4. Pengganggu Bunga Malam

"Iya Pak Fictor tadi saya disuruh pulang lebih awal oleh Tuan Toni, keluarga Toni Wijaya begitu baik dihari pertama kerja."

"Haduuh Jovi Jovi, kamu ini polos sekali, Toni Wijaya itu hanya pencitraan. dan setelah ini, pasti kamu akan di pekerjakan secara sadis. Untuk menjaga putra kesayangannya itu. Semesta Grup akan jadi yang terbaik, daripada Perusahaan ingusan milik Tua bangka itu."

"Maaf Pak Fictor saya tahu Semesta Grup tetap yang terbaik bagi saya."

"Baguslah kalau kamu tahu, besok tetap kabari saya, hal yang menyenangkan. kamu harus bisa membawa angin segar, selama menjadi suster di tempat si Ernest."

Jovi menghela nafas, membacai chatt. Masih tertulis rapi di whatsapp. Sedikit badan Jovi, terkulai bersandar dibawah ranjang. Tangannya seolah bermain piano, menghitung satu persatu jemari, berada dipangkuannya.

Lagi-lagi, ini adalah hal sulit yang harus Jovi lakukan. Sudah sering kali, Jovi menjadi seseorang yang jahat. Hanya untuk menuruti kemauan atasan di kantor Jovi tersebut.

"Papa, kapan kita bisa kembali hidup normal lagi?? Jovi bosan Pa.. jadi alat pemuas keinginan Fictor membalas dendam," rengeknya menyilakan rambut yang menutupi.

Rasa lelah yang harus Jovi hadapi, belum seberapa, jika dibanding Papa Jovi. Yang setiap harinya harus menawarkan proposal, kepada kolega-kolega dikantornya. Dimana banyak patner perusahaan, mengundurkan diri untuk bekerjasama.

Perlahan tapi pasti, kedua mata indah Jovi mulai terpejam. Mata yang tadinya kosong, menatap bayang langit-langit kamar. Kini sudah mulai mendatangi bunga malam, terasa begitu manis. Meninggalkan dunia nyata.

Meski dalam posisi ketiduran, dibawah ranjang. Mimpi Jovi sangat begitu indah, dirinya kembali bertemu laki-laki, teman semasa praktik kerja lapangan pada masa kuliah.

Diruang rekam medis, yang beberapa hari Jovi lewati, saat interview rekrutmen perawat. Dimimpi Jovi, laki-laki itu tersenyum pada Jovi. Saat berada di ruang rekam medis, menata berkas-berkas rumah sakit.

Namun anehnya, tiba-tiba ada Tuan Muda, hadir Ernest, yang datang memasuki ruangan tersebut. Membuat Jovi, serta teman laki-laki dimimpinya, diam seribu bahasa.

"tring.. ting.. ting.. tring.. ting ting"

Nada dering ponsel Jovi, berkali-kali bunyi. Tidur Jovi yang begitu lelap, tidak membangunkan matanya, dipukul 21.30 WIB. Meski suara ponsel begitu menggema dikamarnya, tangan Jovi tetap tidak bergerak.

"tring.. ting.. ting.. tring.. ting.. ting.."

Nada dering itu, lebih sering lagi terdengar. Lebih cepat, cepat dan semakin menyaring di telinga Jovi. Kedua tangan Jovi, akhirnya meraba ponsel.

Tadinya ponsel perempuan tersebut, berada di genggaman Jovi. Di kuceknya kedua mata, yang masih samar-samar, belum bisa melihat ponsel secara penuh.

14x panggilan tak terjawab (Telepon rumah)

"Siapa ini? Ini bukan kantor, juga bukan nomor kantor papa," gumam Jovi mendekatkan mata, lebih dekat ke layar ponsel.

Tak lama setelah itu, ponsel Jovi berdering lagi. Kepala Jovi, sebetulnya masih sedikit pusing, dari tidur yang hanya beberapa menit terjaga. Lalu kemudian dikagetkan, oleh suara ponsel malam hari.

Jovi mengangkat teleponnya.

"Ya hallo, ini dengan siapa ya?," tanya Jovi kepada penelpon, bernomer sama itu.

"Hallo Suster Jovi, saya Bik Yuni Sust, Tuan Muda baru saja jatuh dari kamar mandi non. sekarang Tuan Toni sudah berangkat ke luar kota, saya bingung Suster mau menghubungi siapa?," Jawab Bik Yuni.

Pembantu tersebut, kadang masih bingung, memanggil Jovi dengan sebutan nona atau suster.

"Hah??, terus bagaimana keadaan Tuan Ernest Bik Yun?," Jovi mengigit jemari, menanyakan kondisi Ernest.

