Setelah lama berdiam diri, di taman belakang rumah Ernest, sembari meratapi kejahatan Fictor kepada dirinya. Jovi mulai melihat ke arah jam tangan yang dipakai, sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
Suara ribut sudah mulai terdengar, dari arah dapur rumah besar Toni Wijaya. Bunyi klakson dan juga suara beberapa mobil, mesinnya sudah terlihat dipanasi. oleh Pak Yoyok, salah satu supir dirumah mewah Tuan Toni.
Aktivitas dirumah besar, bernuansa warna putih, pada setiap sudutnya. Mulai satu persatu didengar oleh Jovi. Ia beranjak jalan, ke kamar mandi mengganti baju dan mandi.
Jovi sudah semalam suntuk mengenakan bajunya, dia mendapat seragam pembantu, hasil pinjaman dari Bik Yuni.
Dress selutut, lengkap dengan dua saku disebelah kiri dan kanan, sudah membuat Jovi menjelma seperti suster di rumah sakit Wijaya.
"Suster Jovi," panggil Bik Yuni.
"Iya bibi, ada apa?," jawab Jovi ramah.
"Ada lembaran, yang sudah disiapkan Tuan Toni kemarin sore, sebelum meninggalkan tuan muda," Bik Yuni memberi tahu.
"Iya bik, nanti saya cek lembaran yang diberikan Tuan Toni," kata Jovi.
Kemudian Bik Yuni menghampiri Jovi, yang sedang mengikat rambut panjang.
"Ouh iya bik, Tuan Toni kemarin bilang ke saya, beliau memberikan jadwal mengenai tugas-tugas saya," tanya Jovi.
"Mungkin seputar tentang kesehatan tuan muda suster," jawabnya.
"Iya bik yuni, untuk menjaga Tuan Ernest katanya," ucap Jovi sembari merapikan baju seragam.
"Iya suster, hari ini kalau tidak salah, ada jadwal suster memandikan Tuan Ernest," Bik Yuni memberikan lembaran yang dimaksud.
"Memandikan Tuan Ernest..!!" kata-kata tersebut langsung mengiang-ngiang dipikiran Jovi.
"Kenapa sudah seperti perawat dipanti jompo aja si?," Jovi menaruh kesal.
"Anggap saja tuan muda seperti pasien lain Suster Jovi ya..!! waktu dirumah sakit ya sust..," pinta Bik Lusi kebetulan berada di dapur.
"Ouh iya bik.., Jovi juga sudah biasa memandikan pasien, waktu Jovi magang di rumah sakit Wijaya," Jawab Jovi menipu dengan percaya diri.
"Iya suster, tapi kelihatannya, tuan muda yang paling tampan ya? diantara pasien suster yang lain hehe," goda Bik Yuni.
"Hehehe ... enggak tau bik, Jovi nggak pernah mengamati pasien Jovi, kalau sudah Jovi mandikan ya udah," ucapnya beralasan.
"Hehe, saya bercanda kok suster," ternyata Bik Yuni merasa tidak enak.
"Iya bik, nggak papa," dirinya tersenyum.
Wanita cantik itu membatin, sejak kapan ? memandikan pasien menjadi jadwal para anak PKL. Justru hal tersebut, kali pertama Jovi memandikan pasien.
Ujian pertamanya memandikan Ernest, adalah anak dari pemilik rumah sakit swasta terbesar di Surabaya. serta pemilik kampus Stikes Wijaya, dimana dulu Jovi pernah kuliah disana.
Kesal, Jovi melihat lembaran. Yang mana jadwal pertama Jovi, memang memandikan Tuan Muda dirumah itu. Cobaan apa lagi ini?, gumam Jovi dalam hati.
Kepura-puraan yang di sampaikan ke Bik Yuni, semakin membuat pening kepala Jovi. Dimana sebetulnya, Jovi tidak pernah memandikan pasien sama sekali.
Dirinya lalu mengambil ember berukuran besar, sudah disiapkan Bik Yuni, lengkap dengan waslap untuk memandikan Ernest.
Karena luka patah ditangan kanan dan kaki kanannya, membuat Ernest harus berpuasa dari mandi, didalam bathup mewah pada kamar utama.
"Permisi Tuan Ernest, selamat pagi," sapa Jovi mengawali.
"Hmm..," mulut Ernest enggan membalas.
"Hari ini tuan waktunya mandi," kata Jovi sudah memasuki kamar Ernest.
Ernest seolah tahu, jika hari ini adalah jadwalnya mandi. Tanpa bantuan Jovi, Ernest bangun dan mendudukan diri diatas ranjang.
Perempuan berkuncir satu itu, menaruh ember, sudah berisi air hangat di atas meja. Kemudian membantu Ernest bersiap mandi.
