Taktik Nick

Sebuah Honda CRV berhenti di depan sebuah cafe. Dari dalamnya turun seorang lelaki mengenakan kaos turtle neck abu dipadu dengan celana chino hitam. Sebuah kacamata hitam bertengger di wajahnya yang membuat ketampanannya semakin bertambah. Dengan langkah santai dia memasuki cafe kemudian menuju meja yang terletak di dekat jendela yang menghadap ke jalan.

“Ck.. kemana dulu sih lo!” sembur seorang pria yang berada di meja tersebut.

Nick membuka kacamatanya lalu menarik kursi di depan Arnav. Sahabatnya itu sudah memasang wajah kesal. Dari waktu yang dijanjikan, Nick terlambat hampir satu jam lamanya. Orang yang membuatnya kesal justru terlihat santai saja.

“Sorry, mendadak ada kerjaan bentar. Lagian lo juga tahu, Jakarta macet jam segini.”

Arnav hanya berdecak sebal. Gara-gara Nick meminta bertemu, dia harus membatalkan kencan satu harinya dengan salah satu SPG di perusahaan tempatnya bekerja. Dia mengambil amplop coklat yang ada di kursi sebelah lalu memberikannya pada Nick.

“Itu semua informasi yang gue tahu soal Azizah.”

Nick menerima amplop tersebut kemudian membukanya. Matanya bergerak membaca beberapa informasi yang ada dalam lembaran kertas yang dipegangnya. Info data pribadi gadis itu, golongan darah sampai informasi kampus dan aktivitasnya di sana tertera dengan jelas.

“Lo beneran mau ngejar tuh cewek?”

“Pake nanya.”

“Bukannya gitu bro. Gue takut aja tar ujung-ujungnya lo patah hati. Bukan sama Azizahnya tapi sama bokapnya. Gue yakin 1000 persen kalau lo tuh bukan tipe yang diinginkan bokapnya buat jadi pendamping anaknya.”

“Itu tantangan buat gue.”

“Cih.. pede gila lo.”

“Harus pede lah. Masa gue harus keok sebelum berjuang.”

Nick mengambil ponselnya kemudian menghubungi seseorang. Walau hanya berbicara singkat, namun Arnav tahu betul siapa yang dihubungi sahabatnya itu. Pria itu menyeruput minuman di depannya.

“Bro.. deketin gue sama asisten lo dong.”

“Ranti?”

“Iya, Ranti. Emang lo punya asisten berapa?”

“Ya kali aja lo mau deketin bi Ijah.”

“Monyet!”

Arnav melempar Nick dengan bungkus rokok kosong. Lelaki itu hanya terkekeh melihat kekesalan sahabatnya. Bi Ijah adalah asisten rumah tangga di apartemen mama Nick.

“Eh tar kalo lo deketin Azizah terus ditanya ama bokapnya, kamu sudah khatam Qur’an berapa kali? Mampus lo! Jangankan Qur’an, iqro aja kaga khatam hahaha...”

“Sembarangan lo! Gini-gini gue bisa ngaji PEA! Lo lupa dulu mommy pernah jadi istrinya almarhum ustadz Harun?”

“Ah elah pan cuma tiga tahun doang kan. Lagian lo masih kecil waktu itu, yakin lo masih inget ama huruf Arab? Gue aja masih suka susah bedain antara jim, ha, kho.”

Arnav tergelak mendengar ucapannya sendiri. Walau pun ayahnya adalah orang Pakistan yang notabene beragama Islam, begitu pula dengan ibunya yang sejak lahir sudah berstatus sebagai muslim, namun mereka kurang memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya, termasuk Arnav.

“Sebelum abi meninggal, abi udah titip pesan sama bang Farid buat ngajarin gue. Semenjak itu bang Farid selalu ngajarin gue. Dia juga yang ngurus gue sunatan dibantu ummi. Ngajarin gue shalat, ngaji sama pelajaran lainnya kaya fiqih juga aqidah.”

“Lah terus kenapa sekarang lo tinggalin?”

“Gue kecewa. Pas gue lagi sayang-sayangnya sama ummi, ternyata ummi juga ninggalin gue. Ummi meninggal karena sakit. Dua tahun habis itu bang Farid pindah ke Malaysia setelah nikah sama orang sana. Gue ngerasa hidup ngga adil aja buat gue.”

Arnav terdiam. Dia yang sudah bersama dengan Nick sejak SMP memang mulai merasakan perubahan pada sahabatnya ketika naik ke kelas sembilan. Nick yang biasanya rajin shalat, tiba-tiba terlihat ogah-ogahan. Bahkan saat di sekolah atas, dia sudah berani mencoba minum minuman keras, mengikuti jejak dirinya juga Denis.

“Ya setidaknya lo masih punya bekal ya buat ngadepin bokapnya Azizah,” Arnav terkekeh.

Seorang wanita berpakaian formal datang membawakan minuman untuk Nick. Dia menaruh gelas di atas meja, kemudian menarik kursi di samping Nick. Arnav memandang malas pada wanita tersebut. Kalau bukan Nick memintanya bertemu di sini mungkin dia tak ingin menjejakkan kakinya lagi di cafe tempat wanita itu bekerja.

