Sejak pertemuan di toko buku, hubungan Nick dan Iza semakin dekat saja. Walau mereka belum pernah bertemu lagi, namun keduanya selalu berkirim pesan setiap harinya. Nick selalu saja mencari cara agar dapat terus berkomunikasi dengan gadis pujaannya itu. Mulai dari urusan skripsi atau hal receh seperti bertanya sudah makan, kuliah atau tidak, atau ucapan selamat tidur.
Selama dua minggu ini Nick sudah seperti ABG yang tengah jatuh cinta. Ranti dibuat heran oleh bosnya itu. Nick yang biasanya jarang tersenyum, kini hampir sepanjang hari tersenyum. Tak jarang terdengar siulannya di sela-sela pekerjaannya. Hati Nick seperti tengah ditumbuhi bunga-bunga yang bermekaran.
Nick menghempaskan tubuhnya di atas kasur, meluruskan otot-otot punggungnya yang lelah bekerja seharian. Selama dua hari ini Nick terus mengerjakan pekerjaannya agar cepat rampung, agar akhir pekan ini bisa membantu Iza menyebarkan angketnya.
Senyum mengembang di wajah tampannya mengingat besok adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Tangannya meraih ponsel yang ada di atas nakas. Diketuknya aplikasi whatsapp. Jarinya mulai bekerja mengirimkan pesan pada Iza. Rutinitas malam yang tak pernah ditinggalkan dua minggu ini menjelang tidur.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Hai.. lagi apa?
From My Zi❤️❤️❤️ :
Lagi bales pesan kamu.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Kirain lagi mikirin aku.
From My Zi❤️❤️❤️ :
😝
To My Zi ❤️❤️❤️:
Zi.. kamu ngga pernah tidur malem ya?
From Zi❤️❤️❤️ :
Tidurlah, emangnya aku burung hantu ngga tidur malam.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Aku pikir kamu ngga tidur, soalnya kamu selalu datang di mimpiku.
From My Zi❤️❤️❤️ :
Gelay.
Nick tertawa sendiri membaca balasan Iza. Jarinya kembali bergerak untuk membalas pesan. Jempolnya bergerak cepat mengetik pesan balasan.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Besok jadi kan mau sebar angket?
From My Zi❤️❤️❤️ :
In Syaa Allah.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Besok aku jemput ya jam 9.
From My Zi❤️❤️❤️ :
Tunggu di depan sekolah aja.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Siap incess. Awas ya jangan dandan cantik-cantik.
From My Zi❤️❤️❤️ :
Emangnya kenapa?
To My Zi❤️❤️❤️ :
Aku ngga rela banyak laki-laki yang nikmatin wajah cantik kamu.
From My Zi❤️❤️❤️ :
Dasar kang gombal.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Aku bukan kang gombal, tapi kang bucin.
From My Zi❤️❤️❤️ :
Gelay.
Aku tidur duluan ya, ngantuk.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Have a good sleep (tidur yang nyenyak). Jangan lupa mimpiin aku.
Nick menunggu beberapa saat, namun tak ada balasan lagi dari Iza. Diletakkan ponsel ke atas nakas, kemudian Nick membetulkan posisi tidurnya. Matanya mulai menutup dengan tangan dan kaki memeluk guling erat. Dalam hatinya berdoa semoga gadis cantik itu sudi mampir ke dalam mimpinya.
🍂🍂🍂
Iza menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Nick mengirimkan pesan telah sampai di depan sekolah. Gadis itu menghampiri kedua orang tuanya yang tengah berbincang di teras depan rumah.
“Ummi... abi.. aku pergi dulu ya.”
“Mau kemana Zi?” tanya abi.
“Abi lupa ya. Kan aku udah bilang mau sebar angket. Kayanya bakal seharian. Ngga apa-apa ya, aku pulangnya malem.”
“Jangan lebih dari jam sembilan ya Zi.”
“Iya, bi.”