Dirinya mulai paham, tentang alasan Ernest, yang sejak kemarin selalu lebih memilih mengenakan kemeja. Kelihatannya, hal itu untuk memudahkan Ernest saat akan mandi.
Jovi berjalan ke arah Ernest, detak jantungnya tak beraturan, tetapi Jovi berhasil menyembunyikan lewat senyum manisnya.
Jemarinya mendadak kaku, membantu Ernest, membuka satu persatu kancing baju. Sedang, laki-laki berhidung mancung didepannya, apatis mengikuti arahan Jovi.
"Kamu ini seperti suster baru saja," tiba-tiba Ernest berucap begitu.
"Ah, e-enggak tuan, maaf Tuan Ernest," Jovi ketakutan.
"Bukannya memandikan, malah bengong aja," Ernest memarahi.
"Maaf tuan," ucapnya lagi.
"Memandikan pasien, bukannya sudah jadi tugas kamu suster?," tanya Ernest geram.
"Iya tuan, saya biasanya juga memandikan," jawab Jovi bohong.
"Makanya cepetan..!!!," Ernest memandangi perempuan didepannya.
"I-iya tuan..," Jovi melepaskan kancing baju atas.
"Sedikit dipercepat Suster Jovi..!!," pinta Ernest, agak sedikit membentak.
"Iya.. iya tuan.. maaf," mulutnya menjawab.
Sepertinya, senjata kata "maaf" yang diucapkan Jovi. Selalu membuat Ernest tidak bisa apa-apa. Padahal Ernest sudah menunggu lama, hanya untuk membuka kancing baju di badannya.
Satu persatu, kancing baju yang dikenakan Ernest, akhirnya selesai di lucuti oleh tangan Jovi. Setelah Ernest, hampir kehilangan kesabaran.
Dada bidang Ernest, mulai jelas terlihat. Dikancing baju terakhir, Jovi sedikit tercengang, melihat bulu-bulu halus dibagian bawah pusar Ernest.
Hal itu baru Jovi lihat pertama kali. Baru pertama, mata indahnya melihat tubuh lawan jenis, sedekat itu. Pikiran Jovi kembali mulai kacau, lsebab Jovi tidak pernah memandikan laki-laki sebelumnya.
Dengan tenang, Ernest mendapati perlakuan dari suster cantik didepannya. Tubuh Jovi semakin mendekat, membuka kemeja yang dipakai Ernest.
Lengan baju yang sudah terlepas, dari bagian atas tubuh Ernest. Membuat Ernest, harus telanjang dada didepan Jovi. Sebisa mungkin, Jovi mengarahkan pandangannya ke lain tempat.
Namun hal itu, tidak berselang lama. Perempuan cantik itu, melihat jelas lengan atletis milik Ernest. Terlihat gagah, ketika kemeja hitam terlepas dari tubuhnya.
Sedikit bulu-bulu dibagian bawah pusar Ernest, semakin mengundang birahi setiap perempuan yang melihatnya. Mengajak tak sabar untuk bercinta.
"Suster," panggil Ernest.
"Ya tuan."
"Kamu lulusan mana dulu?," tanya Ernest membuka percakapan.
"Sa-saya lulusan Stikes Wijaya tuan," jawab Jovi tanpa menyadari rambutnya menutupi muka Ernest.
"Kamu lulusan tahun berapa?, sudah pernah bekerja dimana?, pengalaman kamu apa?," cerca Ernest dengan banyak pertanyaan.
"Saya lulusan tahun 2015 tuan, saya pernah pkl dirumah sakit, terakhir saya kerja di toko buku," jawab Jovi.
Dirinya menanam kebohongan kembali, tanpa menjelaskan. Jika terakhir bekerja, Jovi berprofesi sebagai sekertaris.
"Selain itu, apa kamu sudah bekerja ditempat lain?," Ernest tegas mengorek informasi dari Jovi.
"Tidak tuan," Jovi menjawab singkat.
"Benar ya?," jawab Ernest memastikan.
Pikirannya tidak bisa membagi fokus, melihat body tubuh keren Ernest, dan menjawab benar pertanyaan Ernest.
Pagi itu, Jovi mencelupkan kain hangat, lalu memeras kain waslap. Yang sudah dibawa Jovi. Perlahan, perempuan tersebut, mulai menyapu tangan serta lengan kiri Ernest.
Dada bidang yang dimiliki Ernest, tidak lepas dari sapuan kain hangat dibawa olehnya. Tubuh Jovi mulai terasa bergetar, saat Jovi harus membersihkan bagian perut, dada bidang Ernest, disetiap lekuknya.
Jemari tangannya secara langsung, memegangi tubuh laki-laki berhidung mancung, disetiap jengkalnya.
Tidak ada bau menyengat dari tubuh Ernest, bau amis dari luka-luka Erneat juga tidak ada. Padahal biasanya, luka kecelakaan sering mempunyai bau yang kurang sedap.
