2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan

Hari ini, setelah data diri, yang Jovi ajukan. Kepada email milik RS Wijaya, kini sudah terlihat membuahkan hasil. Jovi dibebas tugaskan oleh Fictor, untuk menghadiri interview, yang diadakan pada pagi ini.

Sudah lama, Jovi tidak pernah melakukan interview, setelah berhasil masuk ke Perusahaan Fictor. Matanya nampak kebingungan, mengenakan setelan pakaian, memilah yang akan Jovi gunakan pada interview.

Dipilihnya rok warna cream, berukuran dibawah lutut, terpadu dengan atasan putih bermotif lingkaran. Rambut panjang Jovi, terikat jepit hitam kebelakang.

Dandanan Jovi begitu sederhana, namun membuat Jovi tetap terlihat cantik. Perempuan bermata sipit tersebut, membawa tas selempang putih, dibagian tangan kanannya. Berjalan menuju ke arah Aula RS Wijaya.

Kaki kanan kirinya seolah berlomba, memasuki Aula RS Wijaya. Yang dulu tempat ini, tidak begitu asing bagi Jovi. Setelah 7 tahun, kini Aula rumah sakit tersebut tampak lebih bagus, dengan interior baru disetiap sudut ruangan.

Tiga ruangan, yang dulu sebagai tempat PKL mahasiswa. Kini sudah berubah, menjadi ruang praktik poli bedah di RS WIJAYA. Beberapa bangunan baru juga terlihat di pandangan matanya.

Begitu banyaknya pelamar yang lolos, terhadap tahap seleksi. Semakin membuat aula rumah sakit, terasa pengap. Apalagi AC ruangan, yang hanya menjangkau berapa derajat celcius udara.

"Pokoknya loe harus lolos buat jadi susternya Ernest. kalau nggak gue bakal potong gaji loe"

Bunyi pesan Fictor yang terbaca diponsel Jovi, pagi ini masih terngiang-ngiang di ingatan perempuan cantik itu. Jovi mengembalikan ponselnya ke dalam tas, meski pikirannya tetap mengingat, pesan terakhir Fictor.

Dari sekian pelamar yang dilihat Jovi, sama sekali tidak ada teman seangkatannya. yang ikut mendaftarkan diri, sebagai suster untuk Ernest Wijaya.

Walau begitu, masih saja lautan manusia berada disini semua. Bahkan ada yang tidak segan-segan, berpenampilan seperti artis menggunakan gaun-gaun mahal.

"Eh aku udah cantik belum si?," tanya seorang pelamar wanita menepuk pundak Jovi.

"Cantik kak," ucap Jovi memuji lalu tersenyum.

Jovi memandangi, pelamar wanita yang tidak lepas dari kaca di tangannya tersebut.

"Eh, kamu harusnya lipstiknya ditambahin dikit, biar sedikit menggoda Tuan Ernest nanti," imbuh pelamar lain disebelah Jovi.

"Hehehe nggak kak, lagian aku juga nggak bawa alat make up," Jovi tersenyum kurang nyaman.

'Ini ambil aja, aku bawa lipstik banyak kok," jawab pelamar itu, memberikan lipstik ketangan kanan Jovi.

"Iya nih, kamu kurang menggoda, dandanan kamu terlalu biasa," kata pelamar lain, tak kalah memakai baju seksi.

"Udah, ini pakai aja," ucap pelamar dengan kaca ditangan, masih memaksa Jovi.

"Apa apa'an ini??, kalian dandan seperti akan mengikuti casting film, bukan sebagai suster untuk saya," ucap seorang laki-laki.

Kata-kata itu sontak menarik perhatian, para pelamar, yang berada didalam Aula rumah sakit. Bukan hanya para pelamar, Jovi juga ikut menoleh ke arah laki-laki iyu. Yang ditaksir berumur 28 tahun tersebut.

Walaupun ada beberapa sayatan luka, bekas memar diwajahnya. Namun ketampanan laki laki tersebut, tidak bisa tersembunyi.

Hidung mancung, kulitnya yang putih bersih, serta bibir merah alaminya. Sangat begitu menawan dimata para kaum perempuan. Terutama yang melamar pagi ini.

Ternyata laki-laki tersebut, tidak lain adalah Ermest Wijaya. Anak semata wayang, pemilik Rumah Sakit swasta terbesar dikota Surabaya itu. Serta beberapa perusahaan besar di luar kota.

