7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni

Mendengar kabar, bahwa putra tercintanya jatuh dari kamar mandi. Tuan Toni Wijaya langsung mendarat pulang, kembali ke Surabaya.

Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan menggunakan pesawat terbang, untuk kembali sampai ke kota Surabaya lagi. Mobil sedan hitam, yang dikendarai oleh sopir pribadi Tuan Toni, melaju begitu kencang.

Dari bandara juanda, biasanya memerlukan waktu satu jam. Dengan patas diselesaikan dalam hitungan menit. Sopir handal dari keluarga Toni Wijaya itu bernama Pak Rahmat, berusia 10 tahun lebih muda dari Tuan Toni Wijaya.

Setelah sampai dipintu gerbang perumahan, Tuan Toni sudah mulai merasa lega, meski belum bertemu Ernest. Mobil sedan hitam itu, melaju dan berhenti, didepan pagar mewah minimalis warna hitam.

Tampak kedua satpam gagah, membuka pintu pagar besar dari sisi kanan dan sisi kiri, secara bersama-sama. Setelan jas coklat, lengkap dengan sepatu kerja, masih dikenakan Tuan Toni Wijaya.

Wajah Tuan Toni tidak santai sama sekali, pijakan kaki menuju rumah, hanya 3 kali saja dipijaki. Sebelum akhirnya mencari Ernest di dalam kamar. Untuk memastikan kondisinya.

"Ernest, bagaimana keadaan kamu?," tanya Tuan Toni membuka ruang kamar Ernest.

"Papa kok balik lagi, Ernest nggak papa pa.. Ernest sudah baikan," jawab Ernest yang terlihat segar selesai mandi.

"Untunglah, papa belum lega, kalau tidak melihat kamu secara langsung. Bik Yuni baru ngasih kabar tadi pagi. Papa takut kamu kenapa-kenapa," tutur Tuan Toni begitu sayang kepada putranya.

"Iya pah, Ernest dengar dari Bik Yuni, si bibi menelpon Suster Jovi malam-malam," jawab Ernest didalam kamar berdua bersama papa nya.

"Baik sekali Suster Jovi, papa masih tidak yakin, jika dia adalah orang jahat," kata Tuan Toni dibuat kagum.

"Papa penasaran, apa yang melatar belakangi gadis cantik itu, dulu bisa keluar dari perekrutan?," ucap Papa Ernest bingung.

"Bukan gadis cantik pa, tapi gadis yang seperti wanita pada umumnya," jawab Ernest justru tentang hal yang sepele.

"Hahaha.. kenapa kamu justru mempermasalahkan hal sepele itu Ernest? memang Suster Jovi itu cantik," Tuan Toni lantas tertawa.

"Biasa saja, tidak jauh beda dengan Bik Yuni," mata Ernest fokus membaca buku.

Ternyata, hal yang melatar belakangi perekrutan suster untuk anaknya itu. Adalah karena misi Tuan Toni dan Ernest, untuk menelusuri kembali kejadian waktu lalu.

Kejadian rusaknya perekrutan, beberapa tahun silam, yang pernah terjadi di RS Wijaya. Mereka mencari tahu, dalang dibalik semua itu. Pernah membuat krisis keuangan rumah sakit juga.

Tuan Toni lalu keluar mencari dimana Jovi. Perempuan berambut panjang itu, ternyata sedang menghabiskan waktu didapur, bersama dengan Bik Yuni, Bik Lusi serta bibi-bibi yang lain.

Jovi tidak dipanggil, ke ruang tengah oleh Tuan Toni. Tuan Toni berjalan ke dapur, baru saja datang dari luar kota. Baju kerja Tuan Toni, nampak masih menyelimuti tubuh.

"Suster Jovi," kata Tuan Toni.

"Iya tuan, ada apa?," tanya Jovi.

"Saya senang, mendengar kabar jika suster malam-malam, datang ke rumah untuk mengecek keadaan Ernest," puji Tuan Toni.

"Sama-sama tuan, itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai suster pribadi Tuan Ernest," jawab Jovi menghentikan potongan sayur di dalam dapur.

"Kedatangan Suster Jovi, begitu tepat tadi malam," Tuan Toni tersenyum.

Mata besar Tuan Toni, memandang para asisten rumah tangganya ,sedang berkumpul menyiapkan makan siang. Tuan Toni menyuruh kepada Bik Yuni siang itu.

"Bik Yuni," panggil Tuan Toni.

"Iya tuan," jawab Bik Yuni menghampiri.

"Bik Yuni, tolong kumpulkan semua pembantu, sopir, satpam dan tukang kebun diruang tengah..!! saya tunggu sekarang," perintah Tuan Toni, mengubah wajah jadi tegas.

"Baik tuan besar," jawab Bik Yuni setengah membungkukkan badan.

