12. Siapa Meghan?

Setelah kejadian ciuman, tidak sengaja dilakukan oleh Ernest dan Jovi. Sempat menjadi kecanggungan, dalam diri perawat cantik tersebut.

Tapi tidak dengan Ernest. Kebiasaan hidup di dunia malam, bersama rekan bisnis kantor, melakukan clubbing setiap malam. Ciuman dianggap hal biasa baginya.

Kebiasaan buruk Ernest, mulai hilang. Saat almarhum mama tercinta, meninggalkan Ernest dan Tuan Toni selamanya. Mengubah semua kebiasaan.

Jika balapan, clubbing malam , dulu adalah rutinitas malam Ernest. Kali ini, ia lebih banyak fokus. Terhadap bisnis di perusahaan besar, milik keluarga Wijaya.

Jam dinding besar, lengkap bersama dentingan nyaring. Menggemparkan dada, memenuhi seluruh ruangan di rumah.

Para bibi dirumah, mulai mengambil tugas masing-masing mereka. Begitu pula Jovi, masih di dapur. Menyiapkan bekal 4 sehat 5 sempurna, dari juru masak. Untuk Ernest.

Tangannya menutup box nasi, memasukkan ke dalam tas bekal, warna merah. Bik Yuni juga turut membantu Jovi, menuangkan sayur, ke dalam mangkuk tupperware.

"Suster, sayur untuk sarapan tuan muda, sudah bibi masukkan ke dalam tas ya," kata Bik Yuni.

"Iya bik Yuni, makasih sudah bantuin Jovi menyiapkan bekal Tuan Ernest."

"Hari ini, menu sarapan tuan muda ada nasi kebuli, ayam fillet teriyaki dan cap cay ya suster," tuturnya.

"Iya Bik Yuni," Jovi tersenyum.

"Tuan muda suka menu masakan itu suster, kalau tuan besar kurang suka," tampaknya Bik Yuni hafal.

"Tuan Ernest tidak rewel ya bik, masalah makan," tanya Jovi mencuri pandangan.

"Nggak suster, tuan muda menu apapun mau, tapi tuan tidak suka semua yang dari kedelai," gumam pembantu itu.

Bik Yuni dan Jovi mengemas bekal di box, semua sudah di siapkan mereka berdua.

Beberapa sajian, hidangan sarapan pagi, sudah matang. Terjajar diatas meja makan besar, rumah Tuan Toni. Aromanya sangat lezat, menusuk hidung setiap orang yang melihat.

Mulai dari nasi kebuli hangat, kesukaan Ernest dan Tuan Toni. Ada chicken fillet teriyaki, udang kupas teriyaki, cap cay, sayur opor lengkap tersaji diatas meja makan.

"Kalo ini udang kupas masak teriyaki, kesukaan tuan besar suster," tunjuk Bik Yuni ke udang kupas.

"Ouuhhh," kata Jovi mengangguk.

"Suster, silahkan bawa bekal juga biar nanti nggak lapar pas dikantor," imbuhnya.

"Nggak usah bik, saya sudah dibawakan bekal mama tadi pas balik, bekal saya ada dikamar, habis ini saya ambil bik," tolak Jovi.

"Ya sudah kalau gitu, bibik pergi ke luar dulu ya sust, mau buatin teh untuk tuan besar," beliau sudah pergi.

"Baik Bik Yun," jawab Jovi tersenyum.

Bik Yuni langsung pergi, meninggalkan Jovi. Sebelum akhirnya dia selesai berkemas menyiapkan bekal.

Tangan Jovi semakin cepat, meraih menu makanan, sudah di list Bik Yuni tadi. Apalagi, panggilan Pak Rahmat dari teras luar, membuatnya semakin gugup.

Semua mengharuskan Jovi, untuk segera beranjak dari dapur. Tak lama setelah itu, tubuh besar Pak Rahmat, sudah datang disamping Jovi.

"Suster Jovi, sudah ditunggu Tuan Ernest di dalam mobil," kata Pak Rahmat.

Beliau memang sengaja disuruh Ernest memanggil Jovi.

"I-iya pak.. saya kesana."