Kursi roda hitam yang diduduki Ernest, lengkap dengan 2 pengawal dibelakangnya. Semakin meyakinkan para pelamar, jika laki-laki itu memang Ernest Wijaya.

Nampak laki-laki lebih muda, berusia 35 tahun, juga dikhususkan untuk mendorong kursi roda pagi itu. Suasana berubah hening dan mencekam.

"Pak, segera keluarkan mereka," tunjuk Ernest.

Ernest menunjuk, kepada pelamar perempuan, yang menggunkan gaun seksi. Polesan wajah yang nampak menor, juga ditebas Ernest untuk pergi.

"Attitude yang nol buat jadi suster, dandanannya malah seperti wanita murahan," kata kata itu keluar tanpa halangan dari mulut Ernest.

'Itu juga Pak, yang sembunyi dibelakang tembok," tunjuk tangan Ernest sangat teliti.

Kejadian yang didengar Jovi pagi ini, membuat Jovi menelan ludahnya sendiri. Jemari tangan yang menggenggam lipstik, pemberian pelamar lain tadi. Membuat perasaan Jovi semakin panik.

Seketika itu, matanya langsung tertunduk, tanpa berani melihat lagi. Apalagi memandang ke arah laki-laki, yang sedang duduk di korsi roda. Melihat pengawalnya saja, Jovi tidak berani.

"Hey kamu..!! hapus bibir kamu," giliran Ernest menunjuk ke arah Jovi.

Mata Jovi gelagapan, kepalanya kebingungan melihat ke kanan kiri, yang mana juga ada pelamar-pelamar lain. Tanpa menanyakan lagi, siapa yang dimaksud Ernest. Dirinya sudah ketakutan.

Jovi langsung menyapu bibir mungilnya, menggunakan tangan kanan. Wajahnya pucat pasi, ditunjuk oleh Ernest. Kepala Jovi, masih tidak bisa digerakkan. Hanya tangan kanannya, secara spontan, melakukan itu.

"Bukan kamu?? tapi belakang kamu..!! dasar bodohnya," Ernest menggelengkan kepala melihat kearah Jovi.

"Hey itu, kamu jangan sembunyi, saya tau," tunjuk Ernest lagi.

Dirinya mendapati, salah satu anak yang bersembunyi, dibelakang punggung Jovi.

"Maaf pak," Jovi menunduk kepala, meminta maaf.

Tetapi hal tersebut, diabaikan oleh Ernest.

"Maaf pak," sahut pelamar dibelakang Jovi, terlihat mengikuti.

Kemudian setelah itu, terasa satu persatu pelamar perempuan. Dikeluarkan Ernest dari aula rumah sakit. Terbabat habis oleh laki laki yang biasa disapa Tuan Muda tersebut.

Berkali-kali, punggung Jovi masih saja, ditarik kesana kemari oleh pelamar lain. Dengan maksud, agar terhindar dari pandangan Ernest. Dan nantinya, mereka masih bisa menghapus make up. Lalu mengikuti interview.

Selang tidak lama, seusai membuang pelamar. Yang berdandan kurang sesuai, keinginan Tuan Muda. Ternyata Ernest dan pengawalnya, kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Terlihat, mereka semua melanjutkan jalan. Menuju ke arah ruang Ortopedi. Semua langsung, membuat lega para anak-anak pelamar.

Jantung Jovi berdebar tidak karuan, melihat kejadian, yang baru saja terjadi itu. Keringatnya secara langsung, mengucur deras membasahi poni rambut.

"Huh untungnya dia hanya lewat," Jovi membatin di dalam hati.

Para pelamar langsung merapikan barisan. Yang mana staff HRD dari rumah sakit, terlihat memasuki ruangan. Memulai interview, yang diadakan pagi hari ini.

Suatu kebanggaan tersendiri, bisa sampai pada lolos interview. Jovi dan pelamar lain, merasakan begitu beratnya. Persyaratan, tes tulis, tes psikolog, yang diajukan pihak rumah sakit Wijaya.

"Sebelumnya selamat pagi, untuk semua pelamar yang sudah lolos, hingga tahap interview ini. Kita sudah melewati proses yang panjang dan test yang tidak main-main" ucap staff HRD mewakili.