Iza mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Setelah mengucapkan salam, gadis itu bergegas keluar. Setengah berlari, Iza mendatangi lokasi di mana Nick menunggunya. Tak berapa lama Iza sampai di depan sekolah, dia langsung membuka pintu mobil lalu duduk di kursi penumpang.
“Lama ya, maaf.”
“Ngga kok. Kamu bawa note book kan?”
“Bawa.”
“Oke.”
Nick menyalakan mesin mobilnya kemudian memindahkan perseneling dilanjut dengan menekan pedal gas. Mobil mulai bergerak melintasi jalanan yang masih terlihat lengang. Setelah satu jam berkendara, akhirnya mereka tiba di lokasi tujuan. Peluncuran produk baru dilakukan di salah satu mall terbesar yang ada di Jakarta.
Di acara peluncuran produk ini, selain membagikan sample gratis. Perusahaan juga memberikan hiburan musik dengan mengundang artis ibu kota. Selain itu, mereka juga menggelar games dan mengundian door prize.
Nick membawa Iza ke sebuah spot yang ada di sisi kiri eskalator. Di sana terdapat tiga buah meja. Nick mengeluarkan laptop dan tabletnya lalu meletakkan di atas meja. Dia meminta note book Iza kemudian menghubungkan usb. Untuk beberapa saat, dia terlihat sibuk memasang aplikasi di note book.
“Beres.”
“Angketnya mana?”
“Aku minta temanku yang buat angket dalam bentuk software. Nanti responden diminta mengisi angket di sini. Jawaban yang mereka kasih secara otomatis akan masuk ke tabulasi data. Jadi kamu ngga usah susah-susah input data. Data yang terkumpul bisa langsung kamu hitung pakai SPSS. Efisien kan. Nanti setelah responden menjawab pertanyaan, mereka akan dapet souvenir yang udah aku siapin.”
Nick menunjuk tiga buah kardus dua yang berisikan souvenir untuk para pengisi angket. Iza menatap Nick tak berkedip. Dirinya tak menyangka lelaki di depannya membantunya sejauh ini.
Iza membuka ketiga kardus yang tadi ditunjuk Nick. Kardus pertama berisikan kaos yang bertuliskan produk rokok yang sedang diluncurkan. Kardus kedua berisi mug dengan logo hotel tempat Nick bekerja dan kardus ketiga notes cetak berlogo dealer milik Fahrul. Sudah jelas dua jenis souvenir didapatkan dari dua sahabatnya.
“Ya ampun berapa biaya buat beli souvenir ini?”
“Yang dua dus itu sumbangan dari temanku, yang satu aku sengaja buat. Jangan salah, lewat souvenir ini secara ngga langsung mereka mempromosikan produk mereka, termasuk aku. Jadi anggap aja ini simbiosis mutualisme.”
Iza tak dapat berkata apa-apa, ternyata otak Nick benar-benar encer. Pantas saja di usia muda dia sudah dipercaya memegang jabatan manager di hotel bintang lima. Nick mengajak Iza stand bye di dekat panggung acara untuk mencari orang yang bersedia dijadikan responden.
🍂🍂🍂
Ba’da maghrib, pekerjaan Iza dan Nick selesai. Mereka berhasil mendapatkan lima puluh responden. Setelah membereskan peralatan, Nick mengajak Iza menuju cafe yang berada di seberang mall. Denis, Abe dan Fahrul sudah menunggunya di sana. Nick menghampiri Arnav sebelum pergi. Sahabatnya itu mengatakan akan menyusul sebentar lagi.
Nick dan Iza menaiki tangga penyebrangan untuk sampai di cafe yang dimaksud. Keduanya terus berjalan hingga akhirnya sampai. Nick membawa Iza menaiki anak tangga, kemudian masuk ke private room. Kedatangan mereka langsung disambut oleh Abe, Denis dan Fahrul.
