Suster Untuk Tuan Muda
"Dilaporkan dari Surabaya. Seorang Putra tunggal dari Toni Wijaya salah satu orang terkaya di Indonesia mengalami kecelakaan tunggal yang fatal, pada subuh pagi tadi. Diduga karena korban mengantuk, sehingga menabrak pembatas pintu tol. Korban dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka luka yang serius. Demikan lintas berita TV siang ini, selamat siang"
Begitulah berita yang terdengar ditelinga Jovi,Fictor nampak begitu bahagia mendapati berita yang sudah berkali kali ditonton lewat siaran ulang youtube.
Didepan laptop berwarna abu-abu, tawanya tak henti-henti mereda hingga terasa memenuhi ruangan kantor. Sesekali telapak tangan itu, mengarahkan kursor lagi-lagi hanya untuk berita yang sama.
"Rasain nggak lo,akhirnya Tuhan ngejawab doa doa gue,kapan lagi lo cidera parah hahaha," kata Fictor.
Dirinya menertawai foto Ernest didalam berita tersebut.
"Itu yang terkenal, dengan sebutan tuan muda ya pak..??," tanya Jovi tidak lain adalah sekertarisnya sendiri.
"Apa ?? tuan muda?? cuiihh," sahut Fictor, sembari mengibaskan dasi merah yang dikenakan.
"Asal lo tau Jov, sebenernya dari jaman kuliah gue ini lebih terkenal dari dia, cuma gara-gara bapaknya, pinter nikung tander tander proyek papa gue, ngebuat dia jadi lebih terkenal," ucap Fictor.
Dia mencoba membuat Jovi mempercayai. Jovi tampak meng"iya"kan, apa yang didengar telinganya dari Fictor,tidak lain adalah atasan Jovi sendiri.
Laki laki dengan umur 28 tahun tersebut, sudah sukses menduduki jabatan Manager sejak 4 tahun lalu. Dirinya adalah, salah satu bussnismen muda di Surabaya.
Meski mereka dulu pernah berada pada sekolah yang sama pada saat SMA. Semua itu, lantas tidak membuat Jovi. beranggapan Fictor adalah temannya.
Jovi tetap menganggap Fictor, sebagai atasan dan Jovi sebagai bawahan. Walaupun aktivitas kerja antara kedua'nya sudah sama-sama lama.
Selama beberapa tahun menjadi sekertaris Fictor, suasana tetap formal seperti 2 tahun lalu.Tidak ada yang berubah, meski beberapa kali Fictor menyuruh Jovi merubah sikap.
Perusahaan yang di pimpin Fictor tersebut, telah sukses besar menduduki ratting tertinggi nomor 2 dalam pencarian developer terpopuler tahun ini.
Namun Semesta Group, masih harus bekerja keras. pasalnya ratting pertama paling populer, dalam pencarian 5 tahun terakhir, adalah perusahaan milik keluarga besar Ernest Wijaya.
Ernest Wijaya, adalah teman kuliah Fictor. Saat berada di Universitas Indonesia. Salah satu Universitas ternama, di negara Indonesia.
"Setidaknya, kecelakaan yang menimpa Ernest minimal jadi balasan. Dulu pernah nabrak Helen, sampai meninggal. dan sebetulnya itu belum seberapa..!!!," ucap Fictor.
Dia meremas kedua tangan, diatas meja, matanya berbinar mengingat kejadian 3 tahun silam. Semua tetap segar di ingatan Fictor.
"Helen sudah tenang dialam sana pak, mungkin dia nggak bakalan suka, ketika Bapak membahas ini lagi," jawab Jovi berusaha menenangkan.
"Lo nggak usah sok deh Jov, lo itu sadar diri harusnya. Perusahaan kecil papa lo nggak bakal bisa jalan lagi, kalau bukan karena papa gue. utang numpuk udah gitu sok nasehatin," sindir pedas Fictor menunjuk muka Jovi.
