14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest

Selesai membeli roti, dan segelas susu coklat hangat dari kantin kantor. Pesanan Jovi, masih terbungkus rapi. Kakinya berjalan kembali, ke lantai 5 ruang Ernest.

Jovi ingin memastikan lebih dulu, keadaan Ernest, yang sebentar lagi juga harus makan siang serta minum obat.

Dia berjalan keluar dari lift, lalu berjalan menuju ruang direktur utama. Dalam perjalanannya balik ke ruangan, senyum Jovi terlihat. Ketika beberapa pegawai, berpapasan dengan dirinya.

Nampaknya, kehadiran Jovi di kantor hari ini. Sudah menjadi perbincangan hangat, karena parasnya yang cantik berprofesi sebagai perawat.

Tidak sedikit juga, mata lelaki yang melihat ke arah Jovi tersenyum dengan sendiri. Membiarkan kepalanya, tidak sejalan dengan arah kaki. Semua terasa membuat tertawa.

"Hallo Suster."

"Hai Suster Jovi."

"Perawat barunya Pak Ernest ya?."

Semua sapaan itu, terdengar silih berganti di setiap penghujung jalan. Jovi heran, darimana para pegawai di kantor itu tau jika dia bernama Jovi.

Perempuan cantik tersebut, berjalan menunduk sopan. Ketika bertemu dengan pegawai, yang umurnya lebih tua. Sangat membanggakan mempunyai suster seperti Jovi.

Keramahan, kesabaran yang Jovi miliki, tidak pantas memiliki nasib yang kurang baik. Meski begitu, Jovi tetap menerima takdir sebagai pemuas keinginan Fictor.

"Triing.. ting.. ting.. triing.. ting.."

Bunyi ponsel, dibarengi getaran disaku baju Jovi, terambil dari tangan kirinya. Yang sedang tidak membawa apa-apa.

Mata Jovi langsung terbelalak, di jam makan siang Fictor menelponnya. Apalagi suasana dikantor Ernest, ramai para pegawai berhamburan keluar.

Jovi kemudian menepi, ke arah sudut pojok ruangan. Dimana tempat itu, mengarah ke kaca-kaca besar ruangan kantor ruangan tersebut.

Terik matahari menembus masuk, dari kaca besar kantor. Tapi untungnya, AC di ruangan lebih dingin, dan mendominan pada kantor tersebut.

"Hallo Pak Fictor."

"Hallo, loe darimana aja? kenapa loe

gak ngangkat telpon gue..? mentang-mentang sekarang loe nggak di kantor, jadi berani seenaknya?? begitu hah?," bentak Fictor di dalam telpon.

"Ma-maaf pak, tadi saya habis beli makan dikantin karena belum makan."

"Loe sekarang sudah pandai bohong ya Jov?? emang gue bodoh, percaya sama alasan loe, yang sering dipakai anak kecil bohongin nyokapnya," kata Fictor kasar.

"Beneran Pak Fictor, tadi bekal saya ketinggalan dirumah Tuan Ernest," Jovi berhati-hati bicara.

"Kalau loe didepan gue, udah gue tampar muka loe.. beraninya loe ngebantah gue !! Mana informasi yang loe dapat, selama jadi susternya Ernest? loe tau, kerja loe nggak becus banget."

"Iya pak, maaf.. saya telah lancang."

"Gue nggak mau bayar gaji loe, kalau loe nggak ngasih keuntungan buat gue, paham loe..!!."

"Ma-maaf Pak Fictor, iya pak, saya akan memberi tahu, jika Tuan Ernest kenapa-napa?," Jovi menjawab pelan.

Matanya memejam, membayangkan bagaimana Fictor, berada di lain tempat itu sedang marah. Pasti wajahnya sedang merah padam, dan mengepalkan tangan diatas meja.

Apapun yang dilakukan Jovi, serasa kurang berhasil dimata Fictor tersebut. Jovi juga tidak akan tega, apabila mencelakai Ernest.

"Apa otak loe baru berfungsi, kalau gue baru nelfon loe, dasar sekertaris edan (gila)," Fictor memaki hebat.

