"Siya?." terdengar teriakan Al yang melengking keluar dari mobil. Ia baru pulang sekolah. Siya tengah menanam bunga melati di halaman depan rumah, kedalam sebuah pot. Sekedar mencari kesibukan.
"Jagoan?" Siya menyambut hangat Al yang sudah berlari ke arahnya lalu memeluk Siya.
Siya melepas pelukan mereka sebentar, mencuci tangannya, lalu kembali memeluk Al. Mengecup pipi gembulnya.
"Siya? Lihat? Sekolah ku akan mengadakan Out Bond ke sebuah pulau, lihat ini?"
Dengan antusias Al menunjukkan sebuah kertas seperti katalog pada Siya. Terdapat gambar pulau, wahana perang yang dirancang untuk anak-anak, kapal, dan juga helikopter.
"Aku akan meminta Papah untuk menanda tangani surat persetujuannya. Dan kau harus membantuku untuk bersiap, okay?" Al sangat antusias. Ia memang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan.
"Siap, laksanakan, Komandan?" mereka berdua tertawa bersama. Bergandengan tangan masuk ke dalam rumah.
Mahend pulang lebih awal, ia ikut makan malam bersama.
Semua menikmati hidangan dalam keheningan. Hingga Al membuka suara.
"Papah? Aku minta tanda tangan Papah? Aku sampai hampir lupa?" ucap Al dengan mulut yang masih ada sisa makanan.
"Jangan bicara saat makan, Al? Itu tidak sopan." Sabrina memperingati Al. Dan Al hanya manyun.
Siya menatap keduanya. Ia tahu apa yang dimaksud oleh Al.
"Datang ke Ruang Kerja Papah setelah makan." ucap Mahend tegas. Dan dia kembali fokus pada makanannya.
'*Ruang kerja? Aku harus ikut bersama Al. Mungkin ada sesuatu yang bisa kutemukan disana. Dan aku bahkan belum tahu dimana ruang kerja Mas mahend*.'
Siya masuk kedalam kamar Al. Al sedang mengambil surat persetujuan yang harus di tanda tangani oleh wali murid.
"Komandan Al?" Siya masuk dan berseru memanggil nama Al.
"Siya? Ada apa?"
"Kau mau meminta tanda tangan Papah?"
Al mengangguk sebagai jawaban.
"Apa mau kuantar?"
"Kau mau mengantarku?" kini giliran Siya yang mengangguk antusias disertai senyumnya yang mengembang.
"Boleh. Ayo?"
Al menggandeng tangan Siya untuk ikut bersamanya.
Al dan Siya berdiri di depan dinding yang seperti terbuat dari bahan platinum/alumunium. Al memencet satu tombol. Dinding itu terbuka. Siya terperangah. Ia begitu takjub dengan apa yang barusan ia lihat.
'Keren?'
Al menggandeng Siya masuk ke dalam. Sebuah ruang yang bernuansa gelap. Sangat luas, dan masih ada beberapa pintu lagi. Rumah ini memang sangat besar dan megah, tapi Siya tak pernah tahu jika di dalam rumah ini masih ada ruang-ruang rahasia seperti ini.
Al mengetuk salah satu pintu.
'Klek.' Lim yang membuka.
Lim terkejut karena ada Siya yang berdiri bersama Al di depan pintu.
"Minggir Lim? Kau menghalangi jalanku? Ayo Siya?" Al menerobos masuk sambil menggandeng tangan Siya.
Siya tahu jika Lim kaget, tapi ia diam. Siya mengikuti langkah Al yang membawanya masuk.
"Papah?" Al melepas tangannya yang menggandeng Siya. Ia lantas berhambur ke arah Mahend yang membaca berkas di dekat sebuah lemari penuh buku. Di sebelah Mahend ada kursi kebesaran dan juga sebuah meja kerja.
Mahend langsung mengangkat tubuh kecil Al kedalam gendongannya.
Mahend menatap tajam ke arah Siya yang berdiri disana.
"Kau membawanya, Al?" Mahend bertanya tentang Siya, tapi Al mengira jika yang ditanyakan Mahend adalah surat persetujuan.
Dada Siya berdegup kencang, ia takut jika Al sampai menjawab dirinyalah yang meminta untuk ikut ke ruang kerja Mahend.
"Ini Pah? Aku sudah membawanya. Papah hanya tinggal memberikan tanda tangan. Disini. Ini, disini tanda tangannya." Al menunjukkan kertas itu pada Mahend.
Siya bernapas lega. Ia selamat. Pandangan Mahend pun berpindah pada kertas yang Al berikan. Mahend membacanya.
"Ini berbahaya, Al? Papah tidak mengizinkanmu untuk pergi." Mahend tak setuju setelah membaca jika itu adalah surat persetujuan wali untuk membolehkan anaknya mengikuti kegiatan Out Bond yang akan dilaksanakan di sebuah pulau.
"Papah? Al mau ikut?"
Siya tak begitu memperhatikan Al dan Mahend. Mata dan pikirannya fokus melihat ke sekeliling ruangan. Berharap akan ada sesuatu yang bisa ia temukan.