"Bagian tangan Tuan Muda yang sedang di gips, terasa kesakitan Sust. saya juga takut, karena kepala Tuan Muda mengeluarkan darah lagi." jelas Bik Yuni gemetaran.

"Tolong suster kesini, Tuan Besar akan marah, jika mengetahui hal ini. Pak Yoyok akan menjemput Suster Jovi malam ini," pinta perempuan paruh baya dirumah Ernest.

"Baik Bik Yun, kalau begitu saya akan kesana," pungkas Jovi diujung telepon bersama Bik Yuni.

********************

Walau banyak kantuk, masih menyergap kelopak mata Jovi. Ditengah perjalanan didalam mobil Alphard Hitam, keluaran terbaru milik Ernest Wijaya. Pak Yoyok mengantar Jovi, untuk menemui pasiennya.

Malam ini, Jovi menggunakan celana joger coklat, terpadu jaket putih. Yang mengikat tubuh, serta sendal jepit hellokitty, dipakai mengikuti kedua kakinya.

Setelah belok ke perumahan, dan sampai didepan rumah Ernest. Jovi segera berlari, masuk ke dalam rumah. Yang mana lampu rumah itu, masih nampak menyala terang dimana-mana.

Lima asisten rumah tangga, semua sedang mengerumuni kamar Ernest. Jovi menghampiri Bik Yuni, terlihat sedang meremasi tangan. Mondar mandir cemas menunggu kedatangan Jovi.

Dirinya lalu masuk ke dalam kamar Ernest, itu untuk kedua kalinya.

"Suster Jovi, Tuan Muda hampir tidak sadarkan diri, apa sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja ya?? saya takut suster, nanti terjadi apa-apa dengan Tuan Muda," tanya Bik Yuni khawatir.

"Sebentar ya bik.. saya cek dulu keadaan Tuan Ernest," Jawab Jovi.

Jovi mengecek kondisi tubuh Ernest, ditaruhnya telapak tangan Jovi, diatas kening Ernest. Suhu panas sangat terasa di tangan Jovi.

Bibir tipis Ernest terlihat merintih, meski begitu, matanya tetap terpenjam. Gendongan penyangga,vdigunakan Ernest, menopang gips ditangan. Juga terlepas di atas ranjang.

Suasana ruangan dikamar Ernest, malam ini nampak tegang. Apalagi disertai rasa panik, karena ketidaktahuan para asisten rumah tangga. Dirumah Toni Wijaya, tentang dunia kesehatan.

"Kondisi Tuan Ernest tidak begitu mengkhawatirkan Bik Yuni," ucap Jovi.

"Suhu badannya panas, itu karena tubuh Tuan Ernest, yang kaget saat jatuh tadi," jelas Jovi mengecek denyut nadi tangan Ernest.

"Luka dikepala Tuan Ernest, bukan dari benturan yang tajam bik, tapi ini hanya bekas luka yang lecet lagi, setelah jatuh." Jovi menjabarkan semua.

Salah satu tangan Jovi, memegangi dahi Ernest. Bik Yuni dan beberapa asisten rumah tangga, lega mendengar penjelasan Jovi.

Rasa ploong, menaruh lega di dada mereka masing-masing. Rasa cemas serta khawatir, diwajah Bik Yuni. Perlahan mulai menghilang, berganti senyum lepas.

"Terimakasih suster, maafkan kami sudah merepotkan suster. mohon dimaklumi suster Jovi, karena kami bukan orang yang tau tentang sadis," tutur Bik Yuni sedih.

"Bukan sadis Bik Yuni, tapi medis," ucap Jovi.

Perempuan cantik tersebut, menepuk pundak Bik Yuni lembut, sembari tersenyum.

"Ouh iya Suster Jovi maksudnya itu," sahut Bik Lusi dibelakang Bik Yuni.

"Kalau boleh, saya minta Suster Jovi bermalam disini dulu saja, karena saya dan bibi-bibi yang lain, masih syock dengan kejadian malam ini." pinta Bik Yuni.

"Baik Bik Yuni," jawab Jovi tersenyum pada bibi-bibi yang bekerja dirumah Ernest.

"Terimakasih ya suster, terimakasih banyak suster," bibi dirumah itu benar-benar kegirangan.

Bik Yuni serta empat asisten rumah tangga lainnya, mulai pergi meninggalkan kamar. Jovi kemudian, meletakkan tas serta jaket putih, dikenakan diatas meja.

Didepan televisi besar dikamar Ernest, setelah Jovi menaruh barang. Dirinya berjalan ke arah Ernest, mendudukkan diri disamping Ernest. Lengkap dengan kotak P3K, diambil dari kaca sebelah kamar mandi.

