10. Persiapan Jovi Kembali Kerja

Kabut subuh pagi, yang masih terlihat mengepul dipelataran rumah. Rasa dingin, yang secepat kilat menyergap tubuhnya.

Sebab pagi hari sudah keluar, mempersiapkan keberangkatan Jovi, meninggalkan rumah. Sesekali tangan kanannya, menggosok lengan ditubuh putihnya itu.

Lampu penerang jalan dikompleks rumah Jovi, benar-benar menunjukkan, jika ini masih pagi buta. Lampu penerang masih menyala dimana-mana.

Jalanan nampak sunyi, tanpa pijakan kaki para warga. Yang mana memang, beduk subuh saja belum sama sekali terdengar. Meski tubuhnya dipenuhi rasa lelah, disetiap ujung.

Tetapi tidur Jovi tak bisa lelap. Dirinya membayangkan, akan meninggalkan rumah selama satu bulan. Membiarkan dengan susah, sulit bersua bersama keluarga.

Dipelataran rumah, Jovi menaruh koper kecil yang akan dibawa. Dia takut, adik kecilnya Aqila yang kini sudah mulai pandai bertanya. Akan menanyakan isi koper tersebut.

"*Ya Tuhan.. kenapa Engkau harus memberikan cobaan seberat ini. Beri Jovi kekuatan Tuhan untuk melewati setiap garis kejadian yang sudah Kau susun sesuai skenariomu.. Ayoo Jovi pasti kamu bisa"

"Tuhan memberikan cobaan itu tidak lebih dari batas kekuatan hambanya. Itu berarti kamu bisa Jovi.. Semangat Jov.. Semangaat*..."

Tubuhnya bersandar lemas, pada tiang teras rumah Jovi. Sisa nasi yang disantapnya tadi malam, rasanya sudah hilang, kosong didalam perut Jovi. Dimakan cacing penyedot tenaga.

Bibirnya tak bergumam sama sekali, kepasrahannya semakin terlihat. Dari kedua bola mata, yang memandang kosong jalanan. Hati Jovi sudah dibuat sedih semalaman.

"Allah hu akbar.. Allah hu akbar.. Allah hu akbar.. Allah hua akbar.."

Suara adzan subuh langsung menyadarkan Jovi, dari lamunannya dipagi ini. Dia kembali masuk ke dalam, mencari mamanya yang terdengar mulai menyalakan kran air untuk sholat.

Lampu tadinya padam, satu persatu dinyalakan tangan basah mama Jovi. Sudah terbasahi dengan air wudhu, menuju ruang musholla di rumah.

"Mah.. Jovi berangkat setelah subuh ini ya.. biar Aqila nggak tau, pas nanti Jovi pergi," ucap Jovi air matanya berkumpul dipojok mata.

"Iya sayang..," ucap mamanya.

"Jovi bereskan dulu barang-barang Jovi mah," gumamnya lirih.

"Habis ini, mama bantuin kamu siapin baju ganti dan baju kerja ya..!! kamu mandi dulu aja," kata mama Jovi mengelus pundak tangan putrinya.

"Heem mah," anggukan Jovi menuruti perintah mamanya.

"Mama sudah siapkan air hangat buat kamu, buruan gih," suruh mama Jovi bahagia.

"Terimakasih mah," jawab Jovi sembari mengecup pipi mamanya.

Wanita cantik yang melahirkan Jovi itu, dengan polos menawarkan bantuan kepada putri tercintanya. Dia tidak tau, jika putrinya mungkin tidak akan pulang. Satu,dua atau bahkan tiga bulan lagi.

Putri cantiknya tersebut, sangat tegar menyembunyikan apa yang tidak diketahui mama Jovi. Yang mama Jovi ketahui, anaknya hanya akan berangkat meeting selama satu bulan ke Jakarta.

Selesai Jovi pergi mandi, dia kembali ke kamar untuk segera bersiap. Jarum jam dinding menunjukkan pukul 04.35, sedikit mempercepat persiapan Jovi.

Kaki yang seharusnya berjalan kearah kamar, bersiap diri untuk kembali ke rumah Ernest. Justru tanpa aba-aba, membelokkan diri, ke arah kamar adik kecil tercinta Jovi, yaitu Aqila.

Hatinya masih tidak kuat, jika diajak untuk tidak usah melihat Aqila. Adiknya yang tidak akan ditemui Jovi, satu bulan kedepan. Pintu kamar tidur terbuka separuh, seolah mengerti apa isi hati Jovi.

