Setelah mengikuti pertandingan, Arnav mengajak yang lain untuk makan siang di mall yang ada di seberang sport center. Dengan kendaraannya masing-masing mereka menuju mall. Arnav mengajak Meta pergi bersamanya, dan dengan sigap Rivan langsung masuk ke dalam mobil membuat Arnav menggeram kesal.
Sesampainya di mall, mereka menuju cafe yang letaknya ada di lantai tiga. Pelayan yang bertugas menyatukan tiga meja sekaligus agar mereka tidak terpisah. Acara memesan makanan pun dimulai. Hari ini Fahrul berbaik hati membayarkan semua makanan yang dipesan. Bos dealer mobil itu memang yang paling royal di antara yang lain.
Nick memotong tenderloin steak pesanannya kemudian memberikannya pada Iza dan mengambil milik gadis itu untuknya. Mereka memang memesan menu yang sama. Semua sahabatnya dibuat terkejut dengan sikap Nick. Biasanya pria itu selalu cuek pada lawan jenis. Tapi pada Iza, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat.
Meta tersenyum melihat binar bahagia di wajah sahabatnya. Arnav begitu menikmati senyum indah bidadari tak bersayapnya itu. Pria berdarah Pakistan itu sudah bertekad akan mengejar cinta Meta, kalau perlu sampai ke ujung dunia sekalipun.
“Mai ngga diajauk Rul?” tanya Denis membuka percakapan di antara mereka.
“Males.”
“Ngga boleh gitu lo. Itu kan istri lo. Mana dia baru lagi di sini, pasti belum punya teman,” timpal Abe.
“Bawel lo semua.”
“Dikasih saran yang bener kok sewot sih lo!” Denis yang paling mudah terpancing emosinya mulai meninggikan suaranya.
“Terus mau lo apa?! Sok perhatian banget sama istri gue. Lo suka sama istri gue hah?!” Fahrul ikut terpancing.
“Gue cuma simpati ama dia. Sial banget hidupnya dapet suami model lo!”
“Anj*ng lo!”
“Woi!! Sadar lo berdua, kita lagi di mana!”
Nick terpaksa angkat bicara karena kondisi antara Fahrul dengan Denis sudah tidak kondusif. Abe menenangkan Denis yang sudah tersulut emosinya. Sedang Arnav menenangkan Fahrul. Iza, Meta dan Rivan bungkam seribu bahasa. Mereka tak berani membuka suaranya.
Denis dengan cepat menghabiskan makanannya. Dia berdiri lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan menaruhnya di atas meja.
“Ini buat bayar makanan gue. Ngga sudi gue dibayarin laki brengsek model dia.”
Fahrul hendak berdiri namun segera ditahan oleh Arnav. Denis segera keluar dari cafe. Kemarin Denis melihat Fahrul masuk ke dalam hotel bersama Reisa. Denis memang hidup serampangan dan menjadi peliharaan tante-tante. Tapi dia tidak suka saat melihat laki-laki mengkhianati istrinya di saat sang istri tidak melakukan kesalahan apapun. Di matanya Mai adalah sosok wanita baik-baik dan tak pantas mendapatkan perlakuan buruk dari Fahrul.
“Gue cabut!”
Fahrul mengakhiri makannya kemudian melenggang pergi meninggalkan cafe. Pria itu sudah kehilangan nafsu makannya. Arnav yang tak enak hati langsung membuat lelucon untuk mencairkan suasana.
“Maaf ya Zi,” bisik Nick.
“It’s okay.”
Semua kembali melanjutkan acara makannya. Arnav menerangkan kalau pertengkaran memang kerap terjadi di antara mereka, namun tak lama semua kembali baik. Fahrul dan Denis memang sering terlibat perselisihan karena temperamen mereka. Berbeda dengan Arnav atau Abe yang tengil, cenderung cuek. Kalau Nick lebih tenang, dia yang paling berkepala dingin di antara yang lain.