"Sedikit cepat ya suster, sudah jam 7."

"Iya Pak Rahmat, tinggal sebentar," tangan Jovi menyabet tutup box makan.

"Sudah kayak jam sekolah saja, berangkatnya Tuan Ernest," gerutu Jovi tidak biasa berangkat pagi.

Pak Rahmat pergi lebih dulu keluar, Jovi memboyong kotak bekal, lengkap dengan botol minum untuk Ernest.

Tubuhnya berlari keluar ruangan, rambut panjangnya ikut berterbangan, mengikuti Jovi berlari.

Dia bahkan sampai lupa, tidak masuk ke kamar, untuk mengambil bekal yang sudah dibawakan oleh papanya.

****************

Cuaca Surabaya, pagi ini sangat cerah. Matahari sudah mulai tinggi, itu berarti hari sudah siang. Terbukti, hingga mampu menerobos kaca mobil milik Ernest.

Ratusan mobil, mengular panjang. Di jalan menuju gedung besar, tujuan mereka bersinggah. Sepeda motor mulai tak sabar, perlahan menerobos mencari jalan kecil. Pada setiap barisan celah mobil.

Apalagi, lampu merah di jalan Atmojo. Semakin menambah panjang, barisan kendaraan roda empat dan dua.

Bahkan, Pak Rahmat berkali-kali membunyikan klakson mobil. Mempercepat laju kendaraan, karena hampir setengah jam mobil tidak jalan.

Hari ini Ernest terlihat tampan, dengan balutan jass abu-abu, dan dasi warna hitam. Yang menjadi saksi ciuman manis mereka berdua.

Rambut Ernest sudah tersisir rapi, oleh bantuan Jovi tadi. Ia memandang perawat cantik, yang daritadi matanya mengarah keluar jalan, menikmati suasana pagi.

Setelah berhasil melewati macet, Pak Rahmat terlihat, belok ke salah satu gedung pencakar langit. Bangunannya lebih besar, daripada kantor yang ditempati kerja Jovi.

Mata Jovi terbelalak, melihat gedung besar. Lebih besar dan mewah jika dibandingkan dengan perusahaan Fictor.

"Pak Rahmat, nanti langsung pulang saja, saya sudah bilang papa kalau hari ini tidak perlu membawa bodyguard lagi," pinta Ernest pada sopir andalan papanya.

"Baik tuan, saya akan menghubungi Edo dan Fahril, agar tidak usah ke kantor."

"Iya, saya juga sudah mulai bisa jalan.. biar nanti saya sama suster Jovi," lanjut Ernest memandang ke arah depan.

"Baik tuan," anggukan Jovi lalu tersenyum.

"Kamu usahakan jaga sikap ya Suster Jovi, saya tidak mau kamu membuat kekacauan hari ini," instruksi mata Ernest melihat ke arah Jovi.

"Iya tuan."

Jovi tadinya menikmati suasana pagi, lewat kaca jendela mobil. Perlahan, kepalanya memutar kearah Ernest. Tersenyum mengiyakan keinginan Ernest.

Beruntung pagi ini, Jovi sudah mengganti rok pendek hitamnya, dengan dress putih se lutut, ukuran longgar dipilihnya.

Sesampainya di kantor, Pak Rahmat mengambil kursi roda di bagasi mobil. Pria berumur separuh abad itu, membantu Ernest duduk dikursi.

Selanjutnya, Pak Rahmat pergi memacu mobil meninggalkan kantor. Seperti apa yang diperintah Ernest. Sekarang, Jovi yang harus mendorong, tubuh berat Ernest.

"Selamat pagi Pak Ernest," sapa dua resepsionis kantor mendirikan tubuh masing-masing.

"Selamat pagi Pak Ernest."

"Selamat pagi Pak Ernest."

Semua orang, didalam kantor megah perusahaan, nampak menyapa ramah. Namun hanya anggukan pelan, di berikan oleh CEO muda tersebut.

Beberapa dari pegawainya, yang menyadari kedatangan Ernest hari ini. Melarikan diri cepat-cepat, ke dalam bagian ruangan mereka masing-masing.