Kakinya berjalan pelan, bibirnya tak bersua, takut jika semua itu nanti akan membangunkan Aqila. Diatas ranjang, ada Aqila lelap dengan tidur. Sedang merangkul guling, diantara tubuh mungil.

Jemarinya yang kecil, tangan-tangan tak berdosa, nampak terlihat cantik seperti Jovi. Potongan rambut baru sebahu, yang di beritahukan kepada Jovi itu. Kembali lagi teringat oleh dirinya.

"Aqila.. meski kita tidak bisa bertemu, kakak akan selalu merindukan kamu sayang.. besok kakak janji akan kembali pulang."

Bibirnya tak berucap, hanya batinnya yang berbicara tak bergema. Tangan Jovi bahkan tidak berani, membelai lembut rambut Aqila. Seperti saat tadi malam.

Ketika Jovi menidurkan Aqila, dengan belaian lembut dikepala bocah kecil itu. Semua kembali teringat. Tubuh Jovi terduduk ditepi ranjang, memandang sedih wajah tak berdosa Aqila.

Tidak ada lagi canda tawa, yang akan mengisi rumah besar papa Jovi. Namun tak berselang lama, kaki Jovi sudah kembali ke kamarnya. Karena jarum jam, semakin cepat berlari.

"Jovi, koper kamu dimana?," tanya mama Jovi sudah lebih dulu, didalam kamar.

"Jovi udah masukin sendiri mah bajunya, tadi pas mama belum bangun Jovi udah siap-siap," ucap Jovi.

Dirinya tidak ingin, mamanya tau. Jika yang dibawa Jovi, bukan baju kerja seksi. Melainkan baju standart yang biasa Jovi kenakan keluar.

"Tumben sayang," mama Jovi heran.

"Hehehe...," senyum Jovi.

"Kelihatannya, kamu sudah tidak sabar mengikuti pelatihan ya sayang..? ini kan pelatihan pertama kamu ke Jakarta," mamanya menebak tersenyum bahagia.

"Siapa tau, nanti kamu pulang bawa mantu buat mama ya Jov hehe," senyum mama Jovi.

"Iyaa mah.., makanya Jovi bangun lebih pagi," jawab Jovi sekena'nya.

"Mama sedikit khawatir kalau kamu ke Jakarta, kamu harus jaga diri ya Jov..!!," pinta mama Jovi.

"Iya iya.. mama," Jovi menjawab sama.

Perempuan cantik, yang mempersiapkan diri, menyisir rambut didepan meja rias. Ikut tersenyum, dengan tebakan gila mama Jovi. Setidaknya, karena itu mama Jovi tersenyum.

Ternyata, mamanya masih membantu, mengecek beberapa barang penting. Apa yang masih harus Jovi bawa ke Jakarta.

"Jovi.. entah apa yang mama pikirin, rasanya hati mama sedih banget Jov, kamu mau berangkat ke Jakarta..," gumam mama Jovi.

"Nggak tau kenapa, mama seperti ngerasa kamu akan pergi lama," imbuh wanita yang melahirkan Jovi.

"Mah.. Jovi kan ke Jakarta untuk meeting, ya memang satu bulan itu lama mamah," Jovi menenangkan.

"Katanya mama mau dibawain calon mantu," ucapnya mencoba menggodai mama agar tidak sedih lagi.

"Kamu bisa aja hahaha," tawa mama Jovi kembali mengembang.

"Mungkin ini cuma perasaan mama, yang jarang jauh sama kamu, sampai berbulan-bulan ya sayang," mama Jovi menepis rasa galau.

"Mama baperaaan ah.. kayak abg," Jovi men senyumi orang tuanya tersebut.

Apa yang dirasakan mama Jovi, seolah tidak bisa membohongi, ikatan batin antara keduanya. Meski Jovi tidak pernah, mengatakan yang sebenernya terjadi.

Tetapi ikatan antara ibu dan anak itu, mengalir didarah mereka berdua. Dimana sedihnya Jovi, juga adalah sedih mamanya. Orang tua yang melahirkan dirinya.

Papa Jovi tak kalah perhatian, menatakan tas box kecil. Berisi susu, roti, biskuit gandum, kesukaan putrinya itu. Papa Jovi mengingat, bila anak perempuannya itu, sering telat makan dan mengabaikan kesehatan.

Setelah semuanya siap, mama dan papa Jovi, mengantar anak sulungnya berangkat ke depan teras. Rok selutut, khas dengan atasan seksi. Biasa dipakai sekertaris kantor-kantor besar, terlihat dikenakan Jovi.

Rok hitam memiliki belahan belakang, terpadu kemeja kerja, ditambah sepatu heels hitam di kaki. Seolah meyakinkan mama dan papa Jovi, jika putrinya akan benar-benar berangkat meeting.