Suara gaduh, langsung terdengar setelah Tuan Toni meninggalkan ruangan dapur. Para bibi-bibi berbisik, menebak jika Tuan Toni akan marah besar. dikarenakan kejadian putra kesayangannya jatuh tadi malam.

Jovi juga ikut mendengar, apa yang di tebak oleh para bibi-bibi, dengan raut wajah ikut mulai menakut. Ternyata tuan besar di rumah tersebut, betul-betul sangat perfeksionis seperti Ernest.

Jovi bersama 5 pembantu lainnya, berjalan kearah ruang tengah. 3 Supir Pak Yoyok, Pak Rahmat, dan Pak Eko. Lalu 2 Satpam, Pak Tono dan Pak Lukman. serta 2 tukang kebun, sudah berkumpul rapi diruang tengah.

Terlihat Tuan Toni Wijaya, mengambil kacamata favorit yang beliau gunakan. Tubuh besar Tuan Toni, mondar-mandir didepan para pegawai. Raut wajahnya seketika berubah, tak sehangat saat menyambut Jovi datang kemarin.

"Sebelumnya saya berterimakasih kepada semua pekerja rumah termasuk Suster Jovi, yang sudah berkumpul dirungan," kata Tuan Toni memulai.

Anggukan, serta jawaban lirih "ya tuan," terdengar dari beberapa pegawai.

"Saya mau tanya, kira-kira orang sebanyak ini dirumah kemana saja??," tanya Tuan Toni.

"Kok sampai bisa-bisanya?? Ernest jatuh didalam kamar mandi. Apa masih kurang dirumah ini 5 asisten rumah tangga?? lain sopir, satpam dan tukang kebun" lanjutnya bernada kecewa.

"Harusnya kalian lebih perhatian kepada tuan muda, kecelakaan yang dialami Ernest kemarin, adalah yang paling hebat dari sebelum-sebelumnya," Tuan Toni berdecak tak bahagia.

"Cukup bagi saya kehilangan nyonya besar saja, jangan sampai Ernest yang satu-satunya saya miliki, memiliki kondisi kurang baik, " ucap Tuan Toni merubah nada.

Nadanya menjadi lirih, Tuan Toni suaranya menjadi pelan, ketika mengingat, istrinya telah meninggalkan untuk selamanya.

Tidak ada satupun asisten rumah tangga, ataupun pegawai lain, yang berani memberikan pembelaan. Semua nampak menunduk berjamaah, walaupun tanpa aba-aba yang diberikan.

Kemarahan Tuan Toni, didasari ketakutannya kehilangan Ernest. padahal jatuhnya Ernest, adalah karena murni kesalahan Ernest sendiri.

"Untuk itu, sekarang saya perintahkan kalian..!! semua bisa membuat jadwal, untuk mengecek kamar Tuan Ernest..!! minimal 2 jam sekali," peraturan baru dari Tuan Toni.

"Saya tidak mau, kejadian kemarin terulang lagi..!! untung saja kondisi Ernest tidak parah, kalau ada apa-apa, apa kalian mau bertanggung jawab?," tuturnya membentak.

"Karena Ernest hanyalah penerus tunggal, yang satu-satunya saya miliki, kalian harus paham itu," Tuan Toni melirihkan suaranya.

Para pegawai dirumah pengusaha sukses tersebut, hanya membisu dan sesekali batuknya Pak Yoyok, mengisi keheningan diruang tengah rumah. Kadang tangan Pak Tono, juga terlihat menggaruk kepala.

Kicauan burung yang biasanya terdengar, pagi ini juga tak menyuarakan suara. Semua terasa begitu hening, ketika kemarahan Tuan Toni mememuncak.

"Ouh iya.. untuk Suster Jovi..!! mulai sekarang anda bisa menginap disini, dengan jadwal pulang bisa dipilih hari sabtu atau minggu..!!," perintah dari laki-laki berkacamata.

"Ta-tapi Tuan, apa saya tidak boleh pulang sore, saya mohon sore ini saja, saya bisa pulang pamit ke orang tua saya dulu tuan," tawar Jovi membubuhkan nyali tinggi.

"Sejak kapan ada orang disini berani membantah perintah saya?? apa gunanya telepon atau whatsapp yang kamu punya?? kondisi anak saya lebih penting daripada keluarga kamu, kamu kan sudah melamar menjadi suster untuk Tuan Muda, jadi kamu juga sudah siap dengan konsekuensinya," Tuan Toni memarahi Jovi.

"Ma-maaf Tuan Toni," jawab Jovi terbata-bata, membendung air mata hampir saja menetes ke pipi.

"Apapun yang terjadi, kesehatan dan keselamatan Tuan Muda tetap nomor satu, kalian paham?," ucapnya menengaskan lagi.

"Jangan sampai kemarahan saya, membuat kalian pergi dari sini, camkan itu," telunjuk Tuan Toni memerintah.