"Pokoknya tidak, Al? Itu berbahaya." Mahend menurunkan tubuh Al dari gendongannya. Lantas menyerahkan kembali surat itu pada Al.
"Pah?" Al merengek.
"Tidak, Al?"
Al segera berlari dan menarik tangan Siya. Mengagetkannya yang tengah fokus melakukan pengintaian.
"Siya? Bantu aku membujuk Papah? Papah tidak mau menandatangani suratku, dia tidak memperbolehkan aku pergi. Aku ingin sekali bisa pergi, Siya?."
'Ya Tuhan? Al? Bagaimana aku bisa membujuk titisan da.k.jal itu? Bahkan ia tak menyiksaku saja aku sudah sangat beruntung?'
"Siya? Katakan sesuatu, jangan diam saja?" Al semakin merengek, menggoyang-goyang tangan Siya.
Siya panik, raut mukanya cemas. Gugup.
Mahend tersenyum sinis menopang dagu dengan kedua tangannya yang bertumpu pada meja. Mahend duduk di kursi dekat posisinya berdiri tadi. Mahendra Menunggu apa Siya berani untuk mengatakan sesuatu.
"Hal-hal seperti ini sangat menyenangkan untuk dilakukan anak-anak bersama teman-teman di sekolah, Mas? Sesuatu yang tak bisa di ulang dan hanya akan menjadi sebuah kenangan."
"Katakan langsung pada intinya, jangan bertele-tele."
Siya menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya.
"Tolong berikan izin pada Al untuk bisa mengikuti kegiatan itu." Siya pun mengutarakan pendapatnya dengan lantang.
Mahend tertawa. Al mengernyitkan kening, kesal dengan sikap Papahnya.
"Berani juga kau mengatakannya." ucap Mahend sinis pada Siya.
"Pokoknya, Al akan tetap pergi. Kalaupun Papah tidak mengizinkan. Al tetap akan pergi." Al berkacak pinggang. Seakan menunjukkan kuasanya sebagai Tuan muda.
'Cih.' Mahend berdecih melihat sikap angkuh Al sang putra. Wajahnya mewaris dari Anita sang Mama, tapi sikap dan gayanya semua mirip Mahendra.
Mahend terlihat berpikir. Beberapa waktu kemudian?
"Berikan?" Mahend akhirnya mengalah. Ia meminta suratnya pada Al untuk ia tanda tangani. Mahend belum pernah sekalipun tidak luluh atas permintaan Al selama ini. Ia memang begitu sangat menyayangi jagoannya itu.
"Yeeaayyy?" Al berteriak sambil melompat kegirangan, ia begitu senang, karna Mahend akhirnya memberikan Al izin untuk mengikuti kegiatan Out Bond di sekolahnya.
Siya pun ikut tersenyum senang. Dan dia melihat Mahend yang menandatangi surat Al di atas meja.
'Buku itu?'
Senyum Siya menghilang seketika. Netranya tertuju pada sebuah buku novel keluaran lama yang bersampul hitam. Dengan judul Have or Die. Tergeletak di atas meja dengan lengan Mahend.
"Sudah." Mahend memberikan kembali surat itu pada Al. Al menerimanya antusias, lantas ia memeluk erat Mahend.
"Terimakasih, Papah? Kau Papah yang terhebat?" puji Al sambil memberikan kecupan berkali-kali di pipi mahend.
Siya tak memperhatikan. Ia tenggelam dalam lamunannya menatap tajam pada buku bersampul hitam itu. Dan Mahend menyadarinya.
"Kembalilah ke kamar. Dan cepat tidur." ucap Mahend pada Al.
"Ehmm?" Al mengangguk.
"Ayo Siya? Kita pergi, kau harus membantuku bersiap?." Al sudah menggandeng tangan Siya. Namun tatapannya pada buku itu masih terus tertuju. Seakan tak ingin pergi dan ingin membawanya.
"Al?" suara Mahend menghentikan langkah Al.
"Kau pergilah dulu bersama Lim. Papah ingin bicara dulu sama Siya, biar Lim yang membantumu bersiap."
Siya menatap Mahend dengan sorot mata yang tajam. Ada rasa takut jika Al pergi meninggalkannya. Sesuatu bisa saja terjadi.
"Yaaahh?" Al mendengus malas tapi ia menurut. Itulah yang membuat Mahend juga selalu menuruti keinginan Al. Karna Al juga selalu patuh padanya.
Lim menggandeng tangan Al, keluar dari sana. Meninggalkan Siya dan Mahendra berdua.
Siya terperanjat, ia tersadar. Siya lekas membalikkan badan dan berlari hendak keluar. Namun langkahnya kalah cepat. Mahendra sudah menarik tangannya dan mendorong Siya hingga duduk di sebuah sofa, Mahendra naik ke atas tubuh Siya. Siya mendongak karena tangan kiri Mahend mencengkeram leher Siya, dan tangan kanannya sudah meremas dada Siya yang kiri.
"Aaahh?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Tatiastarie
yg cocok sebutan untuk si m a h n itu dajjal
2022-09-29
0
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
maaf aku numpang ngakak sebentar
apa!!!! titisan dajjal 😂😂😂
2022-01-25
2
INha Asrhy
up
2022-01-17
1