"Jovi.. kamu jaga diri baik-baik ya sayang..!! Jakarta itu kota yang lebih besar dari Surabaya, papa sayang kamu," kata papa Jovi sebelum melepaskan pelukan Jovi.

"Iya papa, Jovi juga sayang papa," Jovi memeluk erat papanya.

"Mama juga sayang kamu.. kamu jaga diri baik-baik..," tutur mama Jovi.

"Inget makan yang teratur ya Jov, nggak ada yang ngingetin kamu makan, kamu harus pinter-pinter jaga kesehatan sayang," Mama Jovi memeluk erat.

"Iya mama.. Jovi bakalan sering makan, Jovi juga bakal jaga diri baik-baik," peluk erat Jovi.

"Kalau ada apa-apa, kamu langsung hubungi papa aja.. kebetulan papa juga punya kenalan di Jakarta," kata papa Jovi khawatir.

"Iya papa, siap," Jovi tersenyum.

Hidung mancung Jovi, dan mamanya. Dikaitkan menari bersama, pada wajah mereka berdua. Air mata Jovi rasanya tidak kuat dibendung, syukur.. ternyata air mata itu tidak menetes.

Taksi mobil yang sudah dipesan, oleh papa Jovi, terparkir lebih awal di depan pagar. Menunggu penumpangnya naik masuk ke dalam taksi.

"Hati-hati ya sayang," kata mama Jovi.

"Mama.. kenapa semuanya diluar?," suara Aqila.

Aqila yang tiba-tiba sudah terbangun, berjalan keluar ke arah mama, papa, dan kakaknya. Rambut Aqila acak-acak'an, matanya masih samar.

"Aqila, kok sudah bangun..?? ini masih pagi nak," tutur Papa Jovi.

Papa Jovi menghampiri, menggendong Aqila, yang mengucek mata, bangun dari tidur malam.

"Kakak Opi mau kemana..? katanya kakak Opi mau nemenin Aqila," Aqila mengingat janji kakaknya.

"Iya, kakak mau kerja sebentar Qila, nanti sore kakak pulang," Jovi menjawab dengan guratan mata berbinar lagi.

Bibir Jovi ingin mewek tapi tertahan.

"Nggak mau, kakak bilangnya kalau hari sabtu libur, ini kan sabtu ya pah..?? papa sabtu juga libur.., kenapa kak Opi kerja pa?," tanya Aqila sudah mulai mengerti nama-nama hari.

"Kakak lembur sebentar nanti pulang," Papa Jovi menyilakan rambut berantakan Aqila.

"Ini jumat sayang," kata Mama Jovi pada Aqila.

"Tapi mah? kakak bilang mau nemenin Aqila," ternyata Aqila masih keukeh.

"Iya, tapi kakak kerja dulu sayang," Mama Jovi memberi tahu.

Lalu papa Jovi memberi isyarat, untuk segera meninggalkan Aqila. Mengingat fajar matahari, mulai terbit dimana hari mulai lebih siang.

Isyarat mata, untuk segera naik ke mobil taksi jug diberikan mama Jovi. Jovi mencium kedua tangan orang tua, serta menaruh ciuman kecil, yang didaratkan ke pipi adiknya.

Semua semakin memantik tangis Aqila. Air mata tulus Aqila, mengalir deras pada pipi putih anak kecil tersebut.

"Papa.. Aqila mau ikut kak Opi, Kakak Opiiii.........," teriak Aqila.

"Kakak Opi... Aqila ikut."

"Papa... akak Opi nggak boleh kerja, Aqila nggak mau..," ucap Aqila.

Tangis anak kecil, usia 3 tahun itu, pecah digendongan gagah papa Jovi. Melihat Jovi masuk ke dalam taksi, melambaikan tangan lewat kaca pintu taksi.

Semua terasa, membuat histeris tangis Aqila. Sesekali, tubuh kecilnya seolah ingin memberontak, dan ikut berlari kearah Jovi.

Jovi pergi meninggalkan kompleks Perumahan Archadya, dengan taksi biru yang ditumpangi. Semburat cahaya fajar di ujung timur, terasa mulai menerangi bumi, mengantar keberangkatan Jovi kembali ke rumah besar Tuan Toni.

Terpopuler

Comments

Nurayati

Nurayati

visualny thor?

2020-07-10

1

Nununa07

Nununa07

💪💪💪💪💪💪💪

2020-06-20

0

Zui Kim

Zui Kim

mampir disini juga ya.. semangat 💪

2020-06-17

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!