"Paham tuan..," jawab semua pegawai termasuk Jovi.

"Baik, saya harap kalian bisa menjaga kondisi baik dirumah ini, dan kalian bisa kembali beraktivitas. Siapkan makan siang untuk saya, dan bubarkan diri sekarang," kata Tuan Toni menutup peraturan baru.

Jovi baru mulai menyadari, jika keinginan Tuan Toni harus selalu dituruti. Kekhawatiran atas putranya begitu menyengserakan Jovi. Ternyata beberapa pesan dari Fictor, yang dibaca Jovi beberapa waktu lalu, seolah menjelma menjadi nyata.

Jovi ingin menangis sejadinya, apalagi ingatannya langsung berlari kepada Aqila adik kecil tercinta Jovi. Air matanya berkali-kali diseka, saat mulai jatuh tak beraturan di pipi Jovi.

Diseka lagi, air mata yang masih berani turun menetes ke pipi Jovi. Nafasnya terlihat tersedu, meski sudah berusaha dia sembunyikan. Beberapa bibi juga terlihat, menyuruh Jovi sabar karena peraturan baru dirumah tersebut.

Perempuan cantik berhidung mancung tersebut, tidak menduga. Wajah yang tadinya begitu ramah, bisa langsung menjadi garang. Bak singa yang akan menerkam lawan.

Jam makan siang sudah tiba, jarum yang sudah menunjukkan pukul 12.00, mengantar kaki Jovi ke kamar Ernest. Membawa kembali, nampan makan siang yang sudah disiapkan Bik Yuni, dibawa Jovi.

"Permisi tuan, sudah waktunya makan siang," kata Jovi memasuki ruang kamar.

Ernest duduk dikursi sofa, melihat kearah Jovi. Kedua bola mata Jovi begitu memerah, menahan tangis dari omelan Toni wijaya. Ernest nampak kesal, mendapati suster barunya yang cengeng.

Tidak ada rasa gugup yang dihadapi Jovi, ketika menyuapi makan siang ke Ernest. Semua pikirannya hanya berlabuh pada kerinduan Jovi, untuk Aqila. Fikirannya seperti orang syock.

"Saya tidak mau, apa yang kamu alami..!! kamu ikut bawa-bawa kerumah ini. Kamu ini kerja, saya bukan pacar kamu.. hapus itu air mata kamu," perintah Ernest melihat Jovi duduk disebelahnya

"Maaf Tuan Ernest, saya berjanji tidak akan mengulangi lagi," jawab Jovi menyeka air mata.

"Suster Jovi kamu itu bukan ABG labil, yang apa-apa harus diselesaikan dengan tangisan. mending kamu pergi saja kalau gitu," Ernest malas.

"Tidak tuan, maaf tuan, saya janji," ucapnya menegarkan hati.

"Makanya, komitmen sama pekerjaan kamu," bentak Ernest.

Lalu Ernest kembali makan, setelah Jovi terlihat tidak menangis. Ernest kurang suka dengan perempuan menangis. Hal itu terjadi, karena terakhir mama Erest meninggalkan dunia ini, beliau sedang menangis mengkhawatirkan Ernest.

"Haa....," kata Jovi memberi aba-aba pada Ernest membuka mulut.

Ernest menurut, membuka mulutnya, untuk makan siang hari ini. Sendok nasi yang masuk ke dalam mulut Ernest, ditadahi tangan kiri Jovi dibawahnya. Agar tidak ada nasi yang mengotori baju Ernest.

Pelan tapi pasti, nasi dan sayur didalam mangkok yang dibawa Jovi, terlihat habis dan berkurang sedikit demi sedikit. Diakhir suapan, suster cantiknya itu, mengamati bibir samping Ernest.

Ada sisa nasi yang belum masuk, menempel, pada gerbang bibir Ernest.

"Maaf tuan ada nasi," kata Jovi.

"Ha..?," Ernest memasang wajah melongo.

Sebelum akhirnya Jovi, langsung membersihkan bibir Ernest, dengan sapuan tangan halus Jovi tanpa permisi. Bibir Ernest langsung mengunci.

Kemudian akhirnya, jempol tangan Jovi menyapu bibir tuan muda tanpa sungkan. Entah apa yang ada dipikiran Jovi, tapi yang jelas, dia lalu langsung meninggalkan Ernest tanpa permisi.

Terpopuler

Comments

KenangHP

KenangHP

Aku mampir lg nih thor.

Silahkan kunjungi juga:
-Mimpi Sang Pemimpi

jika berkenan memberikan like, rate dan vote kak

makasih 😊😊

2020-11-06

0

Septy Cweet

Septy Cweet

sabar jovi

2020-08-27

1

Ilyoen Hajar Siti

Ilyoen Hajar Siti

waahh.....tuan toni jomblo
to
y u dah jodohin sama aq aaja ya thor

2020-07-11

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!