Makan siang Bram dengan menteri perhubungan diadakan di rooftop gedung perusahaan. Sesuai permintaan Istri Pak menteri yang ingin merasakan suasana out door.
Mahend dan kedua tamunya sudah duduk di kursi masing-masing menghadap meja melingkar yang terdapat banyak menu makanan di atasnya. Para koki berdiri di samping mereka melayani.
"Tuan?" Lim yang baru datang bersama Siya membungkukkan badan memberikan penghormatan.
Mahend berdiri. Pak manteri beserta istri pun ikut berdiri.
"Ah, kenalkan. Ini Siya, istri saya." Mahend memperkenalkan Siya pada pak manteri dan sang istri.
"Siya?." Siya tersenyum menjabat tangan mereka dengan santun.
"Mari, mari kita lanjutkan makan kita." Mahend mempersilahkan agar para tamunya kembali duduk.
"Anda mendapatkan istri yang sangat cantik, Tuan Mahend? Dia juga masih sangat muda!" seru istri Pak menteri.
Mahend dan Siya tersenyum bersama.
"Sayang? Kau juga tak kalah cantik dari Nona Siya." Goda Pak menteri pada istrinya.
"Ah, kamu mas. Malu dilihat Tuan Mahend dan Nona Siya."
Pasangan suami istri itu terlihat sangat romantis dan harmonis di usia mereka yang sudah tak lagi muda. Membuat batin Siya nyeri karena nasib pernikahannya tak lebih dari sekedar sebuah pembalasan dendam. Jauh dari kata bahagia.
"Nona Siya?"
"Iya Nyonya?"
Istri Pak menteri mengeluarkan sebuah kotak dari tas nya. Lalu ia berikan pada Siya.
"Ini ada hadiah kecil dari kami, kami minta maaf karena tak bisa datang di pernikahan kalian waktu itu." ucap istri Pak menteri pada Siya saat memberikan hadiahnya.
"Aah?." Siya menoleh pada Mahend. Dan Mahend mengangguk tanda Siya yang harus menerima pemberian itu.
"Bukalah, saya akan sangat senang jika kau bersedia memakainya."
Siya pun membuka kotak pemberian istri Pak menteri. Sebuah kalung berlian yang sangat cantik dan elegan.
"Nyonya, ini terlalu mewah buat saya?" Siya tak begitu menyadari dengan apa yang dikatakannya. Ia hanya bicara sesuai naluri alamiah hatinya.
Pak menteri dan istrinya tertawa.
Mahend mengambil alih kotak itu, ia lantas mengeluarkan kalung dan memakaikan benda itu dileher Siya.
Setelah mengaitkan pengaitnya. Mahend mencium mesra ceruk leher Siya di depan semua orang, hingga membuat Siya bergidik. Bibir Mahend bergerak menyapu leher Siya dan berhenti di telinganya.
"Jangan membuatku malu." bisik Mahend sangat pelan.
'Glek' Siya menelan salivanya kasar. Jantungnya berdebar.
Setelah itu Mahend kembali ke posisi duduknya dengan benar. Dan Siya juga menghadap para tamu sambil melempar senyum yang ia paksakan.
"Sangat cantik, kau cocok memakainya." seru istri Pak menteri.
Siya mengangguk dan tersenyum.
"Terimakasih, Nyonya!" ucap Siya.
Acara makan siang pun dilanjut. Mahend terlihat luwes saat berbicara dengan mereka. Jauh berbanding terbalik dengan Mahend yang Siya dapati saat mereka berdua.
Mahend terlihat seperti Mahend yang Siya kenal dulu, ramah, hangat, dan banyak tertawa. Batin Siya perih. Ia sangat merindukan Mahendranya dulu. Mahendra yang Siya lihat di depannya sekarang. Yang hilang dan berubah saat mereka berada di rumah. Atau saat sedang berdua.
...****************...
Siya dan Mahend sedang dalam perjalanan pulang. Hening, tak ada pembicaraan.
Mobil yang Lim kendarai memasuki gerbang utama rumah mewah Mahend. Melaju pelan dan berhenti di halaman depan teras.
Mahend membuka pintunya sendiri. Dan Siya pun melakukan yang sama.
Mahend sudah bergegas masuk terlebih dulu ke dalam rumah. Siya berjalan agak jauh di belakangnya karena Mahendra yang melangkah dengan cepat.
"Mahend?" Sabrina yang tengah duduk di sofa ruang tengah memanggil putranya yang baru saja hendak menaiki anak tangga. Mahend pun mengurungkan niatnya untuk naik, dan melangkah mendekati sang ibunda.
Siya tak berani ikut serta. Sabrina tak memanggilnya. Dan Siya memilih untuk naik ke lantai atas, masuk ke dalam kamarnya.
"Haaahhh?" Siya menjatuhkan diri terlentang di atas ranjang. Ia lelah bukan karena aktifitas yang dilakukannya. Tapi hatinya yang serasa tertekan dan dadanya serasa tertimbun beban berton-ton.