Usai makan, Nick memutuskan untuk mengantarkan Iza pulang. Dia tidak mau mendapat label lebih buruk lagi dari calon mertua. Sebelum pulang, Meta mampir lebih dulu ke supermarket untuk membeli pesanan mamanya. Semuanya ikut masuk ke dalam mengikuti Meta.
“Mama kamu nitip apa Met? Sini biar aku yang dorong trolinya.”
Dengan sigap Arnav mengambil troli. Rivan memutar bola matanya melihat sikap Arnav yang gigih menarik perhatian Meta. Nick dan Iza mengikuti dari belakang. Sesekali pria itu menawarkan sesuatu pada Iza.
“Nick!”
Tubuh Nick menegang mendengar suara yang begitu familiar memanggil namanya. Perlahan dia berbalik, nampak Diah berjalan menghampirinya. Mata Nick menelusuri sisi samping dan belakang mommy-nya, takut ada salah satu prianya ikut bersamanya.
“Anak nakal, kenapa jarang pulang,” Diah menjewer telinga Nick.
“Aduh mom, malu tahu,” bisik Nick.
Dia melepaskan jewerannya. Lalu pandangannya tertuju pada sosok Iza yang ada di sebelah anaknya. Sekali lihat, wanita itu tahu kalau gadis itu adalah perempuan yang sudah membuat hati anaknya bergetar.
“Kamu pasti Iza,” tebak Diah.
“I.. iya tante.”
“Kenalin, mommy-nya Nick. Daaaan.. jangan panggil tante, tapi panggil mommy.”
Diah memeluk Iza. Gadis itu sedikit gugup bertemu dengan Diah. Wanita yang telah melahirkan pria yang disukainya ke dunia. Diah melepaskan pelukannya lalu melihat ke arah Arnav juga Abe.
“Kalian berdua, dasar anak durhaka! Ada mommy bukannya disambut malah diam aja.”
Dia berpura-pura marah pada keduan lelaki itu. Arnav dan Abe mendekat lalu memeluk Diah bergantian. Semua sahabat Nick memang akrab dengan Diah. Bahkan sudah menganggap wanita itu sebagai ibu kedua. Arnav lalu mengenalkan Meta pada Diah. Lalu terdengar deheman kencang Rivan. Dengan malas Arnav juga mengenalkan bocah itu.
“Arul sama Denis mana?”
“Biasa mom, lagi ribut mereka.”
“Ck.. kebiasaan, ribut mulu tuh anak dua. Nanti suruh mereka ketemu mommy.”
“Siap mom.”
“Mommy sama siapa ke sini?” tanya Nick.
“Sendiri. Stok bulanan habis, jadi mommy mau belanja dulu. Abe, ayo temani mommy belanja.”
“Aku aja mom?”
“Iya, mommy ngga mau ganggu waktu Nick sama Arnav yang lagi pedekate.”
Diah mengedipkan sebelah matanya pada Nick juga Arnav kemudian memeluk lengan Abe. Wanita itu mulai berkeliling memilih belanjaan. Sedang yang lain meneruskan kegiatan belanjanya.
Pulang belanja, Arnav bersikeras mengikuti Nick mengantarkan Iza ke rumah. Biar nanti dirinya bisa mengantarkan Meta ke rumahnya. Nick benar-benar tak mengerti, Arnav yang biasanya tak pernah serius dengan wanita kini nampak begitu gigih mendapatkan perhatian Meta.
Arnav menelan ludahnya kelat saat bertemu dengan Rahardi. Aura pria itu begitu kuat dan menyeramkan. Arnav bahkan tak berani dengan bersitatap langsung dengan Rahardi. Dia kagum pada Nick yang bisa begitu tenang menghadapi sikap dingin calon bapak mertuanya.
“Masuk!!” ucap Rahardi pada anaknya.