“Hai Nick, apa kabar?” tanya wanita itu.

“Baik.”

“Katanya udah kerja di Ambrossia Hill, selamet ya.”

“Thanks.”

“Ngapain lo di sini? Gangguin gue aja sama Nick, sana pergi,” usir Arnav.

“Biasa aja keles, ngga usah ngegas. Gue ke sini mau nyapa Nick doang bukan mau ketemu elo. Pede gila lo.”

Nick berdecak kesal, jika Arnav dengan wanita yang bernama Sevia itu bertemu pasti akan selalu terjadi perdebatan. Saat kuliah Arnav berpacaran dengan Sevia, namun mereka putus karena Arnav ketahuan saat sedang one night stand. Sialnya perempuan yang diajak ONS adalah salah satu teman nongkrong Sevia.

Kesal dengan pengkhianatan Arnav, perempuan itu mengadukan semua kelakuan Arnav pada kedua orang tuanya. Alhasil Arnav dihukum oleh sang papa. Semua fasilitasnya dicabut, selama setahun pria itu tak bisa melakukan hobinya berfoya-foya dan ONS karena tak punya uang. Setelah lulus, baru papanya mengembalikan semua fasilitasnya.

“Ok Nick, gue pergi dulu. Bisa bengek gue kalau lihat tuh orang lama-lama. Bentar lagi si buluk ke sini.”

Sevia bangun dari duduknya kemudian meninggalkan meja Nick tanpa melihat ke arah Arnav. Dengan tatapan sengit Arnav memperhatikan punggung Sevia yang menjauh kemudian menghilang dibalik tembok.

“Lo kenapa sih masih keki aja sama si Via?”

“Terus gue mesti mesra-mesraan gitu? Najis.”

“Kan kalian putus juga salah elo.”

“Emang salah gue, tapi tuh mulutnya ember banget pake ngadu ke bokap gue. Lupa lo gimana sengsaranya gue selama setahun gara-gara dia.”

“Ya harusnya lo bersyukur, karena dia lo hiatus berbuat maksiat hahaha.”

“Dasar kunyuk! Lo sengaja kan ngajak ketemuan di sini?”

“Emang hahaha..”

Arnav mendengus kesal melihat Nick yang tertawa puas karena telah mengerjainya. Disambarnya ponsel, kunci mobil dan juga zippo miliknya dari atas meja. Dia berdiri bersiap untuk pergi.

“Gue cabut, noh si buluk udah dateng. Awas lo, informasi yang gue kasih tadi ngga gratis.”

Arnav segera pergi meninggalkan Nick. Bersamaan dengan itu seorang lelaki muda berambut gondrong, mengenakan kaos dan celana jeans belel mendekati meja Nick lalu duduk berhadapan dengannya.

“Ada perlu apa?” tanyanya basa-basi.

Topan atau yang biasa dipanggil buluk adalah teman kuliah Nick. Lelaki itu tidak menyelesaikan kuliahnya karena terkena DO. Pihak kampus mengeluarkannya karena kehadirannya yang di bawah 30% selama dua tahun kuliah. Saat ini Topan hanya bekerja serabutan saja. Dia selalu diminta Nick atau teman-temannya melakukan pekerjaan lapangan.

Nick mengambil amplop coklat yang tadi diberikan oleh Arnav lalu menyodorkannya pada Topan. Dengan cepat Topan membukanya. Matanya membelalak melihat wajah cantik Azizah dalam bentuk pas foto.

“Buset cantik banget nih cewek.”

“Jangan macem-macem lo! Itu calon cewek gue.”

“Terus gue harus ngapain?”

“Lo ikutin dia, cari tahu apa aja kegiatannya, hobinya, kemana dia suka pergi, siapa temen-temennya. Pokoknya semua tentang dia, lo harus tahu dan laporin ke gue. Termasuk soal bokapnya dia.”

“Lo nyuruh gue jadi stalker?”

“Mau ngga? Banyak nanya,” kesal Nick.

“Okeh. Seperti biasa, DP...”

“Gue transfer sekarang.”

Nick mengambil ponselnya lalu mulai mentransfer sejumlah uang pada temannya itu. Topan bersiul melihat nominal yang dikirimkan Nick cukup besar. Dia menyambar gelas bekas minuman Arnav lalu meneguknya sampai habis, setelah itu mengambil amplop coklat yang tadi diberi oleh Nick.

“Gue cabut.”

Topan bangun kemudian berlalu pergi. Nick mengambil bungkus rokok dari saku celananya lalu menyelipkan sebatang rokok di sela bibirnya. Tak lama kepulan asap sudah memenuhi udara di sekitarnya.

☘️☘️☘️

Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya ketika Nick baru saja selesai mandi. Disambarnya ponsel yang ada di atas ranjang. Topan mengirimkan pesan pada Nick berisikan gambar Azizah tengah berada di sebuah toko buku. Kemudian pesan lain masuk yang berisikan lokasi tempat di mana gadis pujaannya berada.