"Apa ya yang sedang Mamah sama mas Mahend bicarakan? Apa mereka sedang membicarakan diriku? Menyusun rencana untuk menghukumku? Atau melenyapkan ku? Aaahh? Kenapa sekarang aku jadi bernegatif thinking terus sama orang lain? Hahh?"
Siya bangkit. Berdiri di depan cermin. Melihat penampilannya yang terlihat cantik. Untunglah Siya memiliki basic make over yang sangat baik, sehingga ia bisa menutupi lebam dan memar yang belum sepenuhnya pudar dengan krim foundation.
Kalung berlian pemberian istri Pak menteri yang melingkar di leher menjadi pusat pandangan Siya.
"Aku tahu mas Mahend orang berada. Tapi aku tak pernah tahu jika dia seberkuasa ini."
Siya melepas kalung berliannya. Ia simpan di dalam laci meja rias. Ia lantas membuka resleting dressnya. Ia ingin mandi.
'Sreett,, sreeettt,,, sereett?'
Resleting dress Siya macet, apalagi posisinya itu berada di punggungnya. Siya kesulitan untuk membukanya.
"Aaahh? Kenapa pakai acara macet segala sih? Aaahh?"
'sett'
Siya masih berusaha menarik kebawah untuk membuka resleting itu, namun tak bisa.
"Gimana bukanya? Aaahh. Aku mau mandi? Sialan?"
Siya menggerutu, kedua tangannya masih berusaha membuka resleting yang macet. Kepalanya menunduk, dan karena heboh sendiri. Ia tak menyadari jika Mahend sudah berdiri di belakangnya.
Tanpa membuka suara, tangan Mahend menyentuh resleting dress Siya dan bersentuhan dengan tangan Siya.
"Aaaahh?" Siya berteriak. Membalikkan badan cepat, sedikit mundur. Ia terkejut.
"Mas Mahend?"
tanpa bicara Mahendra menarik tangan Siya, membalik badannya memunggungi Mahend dan Siya kembali menghadap ke cermin.
Netra Mahend fokus tertuju pada resleting dress Siya yang macet. Raut mukanya yang tanpa ekspresi menatap punggung Siya yang sudah sedikit terbuka.
Mahend lantas menyentuh resletingnya. Mencoba menarik ke bawah. Agar bisa dibuka.
'Sseett ssett.' tetap macet.
Siya terus mengamati dari pantulan cermin di depannya.
'Mas Mahend?'
"Seerrraaakkkk?"
"Aaah?"
Karena tak sabar, Mahend merobek dress Siya hingga bagian punggung Siya terbuka lebar sampai ke pinggulnya.
"Aaahh? Mas? Bisakah kau pelan-pelan? Kau selalu bertindak kasar. Dan kau merusak apapun karena kebrutalan mu itu." Siya berteriak kesal. Ia hampir telanjang karena perbuatan Mahend.
Mahend malah tersenyum sinis pada Siya. Ia lantas menatap tajam Siya yang mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali. Siya sudah mulai panik. Jantungnya berdegup kencang. Pikiran Siya kearah sana.
"Aaahh?" Siya memekik. Mahend menarik tangannya hingga kini tubuh depan Siya menempel sempurna dengan tubuh Mahend.
"Aaahh? Mas?"
Mahend menggenggam kedua tangan Siya dengan kedua tangannya. Hingga dressnya menjadi terbuka longgar karena tangan Siya yang terbentang.
"Puaskan aku."
"Mas?"
Mahend menarik tangan Siya membawanya ke dekat ranjang.
Mahend duduk di tepian ranjang, Siya berdiri di depannya.
"Buka!."
"Hah?"
"Punyaku."
Siya gugup dan panik, meski ini bukan yang pertama kalinya. Tetap saja. Tubuhnya selalu bergetar saat Mahend memintanya.
'Glek.'
Siya menelan salivanya. Ia lantas bergerak pelan, menekuk kaki dengan tumpuan lutut di atas lantai menghadap Mahend.
Mahend hanya diam memperhatikan dengan tatapan mata yang sayu namun dingin.
Siya bergerak hati-hati. Tangannya mulai membuka resleting celana Mahend. Mahend mempermudahnya. Hingga tubuh Mahend yang sudah siap, kaku, mengeras dan panjang menantang di depan Siya.
"Lakukan!" ucap Mahend memberikan perintah.
Siya pun mulai mendekat, ia menurunkan kepalanya hingga__
"Aaarrggh? Ssshhhh?"
Hanya suara d.e$aha.an des.ahan dan er.a.nga.n Mahend yang menahan nikmat mengisi seluruh ruang kamar Siya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
wins
Bram atau mahend
2022-02-11
0
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
padahal ada istri sah kok d anggurin kek SM org lain aja d puasin nya pake mulut atas pake mulut bawah dong biar seru😜
2022-01-26
1
Elsa Naila
lanjutttt
2022-01-25
0