahmat. Jovi memakaikan kemeja dibadan Ernest. Meghan melihat pemandangan menyebalkan didepan matanya.

Hati dan perasaan Meghan, betul-betul tidak ikhlas. Jika kini ada wanita lain, berhasil menggantikan posisi dirinya. Meski tidak berprofesi sebagai sekertaris ataupun kekasih Ernest.

"Suster Jovi, tolong ambilkan minum saja untuk Pak Ernest, biar aku aja yang bantu mengancingkan baju Ernest," ucapnya.

"Aaa.. baik Meghan," jawab Jovi.

"Air hangat saja Jovi, Ernest lebih suka air hangat."

"Baik," ucapnya.

Jovi beranjak keluar, mengambil air hangat di ruang OB. Perempuan cantik itu tidak mengandalkan diri. Meminta pegawai, mengambil minum untuk sang direktur utama.

Sementara Ernest dan Meghan masih berada ditempat yang sama, di dalam ruangan, lengkap dengan obat P3K yang belum dibereskan Jovi.

"Ernest, sini aku bantu merapikan baju kamu," Meghan meraih kancing yang masih tersisa belum dikancing.

"Nggak usah, aku bisa sendiri," jawab Ernest.

"Nggak bisa, kamu nggak bisa Ernest," paksa Meghan.

"Biar Jovi saja," tolaknya.

"Sudah nggak papa, aku cuma niat bantuin kamu..," Meghan memakaikan dasi milik Ernest kembali.

Ernest menurut, Meghan memakaikan dasi, dengan syarat hanya untuk membantu.

"Aku rindu Nest, memakaikan dasi kamu, menyiapkan file para kontraktor, aku rindu waktu kita meeting bersama," ucap Meghan begitu merindui.

"Kenapa kamu sekarang berubah jadi dingin? apa kamu benar-benar sudah melupakan aku Ernest," ucap Meghan memandangi laki-laki yang sedang memalingkan wajahnya.

"Tadi kamu bilang, cuma niat bantuin.. jadi jangan aneh-aneh yang kamu ucapkan," tutur Ernest masih merasakan tangan Meghan merapikan dasinya.

"Ernest, kasih aku kesempatan sekali lagi.. aku janji nggak akan bikin kecewa kamu..!!"

"Mending kamu pergi kalo sudah selesai." pinta Ernest.

Jawaban dingin Ernest, begitu membuat penyesalan dihati Meghan. Kejadian lusa, saat di restoran. Menjadi awal mula kekecewaan Ernest, hingga mengakibatkan kecelakaan hebat di pintu tol subuh pagi itu.

Pada saat itu, Ernest berencana melamar Meghan, untuk dapat segera bertunangan. Sayangnya, Meghan yang mengerti keinginan mantan kekasihnya itu, justru sengaja tidak datang ke Restoran.

Hati Ernest sangat sakit, mengetahui Meghan tidak mengindahkan kejutan dimalam itu. Meghan justru asyik dugem bersama teman-temannya.

"Aku yakin, kamu masih sayang sama aku," gumam Meghan duduk disamping Ernest.

Ernest hanya diam, tanpa mengucap satu patah kata.

"Ernest, kamu dengerin aku nggak sih?," Meghan mengeluarkan jurus andalan yaitu merengek.

"Kamu bisa pergi ndak? Meg.." ucapan Ernest terhenti.

"Euuuummmm....."

Ernest dihadang ciuman dari bibir Meghan.

Perempuan cantik berambut sebahu tersebut, meraih wajah Ernest dengan kedua tangannya. Bibir Meghan mencumbu lembut, bibir yang sudah lama tidak diciumnya setelah putus.

Gigitan kecil pada bibir bawah, dirasakan betul oleh Ernest. Meski laki-laki itu tidak sudi membalas ciuman hangat bibir Meghan.

Rasanya, birahi Meghan ingin langsung ingin menjatuhkan Ernest, dan menjamah setiap jengkal bagian tubuh laki-laki tampan tersebut.

Jovi yang dari arah ruang OB, kembali masuk ke dalam ruangan. Tangan kanan kirinya membawa nampan kecil, sebab air hangat yang diminta. Kakinya berlarian jalan masuk, takut jika Ernest sudah menunggu lama.

Mata Jovi terbelalak, ketika mendapati Meghan dan Ernest yang sedang berciuman. Kakinya mematung di balik daun pintu warna coklat tua. Bulu halus pada tangan kanan kirinya berdiri serempak tanpa dikomando.

Jovi melihat, Meghan sangat bergairah melahap setiap inci bibir pasiennya itu. Bibir bagian bawah Ernest memerah, karena gigitan dan bekas sedotan bibir Meghan.