Denis dan Fahrul tercengan melihat kecantikan Iza. Mereka memandangi Iza tanpa berkedip dengan mulut menganga. Abe menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang tidak bisa lihat kulit mulus dan bening. Nick menepuk tangannya di depan wajah kedua sahabatnya hingga mereka tersadar.
“Kenalin ini Iza. Zi.. ini sahabat-sahabat aku.”
“Aku...” ucap Denis dengan nada meledek.
Iza menyalami mereka satu per satu kemudian duduk di dekat Nick. Tiba-tiba pintu terbuka, Arnav masuk ke dalam dan langsung bergabung. Dalam hati Iza memuji sahabat Nick yang memiliki ketampanan di atas rata-rata.
“Ehmm.. aku enaknya panggil apa nih? Kakak? Abang?”
“Noooo... geli gue kalau dipanggil pake embel-embel kaya gitu,” seru Denis.
“Panggil nama aja langsung, biar berasa muda terus kita. Ya ngga?” Fahrul menaik turunkan alisnya.
“Zi.. yang udah nyumbang notes tuh Fahrul, kalau kaos Arnav.”
“Makasih banyak ya udah bantu aku,” Iza menangkupkan kedua tangannya.
“Santai aja Zi, apa sih yang ngga kita lakuin buat gebetannya Nick,” ucapan frontal Fahrul langsung dibalas tendangan Nick di kakinya.
“Sakit monyong!” seru Fahrul seraya mengusap tulang keringnya. Iza tertawa kecil melihat interaksi Nick dan Fahrul.
“Zi.. kamu harus hati-hati sama tiga orang ini. mereka termasuk spesies teh celup. Arnav teh sariwangi, Fahrul teh sosro, Denis teh tong tji.”
Nick menunjuk satu per satu sahabat yang disebut namanya. Abe mengepalkan tangannya kemudian menaruhnya di depan mulut, menahan tawa yang hendak meledak.
“Maksudnya teh celup apa?”
Tawa Abe langsung meledak melihat kepolosan Iza. Ketiga trio teh celup hanya cengar-cengir saja seraya mengusap tengkuknya.
“Nah kalau Abe tuh termasuk golongan susu kuda liar,” ucap Nick. Gantian kini trio teh celup yang terbahak.
“Kalau Nick itu golongan kopi, sejenis cappucino. Ada manisnya, pahitnya, bisa panas, bisa dingin dan banyak yang suka. Terutama kaum hawa,” balas Fahrul.
Iza tersenyum mendengar julukan untuk kelima orang tersebut walapun tak mengerti arti dari julukan tersebut. Bertemu dengan sahabat-sahabat Nick termasuk pengalaman baru baginya. Mereka cocok sekali dengan sebutan bad boys, namun begitu tetap bersikap sopan padanya.
Pintu ruangan kembali terbuka, kali ini seorang masuk membawakan sebotol minuman keras lengkap dengan lima gelas kecil. Ditaruhnya minuman tersebut di atas meja lalu keluar dari ruangan. Mata Iza membelalak melihat minuman haram tersebut.
“Kalian minum ini?”
“Iya.. tenang aja, buat kamu udah dipesenin yang non alkohol kok.”
“Maaf ya Nick, aku pulang aja.”
“Eh jangan Zi.”
“Itu minuman haram dan dosa jatuhnya Nick,” Iza menunjuk botol minuman beralkohol tersebut.
“Ya tapi kan kita aja yang minum Zi,” kilah Fahrul.
“Meminum, membelikan, membawakan atau menemani tetap kita berbagi dosa yang sama. Aku ngga ngelarang kalian minum itu, tapi aku ngga bisa gabung bareng kalian.”
Iza berdiri dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan ruangan. Dengan cepat Nick menyusulnya. Saat akan menuruni tangga, tangan Nick memegan lengan Iza, membuat gadis itu terjengit.
“Zi.. mau kemana?”
“Aku mau pulang,” Iza menggerakkan lengannya membuat Nick melepaskan pegangannya.
“Maaf.. maaf kalau kamu marah soal tadi.”