"Sayangnya, saya pribadi sungguh menyayangkan, kejadian yang baru saja terjadi. kita harus kehilangan pelamar-pelamar hebat karena Pak Ernest," ucap perempuan berseragam rumah sakit.

Semua para pelamar perempuan, terdiam, mendengar serta mematuhi apa yang di tuturkan oleh staff HRD tersebut.

"Itu bisa kita dijadikan pembelajaran untuk kalian, sebab Tuan Ernest tidak akan memberikan toleransi pada kalian," kata perempuan bernama Farah itu.

"Saya harap, nantinya calon suster, bisa meminimalisir kesalahan kalian, saat sudah bekerja dengan dia," tuturnya begitu baik hati.

Jovi memberi waktu, memejamkan matanya rapat-rapat. Dirinya kembali mengatur nafas, menjadi rileks, meski nafasnya, masih saja belum stabil karena kejadian tadi.

Dari 30 pelamar yang lolos interview, kini hanya sisa 5 anak saja. Semua karena ulah Ernest. Beruntung interview berjalan secara lancar pagi ini.

Setelah sambutan dari staff HRD, semua dipersilahkan untuk menunggu di luar. Meski suasana tegang, sempat terjadi di aula rumah sakit Wijaya. Tapi interview, bisa dilakukan tertib.

*********************

Tidak berselang lama, setelah interview terlaksana, dan menunggu pengumuman. Siapa yang diterima, sebagai suster untuk Tuan Muda. Memberi waktu tangan Jovi, memanjatkan doa.

"Ya Tuhan, hambamu ini sudah berusaha sekuat tenaga. Sekarang hanya Engkau yang menjadi, maha penentu segala-Nya. Semoga aku lolos Tuhan, aamiin.."

Doa Jovi pagi ini.

Jovi lalu berjalan, dia menyusuri ruangan di rumah sakit. Beberapa kenangan, pernah dilewatinya, pada saat praktek kerja di RS Wijaya.

Semua kenangan itu, sedikit membuat senyum, tergambar jelas diwajah Jovi. Dirinya tidak menyangka, Tuhan masih memberikan izin, memijakkan kaki di tempat itu.

Ruang rekam medis, yang dilewatinya. Dimana dulu, Jovi sering membantu teman-teman pkl. Juga membantu pegawai dan sahabat Jovi, yang keteteran. Semua mengakar lagi di ingatan.

Bagi Jovi, masa kuliah dan magang di Rumah sakit swasta tersebut. Adalah kenangan yang indah, yang tidak dapat dibeli. Apalagi hal itu, sekarang tidak dapat terulang kembali.

"Lukanya saja masih belum mengering, sementara kaki dan tangannya masih di gips. tapi Tuan Muda, masih keras meminta untuk ke Jakarta" ucap salah satu perawat.

"Iya betul, lagian rekrutan suster non pengalaman, semakin membuat kondisi Tuan muda kita mengkhawatirkan," jawab satu perawat disamping nya.

"Aku juga heran, kenapa Tuan Ernest tidak mengambil perawat dari Rumah sakitnya sendiri saja," kata perawat tersebut.

Jovi melihat tidak sengaja, dua perawat cantik yang baru saja keluar. Dari salah satu ruangan. Sebelum akhirnya, berjalan pergi jauh.

'Katanya sih, untuk menelusuri kejadian yang dulu morat-marit di RS Wijaya,"

jawab pelan perawat berkacamata.

"Masa sih? nggak deh kelihatannya," perawat satunya justru menyangkal.

"Iya beneran, tapi nggak tau juga sih, aku juga nggak paham. kejadian apa, yang morat marit di RS," ucapnya.

Mendengar obrolan perawat rumah sakit, Jovipun tidak mengambil pusing. Menurut Jovi, apa yang dibicarakan oleh dua perawat tadi, tidak bisa dipercaya. Dan tidak masuk akal.

Apa hubungannya, perekrutan suster untuk Ernest? dengan kejadian yang pernah menimpa RS Wijaya. Apalagi Jovi juga tidak tahu, kejadian apa yang dimaksudkan perawat tersebut.

Perempuan berkulit putih itu, juga terlihat tidak mau, mencari tahu lebih banyak. Bagi Jovi, hanya cukup menuruti apa keinginan Fictor. sudah membuat Jovi aman dari potongan gaji.

Jovi lalu berjalan keluar, membawa mobil putih Honda Jazz miliknya. Dirinya keluar dari parkir RS Wijaya, hanya dalam hitungan menit.