Kemudian, tidak lama setelah itu. Ernest menarik diri setelah terasa terhipnotis oleh sikap Meghan. Tangan kiri Ernest mencoba menjauhkan Meghan, namun Meghan masih selalu berhasil, meraih bibir merah alami laki-laki itu.

"Meghan...," bentak Ernest setelah berhasil menjauhkan wajah.

"Ernest.. ayo kita balikan lagi, aku mau kita balik," tangis Meghan pecah.

"Apa sih yang kamu omongin? nggak ada gunanya," kata Ernest.

"Aku mau kita balikan Ernest, aku masih sayang sama kamu, plissss Ernest," pinta Meghan dengan tangis.

"Keluar.., atau aku panggilkan satpam," Mata Ernest tajam melihat.

"Kamu ?? kamu tega banget," tunjuk Meghan.

"Aku beneran, kalau kamu tetap masih disini, aku bisa panggil satpam sekarang juga," gertaknya

"Pergi..!!!! Pergi kamu Meghan," Ernest membentak.

"Kamu bener-bener jahat sekarang, loe yang sekarang bukan Ernest yang gue kenal," tutur Meghan berlari pergi dari ruangan.

Jovi melihat Meghan berlari keluar, sembari mengusap air mata. Sedangkan, dia melihat Ernest seperti kasihan bersikap kasar pada Meghan. Wajahnya seperti terlihat tak tega.

Namun, perempuan cantik itu, tidak berani mencampuri masalah pribadi tuan muda'nya. Jovi pura-pura tidak tau apa-apa.

"Tuan Ernest, ini air putih hangatnya."

"Baik suster, taruh disitu saja."

"Iya tuan," kata Jovi.

"Suster, tolong telepon Pak Rahmat biar segera datang."

"Sudah tuan, Pak Rahmat sudah perjalanan menjemput kita."

"Oke, kalau gitu ayo kita turun ke bawah."

"Iya tuan, baik," angguk Jovi.

"Segera bereskan semuanya, file-file saya juga tolong bawakan ya," suruh Ernest.

"Ouh baik-baik Tuan Ernest," katanya.

Ernest menyucup sedikit air di dalam gelas yang tadi Jovi bawa. Setelah itu, dengan bantuan Jovi, menggandeng pelan, mengajak berjalan ke kursi roda, sangat berhati-hati.

Selanjutnya mereka berdua pergi, meninggalkan ruang direktur utama. Jovi mendorong kursi roda, ke pintu lift menuju lantai 5 di kantor. agar segera pulang.

Bungkusan roti dan susu coklat, sudah hilang diingatan Jovi, bahwa tadi dia sempat membelinya. Apalagi, untuk mengambil kembali lagi di kantor.

Setelah turun dari lantai 5, Jovi sudah mendapati Pak Rahmat, berlari kearah dirinya dan Ernest. Sopir andalan Tuan Toni tersebut, mempercepat langkahnya. Segera pergi menolong Ernest.

"Selamat siang, Tuan Ernest. Maaf tuan.. saya terlambat sedikit," Pak Rahmat mengambil alih mendorong kursi roda.

"Nggak papa Pak Rahmat, lagian saya dan Suster Jovi juga baru saja turun," Ernest tersenyum.

"Betul Pak Rahmat," Jovi membenarkan.

"Hehe iya tuan, tadi saya makan sebentar.. saya nggak tau kalau tuan minta dijemput awal," Pak Rahmat tertawa khas.

Kemudian Pak Rahmat membantu Ernest masuk ke dalam mobil. Jika tadi, Jovi berada dibelakang sopir. Kali ini, Ernest yang berada dibelakang jok duduk Pak Rahmat, sedang Jovi tetap disamping Ernest.

Jovi menutup pintu mobil, lalu Pak Rahmat menyalakan mesin kendaraan roda empat tersebut. Mobil warna hitam itu, melaju standart disiang hari, matahari membakar tubuh.

"Aduuuhhh...."

Ernest menengok ke arah Jovi.

"Kenapa suster?."

"Nggak papa tuan.."

"Ouh..," Ernest kembali fokus melihat ke jalan.

Jovi merasakan sakit maag'nya terasa sedang kambuh. Dia baru ingat, jika telepon dari Fictor dan insiden bentol-bentol ditubuh Ernest. Lupa membuat Jovi mengenyangkan perut.

"Aaa-adduuuuhhhh."

"Suster kamu kenapa?," tanya Ernest cemas.

"Ini tuan, perut saya sedikit nyeri."

"Kamu pakai minyak kayu putih, biar sedikit mendingan," Ernest menyarankan.

"Pak Rahmat, tolong ambilkan minyak kayu putih didalam dashboar mobil," pintanya.

