5. Gemetar Di Subuh Pagi

"treeett.. ttreeett.. treettt.."

Bunyi suara getar ponsel Jovi, yang terjatuh disofa saat ketiduran, hampir berkali-kali terdengar. Mata cantik yang dimilikinya, tak ubah membuat Jovi untuk bangun.

Rasa kantuk yang begitu memupuk kedua matanya, terasa sangat susah dibangunkan. Belum lagi beberapa kejadian, membuat Jovi harus terbangun berkali-kali.

Tubuh tinggi Jovi, seakan lunglai diatas sofa. Sofa itu, berukuran 2 x 1 meter tersebut.

"treett... ttreeett... treeett... teeettt...."

Suara getar tersebut, mulai membuat tidur Jovi tidak nyaman. Lagi -lagi Jovi harus bangun, dari tidur yang belum ada 3 jam itu. Matanya masih berat dibuka.

Sebetulnya, mata Jovi masih tetap enggan dibuka, meski begitu Jovi lalu meraba ponsel dibawah tubuhnya. kemudian Jovi mendudukan diri, diatas sofa yang menjadi tempat tidurnya malam ini.

Kepala perempuan bermata sipit itu, terlihat menopang bersandar sofa. Layar ponsel digenggaman tangan Jovi, terlihat memantulkan cahaya cerah. Memperlihatkan, jika papa Jovi telah menelepon.

"PAPAKU  MEMANGGIL........"

Samar terlihat, tapi semakin jelas terbaca. Pada mata yang mulai Jovi buka, tubuh yang sempat memalas diatas sofa, secara spontan langsung menegang.

Duduk Jovi, bak seperti orang yang sedang interview. Begitu tegap serta dengan tatapan mata kebingungan. ditambah rasa deg deg'an.

"Hallo pa...," angkat Jovi menjawab telepon.

"Hallo Jovi kamu dimana?? Ini papa sama mama baru datang, kamu dicari Mama dan juga Aqila," tanya Papa Jovi di telepon.

"A-aa.. Jovi ini pa,"Jovi gelagapan.

"Kemana kamu Jovi? Papa khawatir, kamu ada dimana sayang?? Ini Aqila nangis nyariin kamu," papa Jovi menanyai putri cantiknya.

"Jovi meeting pa, iyaa meeting," ucapnya.

"Terus kapan kamu berangkatnya sayang? kok kamu udah nggak ada," suara papa Jovi bingung.

"Mu-mungkin pas Jovi berangkat, papa baru datang, ini Jovi baru diperjalanan," bohong Jovi.

Dirinya memandang, jam dikamar Ernest, menunjukkan pukul 04.00 pagi.

"Ouh .... begitu," dengar Jovi Papanya mengucap lega.

"Iyaa pa, maaf ya.. Jovi nggak bilang papa, meetingnya terlalu mendadak pa," dirinya meminta maaf.

"Terus ?? kenapa kamu nggak bawa mobil?? papa kasihan sama Aqila, dia nangis nyariin kamu," ucap Papa Jovi sedih.

"O-ouh iya, Jovi berangkat sama Ola pa.. jadi ini naik mobil Ola, Jovi juga kangen pa sama Aqila," jawabnya dengan mata berbinar.

"Memang Ola punya mobil?? sejak kapan?? kamu ini gimana sih Jov??," Papa Jovi mulai menaruh kesal.

"I-ii-iya pa, mobil Ola baru, baru semingguan kok pa," karang bebas Jovi.

Perempuan berambut panjang tersebut, semakin kebingungan. Sembari menelpon, Jovi memukul kepala, karena lupa Ola tidak memiliki mobil.

"Bilang sabar ke Aqila ya pa, Jovi juga rindu," tutur Jovi mengingat adik kecilnya, berumur 3 tahun.

Mendengar kamar ada sedikit gaduh, oleh suara bisik-bisik disubuh pagi. Ernest mulai tersadar, dari tidurnya semalam suntuk.

Mata kabur Ernest, melihati sosok perempuan, tengah duduk diatas sofa. Perempuan itu, membelakangi tempat tidur Ernest.

Sayup terdengar ditelinga Ernest,  "Aqila pa..." Sayangnya, kepala Ernest masih begitu pusing. Untuk dibuat bangun, dan mencari tahu jelas dari mana suara tersebut.

