Nick terpaku di tempatnya saat memasuki ballroom di hotel tempatnya bekerja. Dia tadinya hanya ingin mengecek apakah ada hal lain yang dibutuhkan kliennya. Saat ini di ballroom tengah diadakan Rakernas salah satu partai besar di Indonesia. Untuk membuka acara Rakernas, lebih dulu mereka mendengarkan tausyiah dari salah satu ulama terkenal di negara ini.
Mata Nick terus menatap lelaki paruh baya yang mengenakan baju koko lengkap dengan kopeah dan sorban yang gantungkan di lehernya. Ulama tersebut mengingatkannya akan sosok ustadz Harun. Orang yang pernah menjadi bagian hidupnya. Walau pun dia hanya sempat bersama selama tiga tahun lamanya. Namun sosok kharismatik itu memberikan kesan mendalam padanya.
Ustadz Harun atau yang biasa dipanggil Nick dengan sebutan abi adalah sosok yang lembut. Tak pernah sekalipun pria itu mendengarnya berkata dengan nada keras. Hal itu menurun pada Farid, anak satu-satunya pemuka agama yang terkenal pada masanya. Itulah kenapa Nick sangat menghormati dan menyayangi Farid. Sayang jarak dan waktu telah memisahkan mereka.
Salah satu anak buah Nick mendekat lalu melaporkan kalau semua sudah sesuai keinginan klien dan tak ada yang perlu ditambah lagi. Setelah mendapatkan laporan, Nick keluar dari ballroom. Pria itu kembali ke ruangannya. Ranti segera mengikuti Nick masuk ke dalam ruangan begitu atasannya itu sampai.
“Siang ini bapak mau makan apa?”
“Nanti saja, saya belum lapar.”
“Mau saya bawakan camilan mungkin?”
“Ngga usah.”
“Baik pak.”
Ranti keluar dengan perasaan kecewa. Upayanya mendekati Nick akhir-akhir ini sia-sia belaka. Lelaki itu seperti dinding kokoh yang tidak bisa bolong sekuat apapun dia berusaha membuat celah. Nick sendiri bukan tidak tahu maksud dari Ranti. Itulah yang membuatnya menjaga jarak. Bahkan dia berencana untuk mengganti sekretaris karena tak nyaman dengan sikap gadis itu.
Nick mengambil ponselnya. Dilihatnya beberapa foto dirinya bersama Iza waktu di Bandung beberapa hari yang lalu. Senyumnya mengembang melihat wajah cantik gadis yang dicintainya. Ibu jarinya mengusap wajah Iza yang tengah tersenyum. Dia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada gadisnya.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Lagi apa?
From My Zi❤️❤️❤️ :
Baru pulang abis daftar wisuda.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Kapan wisudanya?
From My Zi❤️❤️❤️ :
Bulan depan.
To My Zi❤️❤️❤️ :
Aku boleh datang nanti?
From My Zi❤️❤️❤️ :
Boleh, tapi tunggu di luar😁
To My Zi❤️❤️❤️ :
Ngga masalah. Biar hujan badai juga aku akan tetap datang.
From My Zi❤️❤️❤️ :
Lebay.. dasar tukang gombal.
To My Zi :
😂😂😂
Aku kerja lagi ya. Bye Hon..
Nick menunggu beberapa saat, namun Iza tak membalas pesannya lagi. Pria itu hanya tersenyum, dia sudah paham bagaimana sosok Iza. Gadis itu tidak akan pernah membalas pesannya jika berbau kata cinta atau ungkapan sayang. Tapi Nick dapat membayangkan kalau saat ini wajah gadis kesayangannya itu tengah bersemu merah.
🍂🍂🍂
Honda CRV Nick berhenti di dekat pintu masuk sebuah taman. Kepenatannya bekerja membuatnya ingin menghirup udara segar. Sejatinya Sabtu ini Nick libur namun karena ada pekerjaan mendadak, dia harus masuk setengah hari. Nick memilih duduk di depan taman, di dekat penjual cilok yang tengah mangkal di sana. Iseng, dia mendekati penjual cilok tersebut.
“Pak, itu cilok ya?”
“Iya mas. Mau beli?”
“Boleh deh. Satu porsinya berapa?”