Iza melihat ke arah Nick. Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya. Dengan langkah pelan Iza masuk ke dalam rumah. Sesekali dia menoleh ke belakang, takut kalau sang ayah memperlakukan Nick dengan buruk.
“Kalian berdua, pulang!!” perintah Rahardi pada Rivan juga Meta.
“Kamu juga!! Lebih baik lagi kamu ngga usah bertemu Iza lagi.”
Rahardi segera masuk ke dalam rumah tanpa memberi kesempatan pada Nick untuk menjawab. Arnav mengelus dadanya melihat cara Rahardi memperlakukan sahabatnya. Jika dirinya ada di posisi Nick, bisa jadi dia sudah kencing di celana.
🍂🍂🍂
Selama makan malam, Iza terus menundukkan kepalanya. Dia hanya berdua saja dengan Rahardi. Mendadak Mina harus ke rumah sakit untuk menjenguk salah satu teman pengajiannya bersama rombongan RT. Hanya denting suara sendok saja yang terdengar di sekitar meja makan.
Selesai makan, Iza langsung membawa piring kotor ke dapur lalu mencucinya. Selesai mencuci piring dan membereskan meja makan, Rahardi memintanya duduk di ruang tengah. Lagi-lagi Iza hanya menundukkan kepalanya.
“Apa hubunganmu dengan anak tadi?”
“Nick.. namanya Nick, abi,” Iza mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah Rahardi.
“Siapapun namanya, pokoknya abi ngga suka kamu bergaul dengan anak itu.”
“Abi ngga percaya sama aku? Abi takut kalau aku bergaul dengan orang yang salah? Abi tenang aja, Nick itu baik.”
“Baik? Mana ada orang yang meninggalkan shalat dikatakan baik.”
“Apa ada jaminan orang yang rajin shalatnya adalah orang yang baik? Tolong abi jangan menilai orang dengan cepat. Tolong berikan waktu pada Nick untuk membuktikan pada abi kalau dia adalah orang baik. Saat ini mungkin dia belum bisa menjalankan kewajibannya sebagai muslim. Tapi bukan berarti dia orang yang buruk.”
Iza menarik nafas panjang setelah mengucapkan kalimat panjang lebar mengutarakan pendapatnya. Ini kali pertama dia mendebat dan berbicara pada abinya. Biasanya Iza hanya menjadi pendengar dan menuruti semua ucapan pria itu.
“Kamu melawan abi?”
“Aku hanya mengutarakan pendapat. Apa aku tak punya hak untuk berpendapat? Bahkan Rasulullah saja selalu terbuka menerima pendapat para sahabatnya. Bukankah itu salah satu sifat yang harus ditauladani?”
“Ehem!!”
Rahardi hanya berdehem kencang. Sungguh dirinya tak mengira kalau anak gadisnya yang biasanya penurut kini mulai berani bersuara. Ketidaksukaan Rahardi pada Nick semakin bertambah. Pria itu dituding sebagai penyebab perubahan sikap Iza padanya.
“Sudah pandai bicara kamu sekarang. Apa dia yang mengajarkanmu?”
“Ini ngga ada sangkut pautnya dengan Nick. Banyak hal yang ingin aku utarakan pada abi tapi aku ngga berani melakukannya. Abi tahu kenapa? Karena abi terlalu otoriter, abi ngga mau dibantah, abi selalu menganggap apa yang abi katakan adalah perintah yang tidak bisa dibantah dan harus dituruti. Tapi bertemu dengan Nick membuatku sadar kalau aku selama ini tidak menjadi diriku sendiri. Aku sadar kalau tidak selamanya aku harus diam. Ada kalanya aku harus bersuara mengutarakan pendapatku.”
“Kamu boleh mengutarakan apapun tapi jangan bergaul lagi dengan anak itu. Tak ada nilai positif yang kamu dapat jika bergaul dengannya.”
“Maaf abi, aku mau ke kamar.”