"Uhuk-uhuk...," suara batuk Ernest.

Terdengar suara batuk Tuan Muda, seketika Jovi baru menyadarkan diri. Jika dirinya, tidak sendiri, didalam kamar berukuran 6x7 meter itu.

Sigap tangannya langsung mecari tombol merah, menutup telepon dari panggilan yang sedang berlansung. Tanpa persetujuan papanya, terlebih dahulu.

Kaki jenjangnya, beranjak berjalan kearah Ernest. Melihat lagi, bagaimana kondisinya. Raut wajah Jovi kembali tidak tenang, degupan jantung tak beraturan, serta keringat dingin mulai menyergap tubuh Jovi.

Kejadian subuh ini, sama menegangkan, seperti saat awal bertemu Ernest di aula rumah sakit.

Jovi melihat Ernest, tengah menahan pusing dikepala. Tangan kiri laki-laki tersebut, memegangi sebagian keningnya itu.

"Maaf tuan, apa kepala Tuan Ernest pusing??," tanya Jovi.

"Arrrghhh.....," suara Ernest menahan.

"Saya kasih obat pereda nyeri ya.. agar pusing tuan sedikit reda," tawar Jovi berdiri khawatir.

Ernest menggeleng kepala.

"Tolong pijitkan kepalaku sedikit suster," keluar perintah dari mulutnya.

"Haa, mmm.. iya tuan," angguk Jovi.

Permintaan yang diminta Ernest, semakin membuat detak jantung Jovi berdegup 3x lebih cepat. Jovi belum terbiasa, apalagi dengan wanita lain.

Diduduk kan tubuh Jovi, disamping Ernest. Tangannya mulai berjalan, kearah kening laki-laki yang memiliki banyak sayatan luka.

"Coba kamu ambilkan obat saja, untukku suster," kata Ernest tiba-tiba merubah perintah.

"Ouh iya Tuan Ernest, baik saya akan ambilkan," jawab Jovi lega.

"Jangan banyak obat, satu satu," pintanya lagi.

"Ouh begitu, iya baik tuan," jawab Jovi segera pergi.

Jovipun beranjak pergi, mengambil obat pereda nyeri, di kotak obat yang sudah dikhususkan sebelumnya. Dia takut, jika Ernest mendengar percakapan Jovi ditelepon.

Perempuan itu telihat keluar, mengambil segelas air di galon, dekat mini bar rumah besar Ernest. Tanpa sengaja, Bik Yuni tersenyum sendiri, memandang Jovi berlari kecil ke arah kamar Ernest.

Suasana subuh pagi, masih amat terasa. Belum ada aktivitas, belum ada terdengar pekerjaan, didalam rumah mewah Toni Wijaya. seperti biasanya.

Lampu beberapa ruangan dirumah, juga masih mati. Tidak ada suara mesin mobil, dari arah garasi. Aktivitas asisten rumah tangga, membersihkan rumah, juga tak terdengar.

Jovi lalu kembali masuk ke dalam kamar.

"Ini tuan," Jovi menyodorkan obat dan segelas air putih.

"...................." Ernest diam.

Raut wajah Ernest menaruh kesal, terhadap suster barunya itu. wajahnya mengarah ke arah Jovi, memaling pergi. Jovi tersadar, Ernest memiliki luka patah tulang. Membuat Ernest, tidak bisa meminum obat sendiri.

Setelah telepon dari papa Jovi pada waktu subuh, apa yang dilakukan Jovi, semua terasa amburadul.

"Astaga, ma-maaf tuan..!! saya tidak bermaksud menyinggung tuan, saya bermaksud apa-apa," Jovi malah salah berucap.

"Eeh bukan tuan, maksudnya saya tidak bermaksud apa-apa, begitu tuan," Jovi mengulang.

Dirinya langsung menaruh segelas air putih, serta obat diatas meja.

"Hmmmm...," hanya itu gumam dari bibir Ernest.

"Saya lupa tuan, kalau tangan tuan, patah," kata Jovi gugup.

"Lain kali pakai kacamata silinder," sindir Ernest.

"Saya tidak minus tuan," jawabnya polos.

"Terserahlah," ucap Ernest dibuat kesal.

