"Siya? Siya kau dimana?" Al terus meneriaki nama Siya. Ia tak menemukan wanita yang tiba-tiba ia sukai itu saat memasuki kamar sang Papah.
"Tuan muda? Anda mencari Siya?"
Seorang pelayan menghampiri Al yang tengah sibuk mencari Siya berada.
"Iya, dimana dia?"
"Dia di kamarnya, Tuan muda!"
"Bukankah dia satu kamar dengan Papah?"
Pelayan itu tersenyum ramah, semua orang sudah di briefing sebelumnya oleh Lim sesuai perintah Mahend.
"Tidak, Tuan muda? Siya punya kamar sendiri. Kemarin itu karna Siya sedang sakit, makanya papah yang merawatnya."
"Oooh!" Al mengangguk, ia percaya begitu saja. Biar bagaimanapun, dia masih tetap anak kecil.
"Kamar Siya ada di sebelah kamar Tuan muda. Temui saja, dia pasti disana."
Al lekas berlari menuju kamar yang pelayan itu tunjukkan sebagai kamar Siya. Al harus menagih janji Siya yang akan melanjutkan cerita petualangannya naik gunung.
...****************...
"Tuan? Nyonya Anita ingin bertemu dengan anda."
Anita adalah Ibu dari Alvaro, mantan istri Mahendra.
"Apa lagi yang diinginkannya, Lim?"
"Dia ingin mendapat hak asuh sepenuhnya atas Tuan muda Al. Dan?"
"Cukup. Aku tidak akan pernah melayaninya. Jika dia ingin membawanya ke meja hijau. Biarkan saja. Dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Dasar wanita j.al.an.g"
Lim membungkukkan badan, tanda ia mengerti.
"Apa masih ada yang harus aku kerjakan, Lim?"
"Kita harus datang ke gudang B untuk memeriksa secara langsung__"
Belum sempat Lim menyelesaikan ucapannya, Mahend sudah mengangkat tangan agar Lim berhenti bicara.
"Aku ingin pulang cepat."
"Baik Tuan."
...****************...
Jam menunjukkan pukul 6 sore. Mahend pulang sangat awal dari jam biasanya saat pukul 8 ke atas. Padahal pekerjaan masih menumpuk, tapi Mahend mengabaikannya.
Lim bahkan terheran. Meski ia tak berani menanyakan alasan kenapa Bosnya itu meminta pulang cepat. Tapi Lim merasa ada sesuatu yang membuat Mahendra ingin segera pulang ke rumah.
"Al?" Mahendra mencari Al sang putra di kamarnya, setelah ia memasuki kamarnya sendiri dan sepi. Ia baru ingat jika ia sendiri yang meminta Lim untuk memindahkan kamar Siya.
"Dimana dia?" Mahend berpikir sejenak. Kamar Al pun kosong.
'Apa mungkin Al tengah bersama gadis itu?'
Mahend memegang handle pintu kamar Siya. Ia lantas memutarnya perlahan. Tidak dikunci. Dan Mahend melangkah kedalam.
Pemandangan yang hampir mustahil. Al dan Siya tidur di ranjang sambil berpelukan. Mahend sampai membulatkan mata.
Sejak kapan Al mau tidur bersama dengan orang lain selain dirinya dan Anita?
Mahend kembali keluar, ia tak ingin mengganggu tidur Al. Meski sebenarnya, Mahend begitu ingin bisa bermain-main dengan Siya. Itu sangat menyenangkan. Mungkin itulah alasan kenapa Mahend begitu ingin cepat-cepat pulang.
Mahend turun kebawah. Ia memanggil para pelayan hanya dengan sekali pencet panel yang ada di ponselnya, dan itu langsung memberi perintah pada para staf rumah untuk segera datang.
"Tuan?"
"Iya Tuan?"
Mereka semua sudah datang dan berbaris. Menunduk, takut jika ada suatu kesalahan.
"Sejak kapan Al berada di kamar Siya?"
"Sejak pulang sekolah, Tuan?" seorang pelayan menjawab.
"Apa dia sudah makan?"
"Tadi jam 5 sore Nona Siya menyuapi makan Tuan muda, Tuan?"
"Apa?" Mahend kaget. Ini lagi-lagi menjadi satu hal yang baru. Putranya Al makan dengan disuapi dari tangan orang lain selain dirinya.
"Apa Al terlihat dekat dengan Siya?"
"I-i iya Tuan?" Pelayan yang menjawabnya terbata, karna raut muka Mahend menunjukkan amarah.
Mahend lekas kembali ke kamar Siya. Anak dan istrinya yang tak dianggap masih terlelap sambil berpelukan.