"Maaf pak," jawab Jovi bernada ketakutan.
Jovi lalu menunduk tanpa bergema satu patah katapun. Fikirannya tanpa disuruh, sudah kembali flashback. Mengingat bagaimana Om Purwo ayah Fictor, datang memberikan bantuan untuk melunasi hutang papa Jovi.
Hutang itu karena ditipu, bahkan untuk makan saja, keluarga Jovi hampir tidak bisa pada waktu itu. Mengharuskan Jovi, ikut menjadi tulang punggung keluarga.
"Bagus kalau loe sadar diri. Loe itu harus nurut sama gue, nggak bakalan ada perusahaan sebaik perusahaan gue, terhadap keluarga loe. Ingat itu." ucap Fictor memicingkan mata.
Meski bukan bantuan uang dari Fictor sendiri, namun hal itu sering dijadikan senjata Fictor, untuk melemahkan Jovi dan menuruti semua keinginannya.
Jovipun tidak ada pilihan lain, selain mengalah, dan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga Fictor. Semua membuat Jovi tidak berdaya.
************************
Setelah beberapa hari, media telah memberitakan kecelakaan Ernest berturut-turut. Fictor masih saja tidak puas, dengan kabar perkembangan Ernest. Atas kecelakaan yang dialami Ernest, hingga hampir merenggut nyawanya.
Fictor terlihat berdiri didepan meja kerja Jovi, dengan ponsel yang dipenuhi berita Ernest. Sesekali mata Fictor, mengarahkan pandangan kearah komputer disebelah Jovi.
Matanya tiba-tiba tertarik, membaca salah satu artikel yang berjudul.
Tak Kunjung Membaik,Toni Wijaya membutuhkann suster pribadi untuk "Tuan Muda"
Tidak berselang lama, langsung terdengar tawa Fictor. Hampir saja menyeruak keluar ruangan. Hingga sebagian meja kerja, tengah diduduki Fictor, tergoyang-goyang oleh badan besarnya.
"Hahaha gila..., terus apa gunanya?? perawat rumah sakit sebanyak itu di RS Wijaya?? Udah ngalah ngalahin bayi aja, pakai ada perawat pribadi," ucap Fictor menepuki pundak Jovi.
Perempuan berambut panjang itu, nampak sabar menghadapi perlakuan atasannya selama ini. Mungkin hanya Jovi lah, yang tetap kuat menjadi Sekertaris pribadi Fictor, lengkap bersama sikap angkuh Fictor.
"Mungkin harusnya, Ernest Wijaya di taruh panti jompo saja pak," imbuh Jovi terkekeh membuat Fictor senang.
"Hahaha bukan mungkin lagi Jov, tapi emang harusnya tempatnya dia disitu," Fictor tertawa keras.
''Lagian, mungkin nggak bakal ada suster yang mau ngerawat dia, kalau bukan yang udah renta, tinggal setahun lagi pensiun," imbuh Fictor duduk diatas lengan kursi Jovi.
Ola yang berada disamping meja kerja Jovi, melihat semua itu, hanya melirik sinis ke arah Fictor.
"Emang Ernest kayak dia?? kejem kayak setan hiii..," batin Ola dalam hati.
Jovi sedikit menggeser tempat duduknya. Nafas besar yang keluar dari mulut Jovi, seolah mengharap Fictor agar segera pergi dan tempat kerjanya.
Sayangnya, Fictor justru langsung menunjuk notifikasi kecil di komputer. Menepuk berkali pundak Jovi, untuk segera mengetahui isi notifikasi tersebut.
" DIBUTUHKAN SUSTER PRIBADI UNTUK RAWAT JALAN ERMEST WIJAYA BERIKUT KUALIFIKASINYA"
Sikap Jovi masih teramat sabar mengahadapi Fictor, matanya membaca teliti beberapa kualifikasi, yang ditentukan oleh pihak Rumah Sakit Wijaya.
