15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?

"Teeeett.. teeeett.. teet.."

Suara bel perusahaan menandakan jam istirahat sudah selesai.

Jovi memandang lagi, jarum jam diatas pintu ruangan, kali ini sudah menunjukkan pukul 13.00 siang. Mengembalikan suasana diluar kantor menjadi hening.

Karena ada Ernest, yang meminjam pundaknya sebagai sandaran tubuh. Kepala perempuan cantik itu, hanya berani memutar sedikit, menengok bungkusan makanan ditepi meja.

Sudah hampir 15 menit, pundak Jovi menopang tubuh Ernest. Kadang nafasnya memburu hebat, karena lelah menahan di pundak.

Tapi sayangnya, lagi-lagi Jovi tidak berani untuk memindahkan tubuh Ernest. Karena selesai merasakan rasa gatal, dan baru saja mereda ditubuh.

"Aaiihhh......," suara Ernest memecah keheningan.

Nampaknya, hanya rintihan tidak sadar Ernest. Jovi menengok kembali, laki-laki yang tidur dipundaknya itu. Ruam merah diseluruh tubuh Ernest, sama sekali tidak mengempis ataupun membaik.

Tangan Ernest, yang terkulai lemas diatas paha Jovi, dipegang lagi oleh Jovi. Sekarang bekas luka sudah kering ditangan, malah bercampur rata dengan bentol-bentol merah.

Jemari lentik Jovi, membelai lembut tangan Ernest. Otot-otot timbul dilengan tubuh Ernest, semakin terlihat gagah pada pandangannya. Diusap halus tubuh gatal Ernest, agar semakin nyenyak istirahat.

"Tuan Ernest, kesalahan apa yang aku lakukan ? sampai membuat tubuh Tuan bisa sampai seperti ini? Bagaimana nanti jika Tuan Toni tahu," lamunan Jovi berjalan-jalan khawatir.

"Ya Tuhan, semoga ruam gatal ditubuh Tuan Ernest segera pergi..!! sebelum nanti kita berdua balik ke rumah"

"Kreeeeekkk......"

Suara pintu ruang direktur utama dibuka.

Suara pintu, membuat Jovi tersadar dari lamunan. Mata indah itu melirik ke pintu berwarna coklat tua model minimalis, ternyata ada seseorang.

Tampak sosok laki-laki, tubuh tinggi 180cm, berwajah lonjong, mengenakan kacamata, dan jam tangan coklat pada lengan kiri. Jass putih serta sepatu kerja hitam, bisa ditebak Jovi jika itu adalah Dokter Edo.

Jovi gelagapan, memperbaiki posisi duduk, serta rasa ingin membangunkan Ernest, karena merasa tidak enak. Ada dokter dari rumah sakit datang, Ernest justru tidur dipundak Jovi.

Perlahan tapi pasti, langkah pria itu berjalan pelan, menghampiri Jovi dan Ernest. Memberi isyarat pada Jovi, jangan membangunkan Ernest dahulu.

"Selamat siang Dokter Edo, Tuan Ernest masih tidur," Jovi sedikit mengernyitkan dahi seperti tidak asing.

"Siang juga suster, nggak papa biarkan dulu saja," kata Dokter Edo duduk dikursi depan Jovi.

"Baik dok."

"Bagaimana kondisinya?," tanya dokter.

"Beberapa jam yang lalu, gatal ditubuh Tuan Ernest menjadi-jadi.. kemudian saya berikan rivanol untuk mendinginkan rasa gatal dokter." jelas Jovi

"Alhamdulilah sedikit manjur, meski sebetulnya agak nggak nyambung hehe," imbuhnya bahagia.

"Nggak papa, yang terpenting bisa meredakan dulu, rasa gatalnya Pak Ernest," Dokter Edo memandang tubuh Ernest yang penuh warna kuning.

Nampaknya, Dokter Edo tidak menyadari kehadiran Jovi. Sementara, lain dengan Jovi, yang lebih dulu menyadari kehadirannya.