“Lima ribu.”
“Ya udah satu porsi aja.”
“Mau bumbu apa mas? Pakai bumbu kacang atau saos kecap?”
“Hmm.. bumbu kacang aja deh.”
Pria penjual cilok itu mengangguk lalu mulai membuatkan pesanan ciloknya. Nick duduk di bangku kayu panjang yang disediakan oleh penjual. Tak lama cilok siap, diambilnya piring berisi cilok. Sang pedagang duduk di samping Nick.
“Udah lama pak mangkal di sini?”
“Lumayan mas, sudah setahun.”
“Penghasilan sehari berapa pak?”
“Ngga tentu mas. kadang dapet seratus ribu, kadang cuma setenganya. Malah pernah saya cuma dapet dua puluh ribu.”
“Namanya jualan ya pak.”
“Iya.”
Sayup-sayup terdengar suara adzan ashar. Penjual itu berdiri kemudian menuju gerobaknya. Dari dalam gerobak diambinya sarung juga kopeah. Kemudian dia menghampiri Nick.
“Mas, saya mau shalat dulu. Kalau ngga keberatan, boleh titip gerobak saya sebentar?”
“Silahkan pak.”
Bapak itu menganggukkan kepalanya lalu bergegas masuk ke dalam taman. Dia hendak melaksanakan shalat di mushola yang ada di taman tersebut. Sementara Nick masih menikmati ciloknya dengan tenang. Tiba-tiba ada tiga ABG menghampiri gerobak cilok. Salah seorang di antaranya melihat ke kanan dan kiri, mencari sosok sang penjual.
“Kak, tukang ciloknya kemana ya?”
“Lagi shalat dulu.”
“Yaahh.. kira-kira lama ngga?”
“Ngga tau juga ya.”
Ketiga gadis itu menunggu sebentar. Nick memperhatikan ketiganya yang sepertinya sudah jenuh menunggu. Akhirnya Nick berinisiatif untuk membuatkan pesanan cilok mereka.
“Mau berapa porsi? Saya yang akan buatkan.”
“Beneran kak?”
“Iya.”
“Tiga porsi kak. Yang satu bumbu kacang, yang dua bumbu saos kecap.”
“Makan di sini atau bungkus?”
“Bungkus.”
Nick mengangguk. dia lalu mengambil plastik yang ada di atas gerobak. Dibukanya tutup panci kemudian mulai memasukkan cilok sebanyak lima belas buah ke dalamnya. Diberinya bumbu kacang sesuai permintaan. Berikutnya dia membuatkan pesanan lainnya, cilok dengan bumbu saos kecap.
Tak disangka, pembeli lain mulai berdatangan dan memesan cilok untuk dibawa pulang. Nick cukup kerepotan membuatkan pesanan yang hampir dua puluh bungkus. Tangannya terus bergerak memasukkan cilok dan membungkusnya. Di tengah kesibukannya, ada pembeli yang mencuri kesempatan mengambil gambar dirinya, bahkan ada yang berselfie juga.
Akhirnya semua pesanan selesai. Nick kembali ke tempat duduknya semula. Tak lama sang penjual cilok kembali. Setelah meletakkan sarung dan kopeah ke dalam gerobak, dia duduk di samping Nick.
“Maaf ya mas, agak lama. Tadi saya sambung tadarus dulu sebentar.”
“Ngga apa-apa pak. Oh iya tadi banyak pembeli yang dateng. Maaf ya pak, saya tadi lancang melayani pembeli. Habis sayang kalau mereka pergi. Uangnya saya taruh di laci.”
“Ya ampun mas, makasih loh.”
Bapak itu menuju gerobaknya lalu membuka tutup panci. Ternyata sisa ciloknya tinggal seperempat lagi. Dengan wajah sumringah dia kembali duduk di tempatnya tadi.
“Makasih ya mas.”
“Sama-sama pak.”
“Dagangannya laku banyak ternyata. Ini pasti faktor penjualnya. Pasti mereka penasaran sama rasa cilok yang dijual bule,” Nick tergelak mendengarnya.
“Bapak bisa aja. Emang rasa ciloknya bapak yang juara. Tapi ngomong-ngomong kalau bapak lagi shalat kaya tadi, siapa yang jaga gerobak?”