Untuk menjadi suster Ernest, ada salah satu kualifikasi yang menunjukkan. Dimana harus lulusan, dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jaya Surababaya.
Fictor bergumam kecil, melirik ke arah Jovi. Mengenakan baju berwarna putih, berhias pita, pada bagian kerah lehernya.
Gelang perak warna putih, pada pergelangan tangan kanan Jovi. Sesekali memancarkan cahaya, terpantul sinar lampu ruangan kantor.
"Jov, kalau nggak salah loe dulu kuliah Stikes Jaya kan?," tanya Fictor sedikit canggung.
"Iya ya gue ingat, loe lulusan Stikes Jaya," imbuhnya lagi, tanpa ada jawaban terlebih dulu dari Jovi.
Jovi menganggukkan kepala, sembari mengangkat kedua alisnya. Jovi yakin, Fictor tidak mungkin lupa. Jika Jovi lulusan mana??.
Sementara karena Stikes Jaya lah, Fictor membawa Jovi, untuk bekerja ke Perusahaan Semesta Group. Semua dilatar belakangi karena dendam Fictor.
2 tahun yang lalu, kecelakaan yang melibatkan Ernest, hingga menewaskan Helen kekasih Fictor. Selalu melatar belakangi, keinginan Fictor. Untuk menghancurkan segala bisnis, yang berada dibawah naungan Toni Wijaya.
Waktu itu, Fictor melakukan negosiasi. Dengan kurang lebih 12 calon perawat baru, yang sudah di rekrut RS Wijaya. Sudah siap kerja, termasuk Jovi dan juga Ola.
Jovi ingat betul, Fictor menawarkan posisi kerja, di bagian staff tanpa seleksi. Di perusahaan Fictor, pada saat itu, nilai gajinya sangat fantastis, menjadi daya tarik sendiri.
Semua itu, hanya untuk angkatan perawat seusia Jovi. Dimana, sehingga hal tersebut. Bisa sedikit membantu Jovi, untuk melunasi hutang papanya.
Hal tersebut lantas membuat Jovi dan Ola, lebih memilih bekerja di Perusahaan yang Fictor pimpin. Ketimbang menjadi perawat di RS Wijaya.
Kekurangan perawat, yang didalangi oleh rencana jahat Fictor. Semakin membuat RS WIJAYA, berada pada tekanan. Belum lagi berita hoax, mengabarkan bahwa, management RS Wijaya sangat buruk.
Tuduhan korupsi yang ditujukan pada keluarga Toni Wijaya, hingga mal praktik, disebar Fictor begitu cepat. Semakin membuat RS Wijaya, dalam kondisi naik level. memiliki komplain terbanyak selama 2 tahun terakhir.
RS Wijaya pun mengalami devisit, pada tahun 2016. Dan mampu bangkit pada tahun 2017, menerapkan pelayanan yang lebih tinggi. Serta rekrutmen perawat baru.
Dengan sistim penandatanganan kontrak, semua tidak akan ada kekeliruan lagi. Sehingga kejadian pada beberapa tahun silam, tidak terulang lagi.
"Jov Jov, gimana kalau loe daftar jadi susternya si Ernest, gue yakin lo bakal ketrima ahh cocok," Fictor bersemangat.
"Maaf pak, tapi saya keberatan untuk itu. lagian saya sudah lupa, sama ilmu ilmu kesehatan," sanggah Jovi tidak berharap banyak.
"Pokoknya loe harus tetep ikut, nah nanti gue bisa nyuruh lo nih, buat ngerjain si Ernest, atau kalau nggak gitu," Fictor terdiam.
"Bantu gue, buat dia ketemu sama Helen disana hahaha," lanjut Fictor.
Dirinya memelototi Jovi, lalu mulai menghilangkan diri, lewat pintu kantor. Ola yang melihat Fictor pergi, langsung berbisik ke arah Jovi.