"Selamat Pagi Pak Ernest," sapa perempuan cantik tak mendapati jawaban.

"Pak Ernest, ini perawat yang lolos seleksi ya?," pertanyaan kedua perempuan cantik itu, tetap tak mendapat jawaban.

Wajah asing Jovi mulai diperhatikan, oleh anak seisi kantor, yang berpapasan dengan mereka. Apalagi tidak berseragamnya Jovi, seperti perawat. Menimbulkan anggapan berbeda.

Disetiap orang yang Jovi temui, apalagi para karyawan laki-laki. Semua tersenyum ramah. Beruntung dress putihnya, seolah menjadi jawaban jika Jovi adalah perawat.

"Suster, tolong pencet ke lantai 5," pinta Ernest berada di dalam lift bersama Jovi.

"Baik tuan," katanya membawa tas di lengan kiri.

"Jangan biarkan mereka masuk," mata Ernest ke arah pegawainya.

"Iya tuan," turutnya.

Memencet tombol 5, Akhirnya mereka sampai di lantai itu. Masuk ke dalam ruang, di pintu utama bertulis "Ruang Direktur Utama" .

Tangan Ernest menempelkan kartu, pada pintu masuk ruangan tersebut.

Jovi mendorong kursi roda masuk, berjalan ke kursi direktur, ber ruangan besar. Lengkap ada set meja besar didepannya.

Tubuh Ernest beranjak berdiri, berjalan duduk di kursi besar, tempat direktur utama. Ruangan dikantor, terasa penuh aroma lavender. sangat wangi terawat meski jarang berpenghuni.

Ernest langsung mengambil telpon.

"Hallo Devi, bisa datang ke ruangan saya sebentar..? bawakan saya berkas tander proyek PT. Rajawali..!!," ucap Ernest di dalam telepon.

Jovi memandang tidak heran, pasalnya hal tersebut, juga sering diminta Fictor pada dirinya. Kemudian Jovi melihat, perempuan bertubuh lebih pendek darinya, masuk kedalam ruangan.

Pegawai'nya mengenakan baju hitam, bawahan warna cream, serta ID Card yang terjepit rapi, disisi kanan baju sekertaris itu.

"Selamat pagi Pak Ernest," sapa'nya terlebih dahulu.

"Yaa..," jawabnya pelit.

"Ini berkas yang bapak minta, mohon dicek dulu ya pak..!! karena saya belum menguasai seluruh pekerjaan Meghan," tutur perempuan itu.

Jovi memperkirakan, didepan Ernest, dia masih baru menjadi sekertaris.

"Ya nanti pasti kamu terbiasa, berkasnya sudah betul..," tangan Ernest mengecek.

"Biar kamu nggak bingung, kamu bedakan saja, map setiap berkas sesuai nama PT'nya," saran Ernest begitu berwibawa.

"Apa tidak sebaiknya, Meghan tetap jadi seketaris bapak..!! dan saya kembali ke staff design lagi saja pak..," katanya.

"Meghan bukan lulusan IT program editing, jadi kurang begitu menguasai pak, di bagian baru," ungkap Devi menunduk takut.

"Biar saja, biar dia belajar hal yang baru, dan kamu tetap jadi sekertaris saya..!!," perintah Ernest menunjuk dingin pegawai.

"Tapi pak, rolling job'nya tidak sesuai dengan jurusan kita pak, Meghan sudah menjadi sekertaris bapak selama bertahun-tahun, jelas sudah hafal semua tugasnya," Devi sepertinya tidak sanggup menjadi sekertaris.

"Sudahlah tidak papa Dev," ucap Ernest.

"Tapi pak," Devi masih mencoba membantah.

"Kalau kamu tetap mengeluh, saya pindahkan kamu ke rumah saja, dan besok nggak usah masuk," bentak Ernest mengancam pegawainya.

"Ma-maaf pak," Devi tidak berani melihat boss'nya itu.

"Saya pasti tau lah, yang terbaik untuk perusahaan.. jadi kamu nggak usah khawatir," nadanya kembali menurun.