"Maaf tuan, saya tidak bermaksud membantah," jelasnya takut membuat kesalah pahaman.

Tangan kanan Ernest, jelas masih terlihat sedang di gips. Tapi Jovi tidak konsentrasi. Semua kacau, disuasana subuh pagi ini.

"Jovi.. Jovi... bodoh sekali., apa sih yang kamu pikirin Jov?," batin Jovi dalam hati, kesal pada dirinya sendiri.

Perempuan yang rambutnya sedikit amburadul, sebab tidur disofa. Membantu Ernest berbaju hitam, membangunkan diri.

Dibangunkan tubuh Ernest, secara pelan-pelan, berharap Jovi tidak mengulang kesalahan lagi. Ernest bangun, dia menyandarkan tubuh, diberi penyangga bantal, pada belakang badan.

Jovi mengambil lagi segelas air dan obat yang ada dimeja dan duduk disebelah Ernest

Diantara ibu jari dan jari telunjuk kanan ada obat yang akan diberikan ke Ernest, sedangkan tangan kiri Jovi membawa segelas air yang sudah diambil tadi.

Ernest menuntun tangan Jovi, memasukkan obat, yang berada ditangan perempuan tersebut. obat itu, masuk ke dalam mulut Ernest.

Bibir Ernest, menyapu lembut ibu jari dan telunjuk tangan kanan Jovi. Untuk masuk, ke dalam mulut Ernest. terasa lembut dan hangat.

Ditangan Jovi, saat obat itu diambil Ernest, menggunakan bibirnya. Menjadi begitu hangat. Tidak sengaja mendapati perlakuan itu, Jovi hanya menaruh pandangan mata kosong ke Ernest.

Tubuhnya panas dingin, Ernest mengambil obat di tangan putihnya menggunakan mulut. Beruntung Jovi segera tersadar, memberikan air putih ke Ernest.

"Ini tuan, air putihnya," beri Jovi segelas air.

"ya," ucapnya.

Ernestpun menyucup, sedikit air putih digelas, yang Jovi bawa. Setelah itu laki-laki berkemeja hitam, meminta Jovi, untuk mengembalikan Ernest ke posisi tidur seperti sebelumnya.

Dengan sabar dan lembut, Jovipun meng'iya'kan keinginan Ernest. Ditariknya selimut putih, menutup hangat tubuh Ernest kembali. Mata yang indah itu, mulai menutup lagi, ditengah fajar yang sudah mulai terbit.

"Matikan lampunya suster..!!," suruh Ernest.

"Baik tuan," ucap suster Jovi.

Jovi lalu keluar kamar, menghangatkan tubuh diluar ruangan, menyusuri bagian taman samping, yang belum pernah dilihat Jovi sebelumnya.

Terdapat banyak tanaman segar, digantung pada pot cantik. Beberapa tumbuhan besar di samping tembok rumah Ernest, juga terlihat terawat disetiap ujungnya.

Apalagi tanaman hijau, dan kandang burung milik Tuan Toni, semakin mempercantik kondisi taman.

"Aqila... Kakak rindu kamu" guman Jovi sendirian, duduk dikursi pelataran taman.

"Kapan semua ini berakhir Tuhan, aku pengen ketemu Aqila, adik kakak yang cantik, sabar ya sayang..," Jovi meratap sedih.

"Nanti sore kakak pasti pulang," lagi-lagi ia berkata sendiri.

Matanya memandangi, foto ia bersama anak kecil berambut lurus, tidak lain adalah Aqila. Butiran air mata terasa menetes dipipi putihnya, mengingat adik kecil Jovi yang bernama Aqila.

Lagi-lagi karena menuruti keinginan Fictor, Jovi harus mengalah untuk bisa bertemu keluarganya, membohongi Papa Jovi berkali-kali.

Meski dibebas tugaskan oleh pekerjaan sebagai sekertaris kantor, dirinya tetap ingin hidupnya kembali seperti biasa. Bertemu keluarga dan bahagia.

Terpopuler

Comments

Tyo Fauzy

Tyo Fauzy

masihhhh penasaraannn kaakkk siiipppp

2021-03-19

0

Iklima kasi💕

Iklima kasi💕

sabar y jovi...

2020-07-29

0

Sinciho Grendly

Sinciho Grendly

suka bgttt

2020-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!