"Ya Pak Fictor, saya minta maaf," jawab Jovi meski hatinya terasa begitu sakit.

Sesekali kepala Jovi memastikan keadaan, tidak ada pegawai kantor, yang mendengar pembicaraannya. Semua percakapan Jovi dengan Fictor ditelepon.

Kadang dia membalik tubuh, serta tengok kanan kiri. Perut yang tadinya terasa perih, karena maag diperut Jovi kambuh, tidak terasa lagi di lambungnya.

Jika Jovi, adalah sekertaris yang dianggap gila oleh Fictor. Tidak mungkin perempuan cantik berlesung pipi itu, pernah mendapat predikat sebagai sekertaris terbaik di tahun 2017 silam.

3 menit sudah telepon dari Fictor, lalu kemudian Jovi mematikan telepon, dari Atasan kejamnya tersebut. Semua tepat setelah jam istirahat selesai.

Tubuhnya lemas ingin terkapar dilantai, membayangkan, apa yang akan direncanakan Fictor. Rencana kejam pada pasien tampannya tersebut.

"Gimana ini? Apa yang akan direncanakan Pak Fictor ?? Pasti Pak Fictor sudah merencanakan sesuatu. Apa jangan-jangan Tuan Ernest akan di racuni? a-a-a jangan Tuhan," Jovi membatin sembari berjalan masuk keruang Dirut.

Pikiran Jovi justru kemana-mana, sekertaris cantik itu mengaitkan kata-kata Fictor beberapa waktu lalu, yang ingin melihat Ernest menyusul Helen.

Sementara Helen saja sekarang sudah meninggal. Apa iya Jovi harus mengirim juga Ernest menemui mamanya. Ahh semua itu tidak pernah terbersit pada kepalanya.

"Kreeeeeeekkkk...," Jovi membuka pintu.

Dia melihat, ruangan seperti biasa, saat tadi meninggalkan Ernest dan Meghan. Jovi melihat Meghan, sudah tidak berada lagi dikursi depan Ernest. Mungkin Meghan sudah pergi.

Perempuan cantik itu, hanya melihat Ernest menengadah, wajahnya melihat ke atas. Dasi yang dikenakan hari itu, terbuang kesamping. Kancing baju kemeja Ernest, melepas sendiri.

Apa kira-kira yang baru saja dilakukan Meghan, pada laki-laki tampan tersebut. Jovi berlari ke arah Ernest, sedang diam membisu mengetahuinya datang.

"Tuan Ernest, tuan kenapa?," tanya Jovi menggeletakkan makanan sudah dibeli tadi.

"Tuan merasakan deman?, atau bagaimana Tuan Ernest?," tanya Jovi berlari menghampiri Ernest.

"Tubuhku gatal sekali suster, badanku rasanya panas, tenggorokanku kering suster," ucapnya.

Ernest sudah mendapati tubuhnya, penuh dengan bintik-bintik merah. Digaruk berkali-kali, agar meredakan rasa gatal ditubuh.

"Hah?? kenapa ini?," Jovi memegang punggung telapak tangan Ernest.

"Wajah Tuan Ernest?? kenapa juga bentol-bentol merah, ada apa ini?," tangannya panik mengamati wajah pria tampan itu.

AC ruangan di kantor, bahkan tidak bisa meredakan rasa panas, yang ada didalam tubuh Ernest. Semua terasa gerah, pada semua badan.

Jovi membantu Ernest, melepaskan jass kerja dari tubuhnya. Sesekali, dengan tangan kiri, Ernest menggaruk tubuh, walaupun gerakannya terbatas.

"Gatal suster, panas, haduhh...," dahi Ernest mulai bermunculan keringat.

"Se-sebentar tuan, Ya Tuhan ini kenapa Tuan Ernest?," ucap Jovi berbibir gemetaran.

"Aduuuh... gatal sekali," Ernest menggosok hebat lengan kanan bergips tersebut.

"Jangan digaruk tuan, itu gipsnya nanti geser," Jovi melihat Ernest kebingungan sambil membuka kancing baju.