Dokter tersebut, sangat begitu familiar Di mata Jovi. Ketika saat Jovi, melaksanakan PKL di rumah sakit Wijaya. Edo juga sering menjadi dokter tamu, dikampusnya Stikes Wijaya.

Suara Jovi dan Dokter Edo, perlahan mulai menyadarkan Ernest, dari istirahat singkatnya dipundak suster barunya tersebut.

Setengah sadar, Ernest membuka perlahan kedua mata, melihati Jovi yang berada disampingnya. Tubuhnya sedikit menjauh setelah tau, jika Ernest sedari tadi, menumpang tidur pada pundak Suster Jovi.

"Pak Ernest, sudah bangun," sapa Dokter Edo.

"Oh Dokter Edo, sudah lama disini?," Ernest tersenyum.

"Iya, saya baru sampai.. bagaimana kabarnya? apa yang terjadi?," tanya dokter.

"Kabar saya baik dok.. Ini dokter, tubuh saya tiba-tiba gatal-gatal.. rasanya seperti terbakar dan panas."

"Coba, bisa saya periksa," pinta Dokter Edo.

"Silahkan dokter," Ernest mempersilahkan.

"Bagaimana kabar papa Pak Ernest..? sudah lama saya tidak bertemu beliau."

"Papa dirumah, kemarin sempat berangkat keluar kota untuk menyelesaikan tander proyek di balik papan.. tapi malah balik lagi haha," tawa Ernest renyah.

"Hahaha.. saya tebak, beliau khawatir dengan anda, maklum Pak Ernest putra kesayangan beliau satu-satunya."

"Hehehe.. barangkali begitu." Ernest manggut-manggut.

Keakraban Dokter Edo dan Ernest, semakin memperlihatkan jika Edo memiliki hubungan yang baik dengan keluarga Wijaya.

Dua laki-laki didalam ruangan, berhasil mengentas suasana kantor yang tadinya sepi, menjadi ramai. Gelak tawa keduanya, kadang juga terdengar.

Berada disitu bersama Ernest dan Edo, perempuan cantik tidak lain Jovi, hanya ikut tersenyum memandangi percakapan sederhana mereka.

Sebelum akhirnya, Jovi beranjak dari sofa, karena Dokter Edo meminta Ernest membaringkan tubuh di sofa.

Stetoskop dari dalam jass putih, keluar menancap pada kedua telinga laki-laki yang berprofesi sebagai dokter itu. sementara, alat berbentuk bulat mengecek detak jantung, pada tubuh Ernest.

Sesekali terlihat, raut wajah dokter Edo sedang mengernyitkan dahi, membiarkan kembali, mengernyitkan lagi, begitu terus.

"Sudah Pak Ernest," Dokter Edo melepas stetoskop dari telinganya.

"Detak jantung anda normal, tidak ada yang aneh.. saya melihat tidak ada luka aneh disekitar gips Pak Ernest," ucapnya sambil berdiri.

"Iya, gips ditangan saya tidak gatal," Ernest membangunkan diri.

"Ruam gatal ditubuh Pak Ernest karena alergi seafood yang bapak miliki.. nampaknya udang atau lobster sudah bapak konsumsi.. beberapa jam tadi," jelas dokter.

"Udang?," Ernest memandang Jovi.

"Hah udang?," wajah Jovi sangat takut.

"Berarti tadi saya tidak sengaja mencampurkan udang yang sama-sama dimasak bumbu teriyaki tuan, maaf Tuan Ernest."

"Ahh kamu? makanya lain kali kamu tanyakan apa yang belum kamu ketahui, saya ini alergi seafood suster, khususnya udang."

"Ma-maaf tuan, saya belum tau.. saya janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama tuan."

"Sudahlah Suster Jovi.. itu bukan sepenuhnya kesalahan kamu."