“Ya tinggal aja mas.”
“Ngga takut uang atau dagangannya diambil orang?”
“Saya sering ngalamin mas. Pernah begitu beres shalat, saya lihat uang dilaci udah hilang. Pernah juga dagangan saya tinggal sedikit tapi uang di laci ngga bertambah. Pernah juga cilok habis, uang juga habis.”
Bapak itu terkekeh mengingat kesialan yang pernah menimpanya. Nick memandang keheranan pada pria tersebut. Bisa-bisanya dia menertawakan kejadian tak menyenangkan itu.
“Harusnya bapak bawa uang yang di laci kalau lagi shalat atau tunda dulu shalatnya sampai ada orang yang bisa dipercaya menjaga gerobak bapak.”
“Mas.. mas.. shalat kok ditunda-tunda. Lah kalau saya tiba-tiba meninggal terus saya belum shalat, gimana? Rejeki itu sudah ada yang ngatur. Saya shalat menjalankan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Saya percaya saja kepada Allah untuk menjaga dagangan saya.”
“Tapi buktinya bapak rugi kan?”
“Iya, saya memang rugi waktu itu. Tapi Allah sudah memberi gantinya untuk saya. Gantinya adalah saya tetap diberi kesehatan, saya bisa terus berjualan mengais rejeki. Pernah juga tiba-tiba saya dapet bantuan dari pengurus RT. Itu rejeki mas, seperti sekarang. Saya diberi rejeki bertemu dengan mas yang mau menjaga gerobak saya dan membuat dagangan saya laku.”
“Ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, percayalah nanti akan ada gantinya untuk kita. Bisa jadi gantinya itu lebih banyak atau sesuatu yang lebih berharga,” sambung pria itu lagi.
Nick terdiam, selama hidupnya dia terus saja merasakan kehilangan. Bryan yang menyayanginya harus kembali ke negara asalnya. Ustadz Harun juga seperti itu, pergi untuk selamanya, kemudian disusul oleh ummi. Terakhir, Farid juga meninggalkan dirinya, mengikuti sang istri untuk tinggal di Kuala Lumpur.
Tapi sampai saat ini Tuhan belum memberikan ganti, sosok yang dia harapkan untuk membimbingnya, menjadi panutannya. Itulah yang membuatnya kecewa sehingga memutuskan untuk tidak mempercayai Tuhan lagi, karena terus membuatnya kehilangan orang yang disayanginya. Sengaja meninggalkan apa yang diperintahkan dan melakukan apa yang dilarang-Nya.
“Pak.. bisa buatkan empat porsi lagi? Dua pakai bumbu kacang, dua pakai saos kecap.”
“Ok mas.”
Bapak itu segera membuatkan pesanan Nick. Tak lama pesanannya jadi, Nick mengeluarkan uang dari dompetnya.
“Ambil aja kembaliannya pak.”
“Loh ini kebanyakan mas. Lagian mas ngga usah bayar, kan tadi sudah bantu saya jagain gerobak,” lelaki itu hendak mengembalikan uang yang diberikan oleh Nick.
“Ambil aja pak. Saya beli loh. Kalau soal saya jaga gerobak, seperti bapak bilang, itu rejeki bapak. Dan ini juga rejeki bapak, jadi jangan ditolak.”
“Ya Allah, alhamdulillah. Makasih ya mas.”
“Sama-sama pak, saya pergi dulu.”
Setelah mengambil plastik berisi cilok, Nick kembali ke mobilnya. Tak lama kendaraannya mulai bergerak. Nick mengambil arah menuju tanah kusir. Dia hendak mengunjungi Iza di rumahnya.
Setengah jam kemudian, Nick sampai di depan rumah Iza. Sebelum turun dari mobil, dia menghubungi gadis itu terlebih dulu. Ketika melihat Iza keluar dari rumah, barulah Nick turun dari mobilnya. Dia memberikan cilok yang dibelinya tadi pada gadis itu.
“Kamu ngapain ke sini?”
“Mau ngasih cilok.”
“Ish.. serius Nick.”
Iza tampak resah. Bukan hanya karena Nick datang mendadak, tapi karena hari yang dipilihnya kurang tepat. Hari ini adalah hari libur abinya. Belum lagi sekarang adalah hari Sabtu. Iza takut sang ayah mencurigai hubungannya dengan Nick.