"Gatal suster, panas," berkali-kali Ernest hanya mengucap itu.

"Tu-tuan Ernest, usap halus saja, mana bagian yang terasa sangat gatal," Jovi membantu.

"Semuanya gatal suster, panas..," tangan Ernest menggaruk bebas, badan gatalnya.

"Sabar ya tuan, saya bantu gosok," tangan Jovi membantu.

Nampaknya gatal ditubuh Ernest, begitu tidak main-main. Bahkan, setiap Jovi memandang Ernest, mata laki-laki itu memejam, menahan gatal bercampur panas ditubuh.

Sampai akhirnya, Ernest tidak tahan, buliran air mata keluar. Keringat juga menuruni wajah dan pergelangan siku Ernest.

Suasana istirahat, yang tadi membayangi keinginan Jovi. Segera menikmati roti hangat dan susu coklat, langsung sirna semua. Perut perihnya tertahan, mendapati Ernest yang kesakitan.

Dijam makan siang pukul 12.00, Jovi mengajak Ernest untuk pindah ke sofa, memboyong tubuh kekar Ernest, ke depan ruangan berkaca.

Karena tempat kursi direktur yang di duduki Ernest, menyulitkan Jovi memberi pertolongan, pada ruam gatal ditubuh sang CEO tersebut. Jovi memindahkan tubuh Ernest.

Tangan kanan kiri Jovi, sahut menyahut membuka kancing baju. Kemudian menanggalkan kemeja milik Ernest di sofa.

"Gatal tubuh Tuan Ernest rata disekujur tubuhnya. Kelihatannya ini bukan alergi gips !! atau mungkin Tuan Ernest alergi salah satu obat yang diminum tadi," Jovi membatin sembari mengecek ruam gatal ditubuh tuan muda.

"Tuan Ernest, dimana kotak obatnya?," tanya Jovi.

"Disana, cepat suster.. tubuhku rasanya nyeri sekarang," tutur laki-laki yang terkapar di sofa.

"Baik tuan," Jovi berlari mengambil kotak P3K kantor.

Dirinya memandang kecewa ketika melihat kotak P3K di kantor. Tidak ada obat penolong, yang cocok untuk mengobati gatal tubuh Ernest.

"Hanya ada obat merah, kapas, rivanol. hand sanitizer saja tuan, dan juga hansaplas," keluh Jovi melihati Ernest tergeletak tanpa atasan di atas sofa.

"Bantu garukkan suster," perintahnya.

"Jangan tuan, jangan di garuk.. nanti luka tuan semakin parah," Jovi tidak membantu.

"Aku nggak betah suster," bentak Ernest pada Jovi.

Jovi tersentak, melihat Ernest semakin kelimpungan. Tangan kirinya menggaruk dada, serta leher yang penuh ruam merah gatal.

Map file didepan meja kantor Ernest menjadi perhatian Jovi, rambut rapinya berlari mengikuti mencari kontak salah satu dokter rumah sakit Wijaya.

"Hallo, dengan dokter Edo rumah sakit Wijaya."

"Betul, ada yang bisa kami bantu?."

"Maaf Dok, saya suster Bapak Ernest. bisa dokter kesini untuk mengecek kondisi Pak Ernest?,"

"Ada apa dengan Pak Ernest ya suster?."

"Tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan ruam gatal di seluruh tubuh, kemungkinan itu bukan alergi gips, tapi saya sendiri kurang begitu tau Dok?," jelas Jovi ditelepon.

Mata Jovi kebingungan, mendapati Ernest semakin merintih kesakitan.

"Baik saya akan kesana..!!," ucap Dokter Edo melegakan hatinya.

"Terimakasih dokter."

"Hanya itu, apa ada keluhannya lagi?," kata Dokter Edo memastikan.

"Tidak dok, itu saja, terimakasih dok," jawab Jovi.

Jovi menutup cepat telepon, dua kaki jenjangnya berlari lagi ke Ernest. Musibah apalagi ini? hatinya berkecamuk, membayangkan apa yang akan Tuan Toni lakukan pada Jovi.