Terpopuler

Comments

Safira

Safira

lanjut

2022-05-27

0

Acheuom Rahmawatie

Acheuom Rahmawatie

menarik

2021-10-21

0

like

like

PA kbr suster Jovi dah kangen nih

2021-03-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Suster baru untuk Ernest
2 2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3 3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4 4. Pengganggu Bunga Malam
5 5. Gemetar Di Subuh Pagi
6 6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7 7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8 8. Jovi Diizinkan Pulang
9 9. Rumah Yang Di Rindukan
10 10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11 11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12 12. Siapa Meghan?
13 13. Meghan Yang Ingin Kembali
14 14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15 15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16 16. Pulang Kantor Lebih Awal
17 17. Senja Dipangkuan Ernest
18 18. Perdebatan Malam Hari
19 19. Kegalauan Waktu Hujan
20 20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21 21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22 22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23 23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24 24. Ola Dan Suasana Kantor
25 25. Reuni Bersama Teman Kampus
26 26. Ernest Mabuk Berat
27 27. Berebut Tuan Muda
28 28. Malam Penuh Gelora
29 29. Sama Sama Canggung
30 30. Menemukan Kendala Di Kantor
31 31. Kecurigaan Ernest
32 32. Karena Berkas PT. Antariksa
33 33. Jovi Masuk Perangkap
34 34. Pemadaman Listrik
35 35. Terjebak Di Ruang Berkas
36 36. Bermalam Di Kantor
37 37. Terjaga Dari Tidur
38 38. Menjemput Gaji / Ajal
39 39. Keputusan Resign
40 40. Di Dalam Taksi
41 41. Pengakuan Jovi
42 42. Meninggalkan Surabaya
43 43. Mengajukan Resign Ke HRD
44 44. Terbang Ke Jakarta
45 45. Mengejar Waktu
46 46. Keberangkatan Penuh Tangis
47 47. Jakarta Malam Hari
48 48. Restoran Enmaru
49 49. Air Mata Pengakuan
50 50. Butuh Waktu Dilema
51 51. Terpaksa Se Ranjang
52 52. Pamit
53 53. Janji Jovi
54 54. Bus Jakarta Surabaya
55 55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56 56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57 57. Pengusaha Atau Dokter ?
58 58. Curahan Hati
59 59. Showroom Mobil
60 60. Si Putih Berpindah Tuan
61 61. Barbie Dari Tuan Muda
62 62. Seharian Dengan Aqila
63 63. Hareudang Hareudang
64 64. Halu Jadi Dokter
65 65. Tidak Di Restui
66 66. Issue Buatan
67 67. Titik Terang
68 68. Meminta Kesempatan Kembali
69 69. Orang Asing
70 70. Gangguan
71 71. Cemburu
72 72. Malaikat Penolong
73 73. Melamar
74 74. Jadi Salah Tingkah
75 75. Mulai Posesif
76 76. Aku Milikmu
77 77. Bonus Liburan
78 78. Manja
79 79. Tuan Putri Sehari
80 80. Di Lamar
81 81. Undangan Pernikahan
82 82. Cobalah Mengerti
83 83. Tanggal Pertunangan
84 84. JW Marriott?
85 85. Pusat Perhatian
86 86. Menahan Hati
87 87. Gallery Wedding
88 88. TERIMA KASIH
89 89. Depresi Haqiqi
90 90. Menghadiri Resepsi
91 91. Memperkenalkan Calon
92 92. Terlambat Datang
93 93. Jalan Pulang
94 94. Keraguan Hati
95 95. Usai Di Sini
96 96. Akhir Kisah Ini
97 97. Penuh Dusta
98 98. Tak Punya Hati
99 99. Kembali Pulang
100 100. Jangan Pernah Pergi
101 101. Jeruji Penjara
102 102. Memeluk Harapan
103 103. Kunjungan Malam Hari
104 104. Sarapan Pagi
105 105. Elegi Esok Pagi
106 106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107 107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108 108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109 109. SUTM Season 2 - Kurir Paket
Episodes