Disibakkan rambut Ernest, menutupi dahinya. Sayatan luka diwajah Ernest, tadinya sudah mulai mengering. Kembali berair lagi, karena kejadian malam ini.

Dikapas putih, sudah dilumuri obat merah oleh Jovi. Mulai mendarat, perlahan menyapu luka-luka Tuan Muda tersebut. Sedang tangan Jovi satunya, menahan rambut lurus Ernest yang basah.

"Aaahhhh.. aaahhh...," rintih Ernest setengah sadar.

Beberapa kali, tangan kiri Ernest memegangi lengan Jovi. Seolah ingin menghentikan, tetapi tangannya tak berdaya. Ernest tidak sadarkan diri lagi.

Mata indah Ernest, siang tadi Jovi lihat begitu tajam. Malam ini terpejam penuh, diatas ranjang besar. Bibirnya sering menyeringai, menahan sakit.

Selesai membersihkan luka dibagian dahi, Jovi mencari luka di kepala Ernest. Sempat memantik kekhawatiran, semua asisten rumah tangga, dirumah Tuan Toni Wijaya itu.

Luka Ernest mengeluarkan darah, menembus sarung bantal yang ditidurinya. Jemari Jovi pelan menyibak, satu persatu rambut Ernest. Ada luka bakar, dibagian kepala Ernest.

Luka itu, mirip seperti sayatan ditemukan Jovi. Dirinya lalu  memberikan obat merah, pada bagian luka berwarna merah kecoklatan itu.

"Saakittt...," rintih Ernest kembali memegangi tangan Jovi.

"Sabar Tuan Ernest, ini tidak sakit," ucal Jovi menenangkan.

Dia mengambil tangan Ernest, menaruhnya disamping badan Ernest.

"Aaaaiiihhhhh....," gumam Ernest lagi-lagi terdengar.

"Adduuh..," kata Jovi tidak sengaja menutulkan kapas keras.

"Kasihan sekali luka Tuan ini sangat banyak dimana-mana," batin Jovi dalam hati.

Jarak wajah Jovi, begitu sangat dekat dengan Ernest. Hidung mancung yang dimiliki keduanya, seolah menunjukkan, tidak ada jarak antar mereka. Ternyata hal itu disadari oleh Jovi.

Jovi sedikit menjauhkan wajah dari Ernest. Dipandangi, laki-laki tampan yang tengah tidak tersadar itu. Alis tebal yang dimiliki Ernest, hidung mancung yang memang indah, semua sangat tergambar jelas.

Tanpa sengaja, Ernest yang tertidur telentang, secara tiba-tiba menyampingkan tubuh ke arah Jovi. Tangan kanannya masih tergips, bepindah pergi, berada diatas pinggang Ernest.

Kejadian itu,membuat Jovi terkejut. Dirinya yang tidak sempat, menarik diri keatas, membuat Jovi menjatuhkan diri disebelah Ernest.

Kedua matanya memejam rapat, Jovi takut jika Ernest tiba-tiba terbangun. Namun Ernest, tetap tak terbangun. Perempuan cantik itu, sedikit memberanikan diri menoleh ke samping.

Jovi melihat Ernest tanpa kedipan mata, kepala Jovi tertegun, membuat pertanyaan. Mengapa laki-laki setampan itu, bisa menjadi musuh Fictor.

"Aaaaargghh...," gumam Ernest kembali menahan sakit.

"Hah?," Jovi lalu menyumpal mulut dengan cepat.

Jovi segera bangun dari pelukan Ernest, dia mengembalikan posisi tidur Ernest, dalam posisi sempurna. Perlahan badan laki-laki bertubuh tinggi 182 itu, dibalik telentang.

Kedua tangan Ernest, menumpuk diatas perutnya. Selimut tebal bernuansa mahal, ditarik Jovi menutup sebagian tubuh Ernest.

Jovipun berjalan dan mengembalikan kotak P3K, sudah digunakannya tadi. Perempuan berwajah oval itu, lantas memilih tidur, diatas kursi yang berada didepan TV kamar Ernest.

Meski berada dalam satu kamar yang sama, Jovi tidak memilih tempat tidur Ernest, sebagai tempat bermalamnya. Pukul 23.45 matanya baru bisa memejam, setelah kejadian pengganggu mimpi indah Jovi malam ini.

Terpopuler

Comments

Acheuom Rahmawatie

Acheuom Rahmawatie

udahnlama d daftar favorit.. baru baca sekarangg

ternyata menarikk👍👍👍

2021-10-21

0

Acheuom Rahmawatie

Acheuom Rahmawatie

udahnlama d daftar favorit.. baru baca sekarangg

ternyata menarikk👍👍👍

2021-10-21

0

Mbak Boinem

Mbak Boinem

bik Yun lucu...😁😁medis bik...

2020-10-02

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!