Suster cantiknya itu, membuat putra tercintanya kesakitan. Kesalahapahaman baru selesai, muncul lagi masalah baru. Jovi ingin menyerah rasanya.

Kali ini Ernest membangunkan diri, mendudukkan tubuhnya di atas sofa. Kepala Ernest menengadah lagi ke atas. Kakinya diluruskan ke arah meja kantor.

Meski sempat diberitahu Jovi, agar tidak menggaruk ruam gatal ditubuh. Tetapi hal itu dilanggar Ernest, dia masih menggaruk seluruh tubuhnya.

"Semakin panas saja," Ernest menggaruk'i wajah.

"A-a-a jangan tuan," Jovi mengangkat tangan tak berdaya.

"Gatal suster, panasss," kata Ernest bernada kesal.

Tidak habis akal, Jovi meraih rivanol, di kotak P3K yang masih berada di atas meja. Kapas putih, dibaluri cairan warna kuning, dipegang Jovi, untuk mengurangi rasa gatal ditubuh Ernest.

"Nyeeessss..."

Kapas dingin menggosok setiap bagian tubuh Ernest.

Jovi menyapu setiap tubuh Ernest, agar tidak semakin infeksi, karena garukan tangan Ernest. Punggung mulusnya tidak terelakan, dari ruam gatal yang melanda tubuhnya.

"Ini bukan ruam gatal karena alergi obat, ini seperti alergi seafood," gumam Jovi mengamati.

Suster Jovi, menyapu rivanol di leher Ernest.

"Alergi seafood?," Ernest mendengarkan.

"Suster Jovi, apa tadi suster salah membawakan saya bekal?," tanya Ernest membuka mata.

Laki-laki itu mengingat, pada suapan terakhir disarapan paginya, terasa bukan lauk ayam yang menjadi santapan. Ketika Ernest menikmati hidangan teriyaki.

"A-a saya mengambil nasi kebuli, ayam fillet teriyaki, terus cap cay tuan," Jovi mengingat apa saja yang dimasukkan, pada box makan saat pagi.

"Kamu nggak bawakan saya udang kan?," sedikit duga Ernest.

"Hah udang ?? A-a-a tadi Bik Yuni dirumah memasak udang kupas saus teriyaki tuan, katanya itu kesukaan tuan besar."

"Tapi kamu nggak ambil kan ??," Ernest memandangi perempuan yang melumuri tubuhnya, hingga rata berwarna kuning.

"Tadi saya ? saya lupa tuan," jawabnya tidak konsen.

Jovi mengobati telinga kanan Ernest, saat itu juga mengeluarkan ruam merah. Ernest yang lelah memiringkan kepala ke arah kiri, menyandarkan kepala ke pundak Jovi.

Anehnya Jovi tidak merespon lebih, dia membiarkan kepala Ernest tidur dipundak kirinya. Terlihat begitu romantis.

"Kenapa rata seperti ini ya tuan?," gumamnya sendiri.

"Apa Tuan Ernest alergi pada udang?," tanya Jovi.

"Tuan," panggilnya lagi.

Namun pertanyaan dan panggilan dari Jovi tersebut, tidak dibalas oleh Ernest. Suara sunyi ruangan, melengkapi keanehan pertanyaan Jovi.

"Tuan..??," dia melirik ke arah wajah Ernest.

Ternyata laki-laki tampan tak berkemeja, tengah memejamkan mata tertidur. Jovi yang berada diatas kepala Ernest, memandang leluarsa hidung mancung milik anak Tuan Toni Wijaya.

Wajahnya tampan, dengan bibir alami merah menawan asli. Rambutnya rapi, alisnya tebal, serta bulu mata yang sama juga. Ernest memang sangat tampan.

Terpopuler

Comments

Novrizal Novizral

Novrizal Novizral

awalnya jatuh cinta ...

2020-09-09

0

.

.

Hadir...semangat ya

2020-07-05

0

Li Na

Li Na

up

2020-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!