"Baik tuan," ucap Pak Rahmat sembari memberikan botol minyak kayu putih.

"Ini suster," Ernest memberikan botol kecil pada Jovi.

"Terimakasih Tuan Ernest," kata Jovi.

Jovi membelakangi tubuh Ernest, lalu membuka satu kancing dres bajunya. Untuk melumuri perutnya dengan minyak kayu putih. Dia berharap maag'nya segera mereda, minimal setelah sampai dirumah Tuan Toni.

Suasana didalam mobil kembali hening.5 menit sesudah dioles minyak, tetapi nyeri perut Jovi tidak mereda. Perempuan cantik tersebut, mencoba menahan perih perutnya, dan tidak bersuara karena tidak enak oleh Ernest

"Aaaaahhhh.... eemmb..," tangan kiri Jovi memegangi perut.

"Kenapa lagi suster?," tanya Ernest lagi.

"Maag saya kambuh Tuan Ernest."

"Kamu punya maag? Apa tadi kamu tidak sarapan?."

"Tadi saya belum sempat makan," Jovi menahan sakit sembari memegangi perutnya.

"Aduuuhh.. sakit bangeetttt..,"

"Ya Tuhan, periihhhh.. hiks hiks" Jovi menundukkan kepala.

"Suster Jovi, kamu bawa obat?," Ernest terlihat khawatir.

"Ng-nggak tuan.. sakit sekali rasanya."

"A-a kita beli obat dulu di apotik saja.. Pak Rahmat belok dulu ke apotik ya..!!," Pinta Ernest.

"Baik tuan muda.."

Pak Rahmat pun mencari apotik terdekat. Sementara di dalam mobil, Jovi terlihat kelimpungan. Tubuhnya membungkuk, menahan rasa sakit di perut, terasa perih seperti ditusuk-tusuk.

Tangan Jovi, menggenggam erat jok mobil yang diduduki bersama Ernest. Perempuan berjepit hitam itu, hampir tidak bisa menjaga sikap di depan Ernest.

Berkali-kali, tubuhnya disandarkan pada kaca mobil. Untuk meringankan, sakit maag Jovi yang kambuh. Namun semua tetap tidak berhasil.

Ernest memandang Jovi tidak tega. Apalagi, kepala Jovi yang berkali-kali lari disandarkan ke kaca mobil, serta tangannya meremas lambung. Semakin membuatnya tak tega.

"Suster, agak mendekat kesini," Ernest melihat Jovi menyandarkan diri pada kaca mobil.

"Iyaa....," jawab Jovi tanpa bertenaga.

Tanpa diduga, saat Jovi mendekat disebelah Ernest. Tangan kiri Ernest, mengarahkan kepala Jovi ke arah pundaknya. Gerakan tangan Ernest, mengajak kepala Jovi bersandar dipundak gagahnya itu.

Perlakuan sikap Ernest pada Jovi, membuat iri wanita didunia ini. Laki-laki bergips itu, memberikan sandaran pada Jovi sebagai rasa simpati. Mungkin Jovi tidak menyadari.

Jovi yang merasakan nyeri hebat di lambung, berkali-kali menyembunyikan wajah ke dalam pundak Ernest. Tangannya bahkan tak terkontrol, berani meremas lengan kiri Ernest, yang tidak menggunakan gips.

"Saakiiitttt aahhhhhh...," rintihan Jovi terdengar.

"Sabar suster, habis ini kita sampai."

"Hiks.. hiks.. hiks.. hi." Jovi menangis kesal nyeri dilambungnya tidak mereda.

"Sabar ya.. sabarrr," tangan kiri Ernest menepuk pundak Jovi.

"Sabar Suster Jovi, habis ini saya carikan obat" sahut Pak Rahmat dari depan.

"Iya pak, sakit sekali...," Jovi menyesal belum makan.

Ernest melihat Jovi menangis, menahan sakit, serta kepalanya menengadah ke atas, melihati langit-langit mobil.

Aroma harum Jovi, kadang begitu terasa masih segar di hidung Ernest. Buliran air mata berjalan membasahi sedikit pipi lembutnya.

Pak Rahmat kemudian turun, setelah berhenti. diapotik kimia farma untuk membelikan obat Jovi.

"Pak Rahmat, nanti tebuskan resep sekalian dari Dokter Edo, dan belikan obat maag," pinta Ernest yang melihat Pak Rahmat keluar mobil.

Terpopuler

Comments

Septy Cweet

Septy Cweet

dkasih makan donk....jangan cuma dksh obat....haha

2020-08-27

1

Septy Cweet

Septy Cweet

dkasih makan donk....jangan cuma dksh obat....haha

2020-08-27

1

Li Na

Li Na

next

up

2020-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!