“Seriusan. Aku tadi ngga ada niat ke sini, ketemu tukang cilok, kebetulan ciloknya enak jadi aku beli buat kamu.”
“Ada abi aku Nick.”
“Ya bagus dong, biar kita saling kenal lebih dekat lagi. Tak kenal maka tak sayang.”
Iza menepuk keningnya kesal, berbicara dengan Nick seperti berbicara dengan tembok saja. Karena pria itu sudah datang, mau tak mau gadis itu mengajak Nick masuk. Mereka memutuskan duduk di teras. Iza masuk ke dalam untuk menaruh cilok dan membuatkan minuman.
Tak lama Iza kembali dengan minuman dingin dan sepiring cilok di tangannya. Ditaruhnya gelas di atas meja lalu duduk di kursi sebelah Nick. Gadis itu mulai memakan cilok yang dibawakan Nick untuknya.
“Hmm.. ciloknya bener-bener enak. Beli di mana?”
“Di taman.”
“Taman mana? Taman di Jakarta kan banyak.”
“Taman deket hotelku.”
Iza manggut-manggut sambil terus memakannya. Sementara dari dalam rumah Rahardi mengawasi anak gadisnya yang tengah berbicara dengan Nick. Bahkan pria itu berusaha mencuri dengar apa yang saja yang mereka bicarakan. Namun Mina datang dan membawanya ke meja makan. Dia menyuguhkan cilok yang dibawa Nick dan juga teh tawar untuk suaminya.
Beberapa saat berselang, terdengar suara adzan maghrib dari masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah Iza. Rahardi segera bersiap untuk menunaikan ibadah shalat maghrib di masjid. Iza juga masuk ke dalam untuk bersiap-siap shalat. Nick masih bertahan duduk di teras. Saat Rahardi melintasinya, pria itu menegurnya.
“Kamu ngga shalat?”
“Silahkan om. Saya di sini saja.”
Rahardi berdehem kemudian bergegas menuju masjid. Iza kembali ke teras lalu meminta Nick masuk ke dalam. Pria masuk lalu duduk di ruang tamu. Iza dan ummi kembali ke kamar masing-masing untuk shalat.
Sepuluh menit kemudian Iza kembali ke ruang tamu. Gadis itu mendudukkan diri di kursi sebelahnya. ummi yang juga sudah selesai shalat menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
“Kamu ngga marah aku ngga ikut shalat?”
“Ngapain harus marah? Shalat itu ibadah yang sifatnya pribadi, aku mau melakukannya karena kamu sudah yakin dan percaya kalau shalat adalah kewajibanmu sebagai muslim. Aku mau kamu shalat karena bukti ketaatanmu pada Allah bukan untuk menyenangkanku. Aku percaya waktu itu akan tiba untukmu.”
“Makasih ya Zi.”
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Rahardi kembali dari masjid. Dia langsung duduk di ruang tamu, bergabung dengan anaknya juga Nick. Perasaan Iza mulai tak tenang. Rahardi memberi isyarat pada Iza untuk ke dapur membantu umminya menyiapkan makan malam. Walau berat, gadis itu menuruti perintah abinya.
“Kamu non muslim?” Rahardi memulai pembicaraan.
“Muslim om.”
“Lalu kenapa tidak shalat?”
“Maaf om, saya memang muslim tapi jujur saya masih belum menjalankan kewajiban saya sebagai muslim.”
“Kamu tahu kalau shalat itu tiang agama. Shalat bisa menjaga kita dari perbuatan keji dan munkar. Bagaimana kamu menjaga dirimu dari perbuatan keji kalau kamu tidak membentengi diri dengan shalat?”
“Tapi di luaran sana, banyak juga orang yang sudah menjalankan kewajibannya untuk shalat tapi tetap melakukan perbuatan ngga benar. Berarti shalat yang dilakukannya tidak bisa menjaga dirinya.”
Rahardi berdehem, tak menyangka lelaki di hadapannya ini mampu membalikkan ucapannya. Bahkan dia berani menatap langsung ke matanya. Hal yang jarang para mahasiswanya lakukan karena terlalu takut dengan aura yang dikeluarkan pria paruh baya ini.