"Jovi, gue nggak ngebayangin loe jadi susternya si Tuan muda, jangan dengerin bos loe yang stress itu," kata Ola.
"Mending loe jangan mau deh," lanjut Ola menasehati.
"Tapi ol, gue takut.. loe tau kan gimana kakunya si boss, setiap apa yang diperintahkan, harus sesuai dengan keinginannya," jawab Jovi terkulai lemas dikursi.
"Joviiii... loe nggak inget, gimana dinginnya si Tuan muda. waktu kita praktek kunjungan ke RS Wijaya, bisa mati kutu loe sama sikap dia," Ola menepuk paha Jovi.
Ola dan Jovi sedikit banyak mengetahui, bagaimana sikap Tuan Muda, yang terkenal dingin serta perfeksionis. Saat berkunjung ke Rumah Sakit atau kampus Jovi.
Namanya Ernest tidak akan asing, oleh alumni Stikes Wijaya. Sebab sudah bukan rahasia lagi, jika Stikes Wijaya, RS Wijaya, adalah milik keluarga besar Ernest.
"Terus gimana ol?? gue nggak ada pilihan lain, hutang papa masih banyak juga ke Om Purwo," keluh Jovi menekuk wajahnya diatas meja.
"Tapi harusnya Fictor itu, jangan begitu. Dia membuat hutang papa loe, sebagai senjata buat nurutin segala keinginannya," tukas Ola kesal.
"Lagian dendam dari jaman dulu, kenapa juga nggak hilang-hilang?? padahal udah jelas, polisi bilang yang ngebawa mobil bukan Ernest, tapi temennya," Ola membahas kejadian silam.
"Bilang aja, kalo dia gak bisa terima kenyataan," gerutu Ola keras kepada Jovi.
"Husssttt pelan pelan nanti pak Fictor datang," Jovi memperingati Ola.
Jovi lalu menyembunyikan wajah di antara kedua tanganya, beberapa butir keringat dingin, mulai terlihat menurun hingga mata Jovi.
Pikirannya mulai dihinggapi rasa kacau, pertanyaan-pertanyaan sulit. Rambut Jovi berlarian, mengikuti udara AC, keluar dari mesin pendingin di kantornya.
Bagaikan masuk ke dalam kandang singa, pilihan itu sulit ditolak oleh Jovi. Hutang budi yang di tanggung selama ini, membuat Jovi harus rela di perbudak oleh Fictor. secara terus menerus.
Namun sayang, tangannya tidak sejalan, dengan apa yang menjadi pikiran Jovi. Tangan mungil Jovi, justru meraih mouse dan melakukan pendaftaran di via internet.
Jovi membuka dompet di lacinya, mencari KTP lama, serta melampirkan identitas tersebut. Salah satu persyaratan, sebagai pendaftar perawat untuk Tuan Muda.
Tatapan kosong Jovi mengarah kearah pintu, lagi-lagi membayangkan bagaimana Fictor, menanyakan kembali. Tentang pendaftaran perawat untuk Tuan Muda atau Ernest.
Jovi berharap tidak ada tamparan, yang mendarat lagi ke pipi putihnya. Setelah dia mendaftarkan diri ke Lowongan tersebut. Dan menuruti kemauan Fictor.
Mata Jovi berkaca lagi, saat mengingat kembali Fictor. Atasannya itu, pernah menampar Jovi. sebab Jovi tidak mau menjadi pacar Dion, teman lelaki Fictor.
Dion adalah laki-laki berperawakan tinggi, tubuhnya penuh banyak tato, dan Dion menyukai Jovi. Sehingga Jovi mau tidak mau, harus menerima cinta laki lali bertato tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
like
up dog
2022-03-17
0
Aqu Ajaah
kirain jovi itu cowok..🤭🤭
2021-03-28
0
🎶🎶💞🎶🎶
up
2021-03-19
0