Updated 109 Episodes

1
1. Suster baru untuk Ernest
2
2. Aula Rumah Sakit Yang Menegangkan
3
3. Hari Pertama Kerja Dirumah Tuan Ernest
4
4. Pengganggu Bunga Malam
5
5. Gemetar Di Subuh Pagi
6
6. Memandikan Ernest Pertama Kali
7
7. Peraturan Baru Dari Tuan Toni
8
8. Jovi Diizinkan Pulang
9
9. Rumah Yang Di Rindukan
10
10. Persiapan Jovi Kembali Kerja
11
11. Saksi Bisu Dasi Hitam
12
12. Siapa Meghan?
13
13. Meghan Yang Ingin Kembali
14
14. Gatal Gatal Di Tubuh Ernest
15
15. Dokter Edo, dan Masa lalu Jovi?
16
16. Pulang Kantor Lebih Awal
17
17. Senja Dipangkuan Ernest
18
18. Perdebatan Malam Hari
19
19. Kegalauan Waktu Hujan
20
20. Rencana Kontrol Ke Rumah Sakit
21
21. Kabar Bahagia Kondisi Ernest
22
22. Dipaksa Fictor Lembur Ke Kantor
23
23. Jovi Dan Ernest Janjian ?
24
24. Ola Dan Suasana Kantor
25
25. Reuni Bersama Teman Kampus
26
26. Ernest Mabuk Berat
27
27. Berebut Tuan Muda
28
28. Malam Penuh Gelora
29
29. Sama Sama Canggung
30
30. Menemukan Kendala Di Kantor
31
31. Kecurigaan Ernest
32
32. Karena Berkas PT. Antariksa
33
33. Jovi Masuk Perangkap
34
34. Pemadaman Listrik
35
35. Terjebak Di Ruang Berkas
36
36. Bermalam Di Kantor
37
37. Terjaga Dari Tidur
38
38. Menjemput Gaji / Ajal
39
39. Keputusan Resign
40
40. Di Dalam Taksi
41
41. Pengakuan Jovi
42
42. Meninggalkan Surabaya
43
43. Mengajukan Resign Ke HRD
44
44. Terbang Ke Jakarta
45
45. Mengejar Waktu
46
46. Keberangkatan Penuh Tangis
47
47. Jakarta Malam Hari
48
48. Restoran Enmaru
49
49. Air Mata Pengakuan
50
50. Butuh Waktu Dilema
51
51. Terpaksa Se Ranjang
52
52. Pamit
53
53. Janji Jovi
54
54. Bus Jakarta Surabaya
55
55. Dokter Nalen Dan Cintanya
56
56. Di Minta Jadi Suster Lagi
57
57. Pengusaha Atau Dokter ?
58
58. Curahan Hati
59
59. Showroom Mobil
60
60. Si Putih Berpindah Tuan
61
61. Barbie Dari Tuan Muda
62
62. Seharian Dengan Aqila
63
63. Hareudang Hareudang
64
64. Halu Jadi Dokter
65
65. Tidak Di Restui
66
66. Issue Buatan
67
67. Titik Terang
68
68. Meminta Kesempatan Kembali
69
69. Orang Asing
70
70. Gangguan
71
71. Cemburu
72
72. Malaikat Penolong
73
73. Melamar
74
74. Jadi Salah Tingkah
75
75. Mulai Posesif
76
76. Aku Milikmu
77
77. Bonus Liburan
78
78. Manja
79
79. Tuan Putri Sehari
80
80. Di Lamar
81
81. Undangan Pernikahan
82
82. Cobalah Mengerti
83
83. Tanggal Pertunangan
84
84. JW Marriott?
85
85. Pusat Perhatian
86
86. Menahan Hati
87
87. Gallery Wedding
88
88. TERIMA KASIH
89
89. Depresi Haqiqi
90
90. Menghadiri Resepsi
91
91. Memperkenalkan Calon
92
92. Terlambat Datang
93
93. Jalan Pulang
94
94. Keraguan Hati
95
95. Usai Di Sini
96
96. Akhir Kisah Ini
97
97. Penuh Dusta
98
98. Tak Punya Hati
99
99. Kembali Pulang
100
100. Jangan Pernah Pergi
101
101. Jeruji Penjara
102
102. Memeluk Harapan
103
103. Kunjungan Malam Hari
104
104. Sarapan Pagi
105
105. Elegi Esok Pagi
106
106. SUTM SEASON 2 - Pernikahan Jovi Dan Ernest
107
107. SUTM Season 2 - Malam Pertama
108
108. SUTM Season 2 - 1 Tahun Kemudian
109
109. SUTM Season 2 - Kurir Paket

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!