Bau Ernest, masih terasa harum di hidung Jovi. Di semprot kan, sabun cair pada setiap bagian tubuh Ernest. Dari atas, tengah, di setiap jengkal tubuh yang berbeda.
Semua aroma ruangan tercium begitu wangi. Parfum mandi yang dipakai Ernest, memiliki harga Rp. 6.000.000,-
Jovi menarik ke atas, celana panjang digunakan Ernest pagi itu. Menarik hingga lutut, sebelum membersihkan bagian punggung Ernest.
Setelah Jovi selesai membersihkan tubuh bagian depan Ernest, tangan Jovi berjalan ke bagian punggung Ernest, terlihat sangat mulus. Tidak ada sedikit bercak, ataupun bekas luka kecelakaan, seperti dahi Ernest.
Jovi kembali berdiri, ketika akan membersihkan punggung. Dia melingkarkan tangan kirinya, kebagian depan tubuh Ernest. Sedangkan tangan kanannya, membersihkan punggung Ernest dengan sentuhan lembut.
"Airnya tambahkan sedikit," ucap Ernest.
"Air apa? air mana tuan," tanya Jovi.
"Ya air hangat lah, suster" jawabnya.
"Ouh ini, baik tuan," Jovi menurut.
Tubuh licin Ernest, membuat tangan Jovi terlepas dari badan kekarnya. Kini detak jantung Jovi, normal kembali. Setelah terbiasa 10 menit, membersihkan tubuh Tuan Mudanya.
Jovi berpindah ke bagian kaki kiri Ernest. Masih bisa dimandikan, sebab kaki kanan dan tangan kanan Ernest, masih terbungkus gips. Selama berminggu-minggu, dari kejadian kecelakaan lusa lalu.
Rambut-rambut halus dikaki Ernest, seolah tidak luput dari perhatian Jovi. Sangat halus memenuhi betis kaki tuannya.
Dibagian jemari kaki Ernest, ada beberapa luka, sudah mulai mengering, membuat Jovi menghindari sapuan kain waslap di luka itu.
"Tuan, apa saya juga harus memandingkan Tuan Ernest..!! dibagian yang belum saya mandikan?," tanya Jovi tanpa berani menunjuk.
"Kamu mesum sekali kelihatannya," jawab Ernest mengetahui maksud Jovi.
"Bu-bukan begitu tuan, saya takut melakukan kesalahan dipekerjaan saya, karena tadi dilembar tugas, Tuan Toni menyuruh membantu membersihkan tubuh tuan," tutur Jovi menghentikan kain mandi yang dibawa.
"Hahaha.. nggak perlu, selebihnya saya bisa menyelesaikan sendiri uster, terimakasih," ucap Ernest baru begitu baik.
Baru pertama kali itu, Jovi melihat Ernest bisa tertawa.
"Syukurlah.., baik tuan kalau begitu," lanjut Jovi menyelesaikan sisa mandi.
"Syukurlah.. ?? kelihatannya saya sudah seperti laki-laki nakal saja," senyum Ernest menghilang.
"Aduuh.. bu-bukan begitu tuan, saya lega karena tuan sudah bisa mandi sendiri," alasan Jovi sekena'nya saja.
"Lupakan," jawab Ernest kembali dingin.
Kesalah pahaman terjadi lagi, tidak pikir panjang, Jovi melanjutkan lagi. Dibagian terakhir, Jovi menyapu wajah Ernest. Kain khusus yang berikan Bik Yuni, di gunakan Jovi.
Ernest nampak menurut, memejamkan mata. Hidung mancungnya, alis indah, dan pipi putihnya, semua disapu lembut oleh Jovi.
Kadang Jovi mengusap wajah, menggunakan jemari tangannya, saat air menetes turun ke tubuh Ernest.
Telinga kanan kiri Ernest digosok bersih, sentuhan halus dari tangan Jovi, menyelesaikan semua. Kadang sentuhan itu, malah membuat Ernest ingin tidur kembali.
"Sentuhannya begitu lembut, rasanya mataku ingin tidur saja," Batin Ernest merasakan Jovi membersihkan telinga.
Ernest memandang Jovi biasa saja, perempuan berkuncit satu itu, polos menjawab pertanyaan Ernest.
Ernest tidak yakin, jika perempuan selugu Jovi, bisa mengambil tindakan melepas pekerjaan di RS Wijaya, pada saat perekrutan dulu. Ternyata Ernest sudah tau, bahwa Jovi termasuk salah satu calon perawat, yang juga ikut mengundurkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
g
semangat thor 😁
2020-10-10
0
Dedeh Supriatin
sabun akoh mah 6 jt dpt sekarung thor🤣🤣
2020-09-22
0
I love bandung
mantap lanjut trs maap baru sampe sini baca a sambil nyicil komen dulu takut ketinggalan
smangat trs author mantap"
2020-08-11
0