'Apa yang kau rencanakan Siya? Kau ingin mendekati putraku agar kau bisa lolos dari hukumanmu? Jangan harap. Bahkan meski Al membelamu. Kau tetap akan aku buat menderita.'
Mahend mendekat, ia mencoba melepaskan tubuh Al yang bertaut dengan tubuh Siya. Mahend akan memindahkan Al ke kamarnya.
Siya merasakan pergerakan, ia mulai membuka mata.
"Mas?." Siya kaget dan berteriak.
"Sssuutt? Kau mau membangunkan Al?"
"M-maaf mas?"
"Diam kau." Mahend berhasil mengangkat tubuh Al tanpa harus membangunkannya.
"Kenapa tidak dibiarkan saja sih mas? Biarkan Al tidur disini. Dia_?" Siya menghentikan kalimatnya, sorot mata Mahend menatapnya begitu tajam. Seperti sebuah pedang tajam menghunus begitu dalam. Dan Siya akhirnya hanya menunduk. Ia takut.
Mahend membawa Al pergi dari kamar Siya untuk ia tidurkan dikamarnya sendiri. Sejak usianya 3 tahun Mahend memang sudah tidur sendiri. Ia tak pernah nyaman jika ada orang yang bersamanya kecuali Mahend dan Anita. Itu rasa alamiah dari seorang anak.
Dan tentu, kebersamaannya dengan Siya membuat Mahend kaget serta menaruh curiga pada Siya.
'Bagaimana mungkin dalam waktu singkat gadis itu bisa menarik perhatian Al padanya? Apa dia menghipnotis Al? Awas saja jika dia berani macam-macam. Akan aku hukum dia lebih kejam lagi.'
Siya lekas mengunci pintu kamarnya dari dalam. Ia tak ingin jika sampai Mahend kembali masuk dan menemuinya. Apalagi melihat sorot matanya tadi yang begitu dingin dan menyeramkan. Siya bergidik ngeri jika sampai Mahend kembali menghukumnya malam ini.
Siya berbaring di ranjang, menarik selimut, memejamkan mata, memposisikan dirinya agar bisa tidur dengan nyaman.
"Aku sangat mencintaimu, Siya? Aku berjanji akan selalu membahagiakanmu, dan tidak akan pernah meninggalkanmu, menikahlah denganku, kumohon?" Mahend yang kala itu melamar Siya di tempat kerjanya. Sehingga seluruh orang-orang disana begitu antusias menggoda Siya yang sedang berbunga-bunga.
"Aku juga mencintaimu, Mas? Sangat."
"Aku mencintaimu, mas. Aku mencintaimu, Mas Mahend?" Siya terbangun dan berteriak. Ia memimpikan hal yang indah namun berubah menjadi buruk seketika.
Nafas Siya tersengal, dadanya naik turun karna nafasnya yang memburu.
"Kau ternyata sangat mencintaiku, Siya?" suara berat bariton dari Mahendra yang tengah berdiri di depan pintu kamar Siya yang sudah tertutup. Mahend bersandar santai di pintu kamar itu.
"Mas Mahend?" Siya kaget. Takut.
"Bagaimana kau bisa masuk, Mas? Aku? A-aku sudah mengunci pintunya tadi." ucap Siya terbata.
"Ha ha ha ha? Apa kau lupa siapa aku Siya? Tak ada satupun ruang di rumah ini yang tak bisa aku masuki."
Mahend melangkah maju. Sia semakin takut, dan dia mundur.
"Aaahh?" Mahend melompat menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang Siya. Dengan cepat Siya sudah turun dari ranjang. Gerakan refleks karna kaget.
Siya berpikir cepat. Ia harus segera keluar, jika tidak, Mahend pasti akan melakukan hal-hal gila lagi padanya.
'Klek klek klek'
Siya mencoba membuka pintu kamarnya, namun tak bisa. Pintu itu sudah terkunci.
"Kenapa tidak bisa dibuka?" Siya panik.
"Karena aku tak mengizinkannya, Siyaku sayang?" suara Mahend terdengar menakutkan.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Siya putus asa.
"Kau tau jawabannya."
"Aku tak mau melakukan kesalahan. Jika kau menginginkan sesuatu, katakan dengan jelas.!" Siya mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk bisa berucap begitu tegas pada Mahend.
"LAYANI AKU."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Floria Maria Kellen
suami macam apa bgtu..
2022-02-08
1
Χιαα.
gua catat nama Lo di death note
2022-02-07
0
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
hati² Mahend keseringan minta d layani entar keenakkan malah jadi bucin
2022-01-25
0