"Lain kali, kamu tanyakan pada Bik Yuni, apa yang bisa saya konsumsi dan tidak. Tadi rasanya, saya seperti ingin mati saja. tubuh panas gatal campur perih," Ernest menyesali.

Jovi mendiami Ernest tanpa berani menjawab. Terlihat dari raut wajah Ernest, sangat ingin mengeluarkan amarah. Muka merah padam disertai diam, semakin meyakinkan Jovi, jika Ernest marah padanya.

Namun semua berubah, ketika Ernest menyadari bahwa Jovi baru bekerja belum lama. Ernest lebih memilih diam.

Mendengar Ernest, memanggil susternya bernama Jovi. Kepala Dokter Edo mengarah ke arah perempuan, yang berdiri disampingnya, tengah meremasi tangan tersebut.

Rambut panjang gadis itu, kembali mengingatkan Dokter Edo, pada salah satu mahasiswa bernama Jovi, alumni Stikes Wijaya.

"Jovi? Jovi Andrianita??," ucap dokter.

"Ha....," Jovi menoleh ke arah Dokter Edo.

"Kamu Jovi yang dulu kan?," Dokter Edo sangat kaget mendapati Jovi disebelahnya.

"Iya Dokter Edo," jawabnya.

"Bagaimana kabar kamu? sudah lama, Dokter nggak pernah ketemu sama kamu setelah kamu lulus."

"Baik Dokter Edo," Jovi sangat malu.

"Saya baru sadar kalau daritadi ternyata itu kamu," Dokter Edo nampak bahagia dengan pertemuan itu.

"Iya Dokter, tadi saya seperti kenal dokter, tapi saya tidak berani menyapa."

"Jovi.. Jovi.. kamu masih cantik saja dan tetap lembut seperti dulu haha." puji Dokter Edo.

Jovi tersenyum.

Tawa Edo dan senyum Jovi, seolah memberi isyarat. Jika dulu mereka pernah berhubungan baik. Dokter muda berkacamata tersebut, paling mengingat Jovi, sebagai alumni mahasiswi tercantik Stikes Wijaya.

Karena Jovi lah, salah satu teman Dokter Edo yang berprofesi sebagai Dokter poli, bedah di rumah sakit lain. Bernama Nalen sangat menggilai Jovi.

"Bagaimana kabarnya Ola teman kamu ? Oh ya kamu dicari Nalen haha," tanya dokter lagi.

"Baik Dokter hehe," jawabnya.

"Sudah masa lalu dokter," Jovi menunduk malu membahas Nalen.

"Kamu kerja disini ? kenapa kamu bisa jadi suster Pak Ernest ? bukannya dulu kamu sudah lolos test tulis dan interview saat perekrutan di rumah sakit Wijaya ya Jov?,"

"Loh, kamu dulu pernah ikut rekrutmen rumah sakit wijaya? Apa kamu juga termasuk calon perawat yang sudah lolos, tapi tidak datang bersama puluhan anak-anak ?," Ernest menambah pertanyaan pada Jovi setelah Edo.

"Iya Pak, Jovi ini malah dulu yang saya gadang-gadang sebagai perawat andalan.. karena dia praktek dan teori kesehatannya pintar."

"Kamu benar-benar ikut rekrutmen itu suster?," Ernest menatap tajam.

Kedatangan Dokter Edo, membuat Ernest berpeluang, menanyakan hal yang selama ini dia selidiki, bersama papa tercintanya. Untuk mencari siapa dalang, dari kejadian 4 tahun silam.

Detak jantung Jovi, terasa seperti sedang berhenti, mendapati pertanyaan seputar masa lalu perekrutan dirumah sakit Wijaya. Kakinya gemetaran, pertanyaan itu mengambil seluruh stok nafas, didalam paru-paru Jovi.

Keringat Jovi beruntusan, rasanya dia telah masuk ke dalam kandang singa buas. Sedang mencari mangsa, untuk memakan daging segar dari tubuhnya. Mulut Jovi tiba-tiba kaku, saat akan menjawab semua pertanyaan itu.