“Aku ngga marah, aku cuma ngga bisa gabung aja bareng kalian dengan alasan yang udah kubilang tadi.”
“Ok.. gimana kalau kita makan aja. Kamu pasti laper kan?”
“Tapi aku ngga mau makan di sana.”
“Kita makan di meja lain gimana?”
Iza memandang Nick yang terus melihatnya dengan tatapan memohon. Akhirnya Iza menganggukkan kepalanya. Senyum Nick terbit, pria itu lalu mengajak Iza turun ke bawah. Mereka mengambil tempat di salah satu meja yang masih kosong.
“Kamu mau makan apa?”
“Mau makan nasi aja. Laper banget.”
Nick melambaikan tangannya ke arah pelayan yang melintas tak jauh dari mejanya. Dengan cepat pelayan tersebut menghampiri dengan notes kecil di tangannya.
“Pesan ayam bakar sambel ijonya dua. Sama minumnya... kamu mau apa?”
“Lemon tea aja.”
“Lemon tea dua.”
“Nasi ayam bakar sambel ijo dua, lemon tea nya dua. Ada lagi?”
“Itu aja dulu.”
Pelayan itu mengangguk kemudian berlalu dari hadapan Nick dan Iza. Suasana hening sejenak sepeninggal pelayan tersebut. Nick cukup malu dengan insiden minuman beralkohol tadi. Dia menunggu Iza yang lebih dulu memulai pembicaraan.
“Kamu suka minum juga Nick?” suara Iza memecah keheningan.
“Hmm.. iya. Tapi ngga terlalu sering, kadang kalau lagi suntuk aja.”
“Emangnya kalau abis minum suntuknya hilang?”
“Hilang sebentar aja sih. Abis itu ya suntuk lagi.”
“Berarti percuma dong kalau hilangnya cuma sebentar. Rugi dua kali tau.”
“Rugi gimana?”
“Minuman beralkohol kan harganya ngga murah, udah gitu minuman itu ngga baik buat kesehatan, terutama ginjal kamu. Jadi kalau kamu suntuk atau ada masalah terus larinya ke alkohol ya rugi dua kali. Udah keluar uang buat belinya, eh masalah juga ngga selesai, malah nambah masalah baru. Kesehatan kamu jadi taruhannya.”
Nick terpana mendengar penuturan gadis di depannya. Disangkanya Iza akan berubah menjadi mamah Dedeh yang akan menasehatinya dengan dalil agama. Tapi dia memakai pendekatan kesehatan dan ekonomi ketika menerangkan baik buruknya alkohol.
“Kamu ngga suka aku minum?”
“Kalau dari segi agama dan kesehatan, ya aku ngga suka.”
“Kalau secara pribadi?”
“Ngga suka juga karena ngga ada manfaatnya buat kamu.”
“Kamu ngelarang aku minum?”
“Bukan ranah aku ngelarang kamu minum. Itu privasi kamu dan aku ngga ada hak untuk ngelarang kamu.”
“Mau aku kasih hak buat ngelarangku?”
Kali ini giliran Iza yang terdiam. Nick terus menatap netra Iza, dan entah kenapa Iza tak bisa berpaling seakan ada magnet dalam sorot mata pria itu. Wajah Nick tampak serius, dia benar-benar menunggu jawaban Iza.
“Maksud kamu apa?”
“Kamu tahu apa maksudku.”
“Kalau hak yang kamu maksud adalah dengan kita berpacaran, maaf, aku ngga menganut paham pacaran.”
“Dengan perempuan lain mungkin aku ada keinginan untuk pacaran, tapi ngga denganmu. Kamu terlalu indah kalau cuma dijadikan pacar. Aku mau menjadikanmu lebih dari itu dan memberimu hak atas hidupku selamanya.”
Iza tertawa kecil untuk menyembunyikan keterkejutan sekaligus kegugupannya. Lelaki di hadapannya ini benar-benar memiliki sepak terjang yang tak terduga. Diteguknya lemon tea yang tinggal setengah untuk menetralisir perasaannya yang berkecamuk hebat. Iya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum mulai berbicara.