“Jangan salahkan shalatnya. Tapi memang orang itu yang tidak menjalankan shalatnya dengan baik dan benar. Hingga tidak berpengaruh apapun pada kehidupannya.”
“Makanya om, saya ngga mau menjadi orang seperti itu. Saya ingin menjalankan ibadah tidak secara fisik saja tapi didorong dari dalam hati. Saya mau shalat yang lakukan bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban semata namun bisa tercermin dalam sikap dan perbuatan saya.”
“Lalu kapan kamu akan memulainya.”
“Kalau hidayah sudah datang pada saya.”
“Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu.”
“Saya sedang menjemput hidayah saya, lewat anak om.”
PRANG!!
Baik Rahardi maupun Nick terkejut mendengar suara benda terjatuh dari arah ruang makan. Mina bergegas menghampiri Iza yang baru saja memecahkan piring. Dengan cepat wanita itu membereskan pecahan beling di lantai. Sedang Iza masih berdiri diam di tempatnya. Sungguh dia terkejut mendengar ucapan Nick barusan.
“Ada apa ini?” tanya Rahardi yang bergegas menghampiri ke dapur.
“I.. ini abi, aku ngga sengaja jatuhin piring.”
Iza bergegas mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan sisa pecahan beling. Nick yang sedari tadi hanya diam, mulai beranjak dari duduknya lalu mendekati meja makan. Matanya bertabrakan dengan mata Iza.
“Maaf semuanya, saya permisi pulang dulu.”
“Ngga ikut makan malam di sini Nick?”
“Ngga usah ummi, terima kasih.”
Nick meraih tangan Mina lalu mencium punggung tangannya kemudian beralih pada Rahardi. Mina menyenggol lengan suaminya yang masih tak mengulurkan tangannya ke arah Nick. Dengan enggan, pria itu mengulurkan tangannya. Nick mencium punggung tangan bakal calon bapak mertuanya.
Mina memberi isyarat pada Iza untuk mengantar Nick ke depan. Iza dan Nick pun beranjak pergi. Mina segera menarik tangan suaminya yang hendak mengikuti langkah sang putri. Mau tak mau Rahardi tetap diam di tempatnya.
Iza mengantarkan Nick sampai di depan mobilnya. Sebelum masuk ke dalam mobil, pria itu berbalik lalu menatap Iza. Gadis itu dengan cepat menundukkan pandangannya.
“Maaf, kamu pasti terkejut dengan ucapanku tadi.”
“Kamu kok nekad banget sih.”
“Aku ngga mau main kucing-kucingan sama abi kamu, Zi.”
“Ya tapi ngga secepat ini, Nick.”
“Bisa ngga kamu percayakan semua ini padaku Zi? Biarkan aku menaklukkan hati abimu dengan caraku sendiri.”
“Aku cuma takut Nick. Aku takut abi melakukan sesuatu untuk memisahkan kita.”
“Seperti apa?”
“Menjodohkanku mungkin.”
“Maka aku akan mencegahnya dengan sekuat tenaga. Aku harap kamu tidak berpikiran yang macam-macam. Berdoa saja supaya abimu melunak hatinya. Doakan juga aku berhasil mengambil hati abi.”
“Kamu juga berdoa. Kita berdoa dan berusaha bersama.”
“Iya Zi, iya. Aku pulang dulu ya. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Nick masuk ke dalam mobil lalu meluncur pergi. Iza tersenyum mengingat Nick sudah mau mengucapkan kata salam. Hatinya berdoa semoga Allah segera memberikan hidayah untuk pria itu. Tak lupa dia meminta diberi kemudahan untuk bersama dengannya.
🍂🍂🍂
**Kalau ada yg jualan cilok model Nick, tiap hari bakalan bisa cilok😁
Selamat berjuang ya Nick, taklukan hati Abi seperti kamu menaklukkan hati Iza💪**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Nabila hasir
ma syaa Alloh nick suka ma caranya menghadapi abi.dak bertele2. to the poit
2024-06-08
1
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
terkejut berani bnget 🤧 bangunin singa tidur Abi Abi tu harus di taklukan
2024-01-23
1
Febri Nayu
semangat Nick...
2023-12-10
1