"Sebaiknya kamu pergi, saya malas dengar nama Meghan," perintah Ernest.

"Baik pak, kalau begitu saya permisi," Devi pergi meninggalkan ruangan.

Jovi yang duduk disamping Ernest, pagi ini seolah menyulap dirinya, menjadi seorang pengamat di Perusahaan. Siapa Meghan? Kenapa Meghan dipindahkan? hati Jovi menebak sendiri, meski tidak berani menanyakan pada Ernest.

"Kenapa Tuan Ernest sangat marah waktu dengar nama Meghan. Kelihatannya Meghan adalah seketarisnya yang dulu," Batin Jovi ditengah kediaman.

Tetapi kemudian Jovi tersadar, ketika Devi sudah pergi meninggalkan ruangan. Dirinya bergegas menyiapkan sarapan, melihat jam terus berputar, menjadi siang.

"Tuan Ernest," panggilnya sedikit takut.

"Ya..."

"Maaf tuan, Tuan Ernest belum sarapan.. saya suapi tuan sebentar ya..!!," izin Jovi pada tuannya.

"Ya, tapi saya nggak mau sayur suster," tangan dan mata Ernest fokus mengamati berkas PT Rajawali.

"Baik tuan," Jovi menutup kembali sayur di mangkuk tupperware.

"Pakai keringan saja suster."

"Iya.... tuan."

Meski sudah pernah menyuapi Ernest, kadang tiba-tiba, perasaan Jovi masih berdebaran. Ketika melihat laki-laki tampan didepannya itu.

Apalagi setelah ciuman, yang tidak sengaja mereka lakukan tadi. Masih teringat jelas di ingatan Jovi.

Satu persatu, suapan demi suapan, masuk ke dalam mulut Ernest. Sendok stainlist yang dibawa Jovi, terbang masuk mengenyangkan perut.

Ernest ditangan'nya membawa berkas,

sesekali sikap manjanya terdengar. Ernest tidak mau sayur kol, tidak mau kuah, pakai nasi saja, semua diucap.

"Nggak mau sayur kol'nya suster," mulut Ernest penuh makanan.

"Iya tuan, habis ini nggak pakai sayur kol," Jovi gugup mengambil tisu.

Syukurlah suapan di mulut Ernest, mulai menghilang. Tidak jadi dimuntahkan, meski terkunyah pelan. Jovi menyapu lembut, nasi yang tertinggal di samping bibir Ernest.

Sekarang, Jovi mengambil lagi ayam fillet teriyaki, untuk di suapkan kembali. Mulut Ernest membuka, sesuai ukuran nasi disendok.

Ada yang aneh, pada suapan Jovi kali ini. Rasanya, itu bukan rasa daging ayam seperti yang dimakan Ernest pada suapan awal.

Tetapi, karena saus teriyaki yang tersiram penuh diatas nasi. Susah dibedakan lidah Ernest, dan akhirnya ditelan juga.

"Nasinya sedikit aja suster."

"Tambahin kuah suster."

"Aku mau nasinya aja suster."

Request Ernest berbeda-beda disetiap suapan. Beruntung Jovi sabar menyuapi CEO tampan didepannya.

"Haaa.... tuan," kata Jovi memberi aba-aba.

"Nggak.. nggak usah kuah sekarang suster," Ernest melihat nasi yang dicelup kuah.

"Iya tuan," hanya jawaban itu yang lagi-lagi keluar.

"Wortelnya aja Suster," pinta Ernest berbeda.

"Tuan Ernest bener-bener ngalahin Aqila yang umurnya masih 3 tahun. Kabangetan" Tarik nafas Jovi dalam-dalam membatin

Ingin sekali Jovi memberikan wadah makanan ke arah Ernest, biar makan sendiri. Tetapi ternyata perasaan sabarnya, lebih besar dari rasa kejengkelan Jovi.

Terpopuler

Comments

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Cerewetnya ngelebihi anak aq 😅😅😅

2020-10-03

0

Jenny

Jenny

kaya bocah aja

2020-09-18

0

Novrizal Novizral

Novrizal Novizral

waduh kok manja banget sama suster nya

2020-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!