“Kita baru kenal selama dua minggu. Belum tahu satu sama lain lebih jauh. Maaf, aku belum bisa menerima tawaranmu. Aku tidak mau membeli kucing dalam karung.”
“Kalau begitu berikan aku waktu dan kesempatan untuk mengenalkan diri dan memahami dirimu. Apa kamu mau?”
“Maksudmu?”
“Kita ta’aruf.”
“Apa kamu tahu arti dari ta’aruf? Banyak orang yang menyalahartikan istilah itu sekarang. Banyak yang berlindung dibalik kata ta’aruf padahal sebenarnya mereka berpacaran.”
“Kalau begitu ajari aku bagaimana ta’aruf yang baik dan benar.”
Iza melirik jam di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah bergerak menuju angka delapan. Itu artinya sudah waktunya dia pulang.
“Aku harus pulang. Aku harus sampai rumah sebelum jam sembilan malam.”
“Aku antar.”
Iza mengambil tasnya kemudian berdiri. Nick berjalan ke kasir untuk membayar pesanannya kemudian bersama dengan Iza kembali ke mall untuk mengambil mobilnya. Tak ada pembicaraan selama perjalanan pulang. Keduanya tetap membisu sampai akhirnya mobil yang dikendarai Nick sampai di depan sekolah.
“Aku harap kamu mau mempertimbangkan permintaanku.”
Nick mendahului berbicara sebelum Iza turun dari mobil. Gadis itu urung membuka pintu mobil. Dia kembali duduk dengan menghadap ke arah depan.
“Apa alasanmu meminta seperti itu?”
“Apa aku harus punya alasan?”
“Apa kebiasaanmu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan juga?” Nick tertawa kecil.
“Alasanku hanya ingin menjadi permen yang bisa membuatmu berhenti menangis dan berbahagia karena memilikinya.”
“Aku punya kriteria komposisi yang kuinginkan.”
“Katakan saja, aku akan memenuhi kriteria itu untukmu.”
Iza menoleh ke arah Nick. Tak ada keraguan dalam sorot matanya. Pria itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya tadi. Iza menundukkan pandangannya, tak berani bersitatap lebih lama lagi. Mata Nick yang bak elang selalu mampu membuatnya tenggelam dalam perasaan yang sulit diartikan.
“Aku akan memikirkannya.”
“Terima kasih.”
“Terima kasih juga sudah membantuku. Hati-hati di jalan, assalamu’alaikum.”
Nick tertegun, sudah lama sekali dia tak mengucapkan dan menjawab salam seperti ini. Mungkin saja pria itu sudah melupakannya. Tapi malam ini, gadis yang telah berhasil mencuri hatinya mengucapkan salam yang merupakan sebaris doa bagi yang menerima salamnya.
“Waa..alaikumsalam,” jawab Nick dengan terbata.
Iza membuka pintu mobil dari turun dari dalamnya. Nick juga ikut turun, dia berjalan pelan di belakang gadis itu. Dia berhenti beberapa meter dari rumah Iza. Setelah memastikan gadis pujaannya masuk ke rumah dengan selamat, dia membalikkan tubuhnya berjalan kembali menuju mobilnya.
🍂🍂🍂
**Mantul nih Iza, tegas ya. Walau belum berhijab tapi sudah paham betul ajaran agamanya. Nick, gue suka gaya Lo😉
Menurut kalian Iza terima tawaran Nick ngga?
Iza yang bikin trio teh celup mangap**
Nick, yang udah mulai bucin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Dinar Ataya
Sesuai dengan lakonnya..kalian ber2 serasi banget🤞🤞🤞
2024-01-24
1
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
ayu nya tu cantik banget
2024-01-21
0
Febri Nayu
wes gak mampu aku moco part Iki . Azizah.. terbaik
2023-12-09
1