"*Kreeekkkk...."

Seseorang masuk kedalam ruangan kembali*.

Bukan sosok lain, ternyata Meghan datang dari luar, dan masuk ke dalam ruangan. Akhirnya Jovi bisa bernafas lega.

"Ernest, bagaimana keadaan kamu? tadi aku melihat Dokter Edo masuk kesini, dan maaf aku baru bisa kesini," ucap Meghan.

"Kamu kenapa? kenapa kamu tidak memakai baju? tubuh kamu kenapa merah semua? ini pasti alergi seafood," Meghan mencerca banyak pertanyaan.

"Iya Meg, Pak Ernest alergi seafoodnya muncul, setelah kelihatannya tidak sengaja memakan udang," Dokter Edo memberitahu.

"Sudah bukan urusan dia lagi dok, ada suster Jovi yang lebih tau kondisi saya," Ernest membuang muka, dari Meghan yang duduk disampingnya.

"Terimakasih Dokter Edo, sudah datang kesini untuk membantu Ernest," Meghan tersenyum manis.

Hanya anggukan kepala dari dokter berkacamata tersebut.

"Saya jadi ingat, dulu sepulang meeting dari Jogja. Ernest gatal-gatal hebat dan itu saya masih jadi sekertaris baru Ernest, lalu saya gugup dan menelpon Dokter Edo yaa," kenang Meghan tersenyum.

Saat kejadian bersama Ernest, sepulang meeting beberapa tahun lalu.

"Hehehe kamu gugup sekali pada waktu itu," Edo juga tersenyum.

"Iya dok, apalagi waktu itu saya ingat banget, dokter suruh ngasih obat pereda nyeri yang dibawa Ernest, tapi saya nggak berani dan udah parno dulu," Meghan tak henti membanggakan diri.

"Heem," Dokter hanya mengangguk-angguk.

Jenuh mendengar omong kosong Meghan. Ernest memanggil Jovi.

"Suster Jovi, tolong pakaikan kemeja saya lagi, habis ini kita pulang," Ernest memanggil Jovi.

"Aku saja ya Ernest," pinta Meghan memelas.

"Nggak usah.. nggak usah..," Ernest menolak tangan Meghan yang ingin membantunya.

Melihat kondisi ruangan yang sudah tidak nyaman, Dokter Edo lalu pamit meninggalkan ruangan. Dokter muda tersebut berkemas, untuk segera pergi.

Baru-baru ini Dokter Edo belum tau, jika Meghan sudah dipindah bagian, dan sudah tidak lagi menjadi sekertaris Ernest

"Baik Pak Ernest, nanti saya akan berikan resep untuk dikirim kerumah.. begitu saja ya," ucap Dokter Edo.

"Baik baik.. Dokter Edo saya terimakasih banyak, anda sudah kesini," Ernest memberi senyum.

"Sama-sama, salam juga untuk Tuan Toni, papa anda," katanya.

"Baik dokter, siap."

Dokter Edo pun lalu menjabat tangan laki-laki tampan, CEO PT terbesar dikota surabaya tersebut.

"Jovi.. mari," Dokter Edo tersenyum.

"Iya dokter, terimakasih banyak," kata Jovi.

Datangnya Meghan ke dalam ruangan, menjadi angin segar bagi Jovi. Akhirnya Jovi bisa lolos, dari pertanyaan yang mencekik leher putihnya tersebut.

Syukurlah, Meghan yang dirasa Jovi cantik, datang pada waktu yang tepat. Jika tidak, semua bisa mengirim Jovi pada jeruji penjara kepolisian.

Terpopuler

Comments

Iklima kasi💕

Iklima kasi💕

kalau nanti si jovi ketauan gimana ya😵😵😵

2020-07-29

1

Li Na

Li Na

nyicil absen😍

2020-06-21

0

Nineng Oneng

Nineng Oneng

penasaran,,,

2020-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!