Tanpa menunggu jawaban Rahardi, Iza bergegas naik ke lantai dua lalu masuk ke kamarnya. Dihempaskan tubuhnya ke atas kasur. Mata Iza mulai memanas, perlahan airmatanya merembes keluar.
Iza meraih ponsel yang ada di atas meja belajarnya. Sebuah pesan dari Nick masuk. Lelaki itu menanyakan kabarnya. Iza tak ada niat untuk membalasnya. Dia duduk lalu menyandarkan punggungnya ke headboard ranjang. Tangannya mengusap kasar airmata yang membasahi pipinya. Tiba-tiba ponselnya berdering, diliriknya layar ponsel yang memperlihatkan nomor Nick yang memanggil. Setelah menarik nafas beberapa kali, Iza menjawab panggilan.
“Assalamu’alaikum,” suara Iza terdengar bindeng.
“Waalaikumsalam. Kamu kenapa Zi?”
“Aku ngga apa-apa.”
Panggilan dari Nick terputus. Tak berapa lama ponsel Iza kembali berdering. Kini panggilan berubah menjadi panggilan video. Iza memilih mengabaikannya karena airmatanya tak bisa berhenti mengalir. Namun Nick tanpa letih terus menghubunginya. Akhirnya Iza menerima panggilan video tersebut.
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam. Zi.. kamu kenapa? Kamu nangis?”
“Aku ngga apa-apa.”
“Apa abi memarahimu?” tak ada jawaban dari Iza.
“Apa karena aku?” desak Nick.
Tangis Iza semakin kencang. Tanpa gadis itu menjawab, Nick tahu kalau dirinya adalah penyebab airmata gadis yang dicintainya itu keluar. Hati Nick teriris melihat Iza yang masih menangis.
“Aku janji Zi.. aku akan memantaskan diri untuk bisa bersamamu. Aku akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi supaya kamu tidak akan menangis lagi karenaku. Just give me a time, honey (tolong beri aku waktu, sayang).”
“A..ak.. aku per..caya kamu Nick.”
“Maaf.. maaf sudah membuatmu sedih.”
“Bukan karenamu Nick. Aku menangis karena kecewa pada diri sendiri. Aku kecewa karena sudah membiarkan abi mendominasi kehidupanku. Aku kecewa karena terlalu takut meneriakkan apa isi hatiku.”
“Kamu pasti bisa Zi.. lakukan perlahan. Aku dan kamu pasti bisa melalui ini semua. Kita akan saling mendukung menguatkan. Aku akan selalu ada di sampingmu. Jika kamu ingin menumpahkan keluh kesahmu, aku akan menjadi pendengar yang baik.”
“Makasih Nick.”
“Sekarang kamu istirahat ya. Please.. jangan menangis lagi. Hatiku sakit melihatmu seperti ini. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum.”
“Kalau begitu buatlah aku tersenyum dengan perubahanmu.”
“I will, honey. Just wait and see. I will come to you on the right way. Sleep tight. Assalamu’alaikum (Akan aku lakukan, sayang. Aku akan datang padamu dengan cara yang benar. Tidur yang nyenyak).”
“Waalaikumsalam.”
Panggilan video berakhir. Iza meletakkan ponsel di atas nakas lalu membaringkan tubuhnya di kasur. Hatinya sedikit lega setelah berbicara dengan Nick. Sebelum tidur, tak lupa dipanjatkan doa agar hubungannya dengan Nick diberi kemudahan.
🍂🍂🍂
Semangat terus Nick💪
Arnav.. perjuanganmu masih panjang🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
berubah lah nik kayak RX 🤣🤣satria baja hitam 💃💃
2024-01-23
0
Safitri Agus
kasihan Iza,,apa salahnya Nick,,lebih baik ksh kesempatan,dan lebih bagus lagi sama² membimbing dan mengarahkannya agar mjd pribadi yang lebih baik.
2024-01-08
1
Febri Nayu
ayok nick. ayo ayo ayo
2023-12-10
1