Dengan cepat Nick berpakaian. Disisirnya asal rambutnya yang masih basah kemudian menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Nick mengambil dompet, ponsel juga kunci mobil kemudian bergegas keluar dari kamar. Dengan langkah cepat Nick berjalan keluar hotel melalui pintu khusus karyawan. Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menundukkan kepalanya tanda hormat.

Nick mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Di hari Minggu seperti ini, lalu lintas kota Jakarta tidak sepadat biasanya. Dengan cepat Nick sampai ke tempat tujuan. Setelah memarkirkan kendaraannya, pria itu bergegas memasuki gedung toko buku terkenal seantero Indonesia lalu naik ke lantai dua.

Mata Nick berkeliling begitu sampai di lantai tempat Azizah diyakini berada. Dengan langkah panjang dia menyusuri deretan rak. Kemudian matanya menangkap sosok yang dicarinya tengah berusaha menggapai buku yang letaknya cukup tinggi. Dengan cepat Nick mendekat.

Iza berjinjit seraya menjulurkan tangannya, berusaha menggapai buku yang letaknya jauh di atasnya. Tiba-tiba sebuah tangan mengambil buku tersebut lalu memberikan padanya. Gadis itu menoleh dan terkejut melihat orang yang telah membantunya adalah Nick.

“Ini,” Nick menyodorkan bukunya pada Iza.

“Makasih.”

“Ketemu lagi kita.”

“Iya.”

“Mungkin jodoh.”

Iza menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya begitu mendengar ucapan pria itu. Nick tersenyum kecil, tingkah Iza semakin membuat dirinya gemas saja.

“Sudah selesai atau mau keliling cari buku lain?”

“Udah beres. Aku lagi nunggu teman dulu, kita mau bahas skripsi bareng.”

“Aku temenin boleh? Sampai teman kamu datang.”

“Hmm.. boleh kalau ngga keberatan.”

“Bolehlah. Kamu kan enteng ngga berat.”

“Apa sih.”

Iza tersenyum simpul mendengar ocehan garing Nick tapi terasa manis di telinganya. Dia berjalan menuju meja kasir untuk membayar buku yang dipilihnya. Nick bergegas mengeluarkan dompet lalu mendahului Iza membayar bukunya. Gadis itu menoleh ke arah Nick.

“Aku aja yang bayarin. Anggap aja ini kado perkenalan kita.”

“Ehem..”

Iza berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupannya. Setelah membayar, gadis itu masih ingin berkeliling sambil menunggu Meta sampai. Kali ini dia menuju rak buku yang memajang karya novel. Nick yang berjalan di belakangnya, mengambil ponsel lalu mengirimkan pesan pada Topan.

To Buluk :

Lo tahu siapa teman Iza yang sering bareng sama dia?

From Buluk :

Tahu, namanya Meta.

To Buluk :

Gimana caranya lo harus cegah si Meta sampe ke toko buku ini. Kalau bisa bikin dia batalin janji. Nanti gue tambahin bayarannya.

From Buluk :

86

Nick memasukkan ponsel ke saku celananya kemudian berjalan mendekati Iza yang tengah asik melihat-lihat novel keluaran terbaru. Tangannya meraih sebuah novel karya sastrawan luar negeri. Dari covernya terlihat kalau novel tersebut bukan termasuk genre romantis.

“Kamu suka novel misteri ya?”

“Iya. Asik aja, jadinya kebawa alur ikutan nebak-nebak. Engg.. ka..mu eh aku enaknya manggil apa ya?”

“Panggil Nick aja.”

“Tapi kan kamu lebih tua, ngga sopan aja kalau langsung panggil nama.”

“Aku bukan orang yang ribet dengan senioritas seperti itu. Just call me Nick (panggil aja Nick), biar lebih akrab.”

“Ok deh, Nick.”

Iza tersenyum pada Nick. Untuk sesaat pria itu membeku melihat senyum manis Iza yang begitu manis. Manisnya alami tanpa pemanis buatan. Nick meraih sebuah novel baru dengan genre misteri lalu memberikannya pada Iza. Keduanya membicarakan novel tersebut yang kebetulan telah dibaca oleh Nick.

Sementara itu, Topan berjaga di dekat toko buku. Matanya memindai satu per satu orang yang memasuki gedung berlantai empat tersebut. Kemudian dia melihat seorang gadis mengenakan gamis dan hijab panjang berjalan menuju toko buku. Topan membuang rokoknya kemudian berjalan mendekat.

Topan memberi isyarat pada salah seorang temannya yang ikut bersamanya. Dengan cepat lelaki berkepala plontos itu mendekat ke arah Meta kemudian menyambar tas gadis itu lalu berlari secepat kilat. Meta yang terkejut terdiam beberapa saat baru kemudian berteriak.

“Copet!! Copet!!”

“Mana copetnya mba?” tanya Topan.

“Itu ke sana.”

Topan segera berlari mengejar, diikuti oleh Meta dari belakang. Teman Topan yang mengambil tas Meta terus berlari masuk ke dalam gang. Dia terus memancing Meta menjauh dari lokasi toko buku. Di sebuah tempat yang sepi dia mengeluarkan dompet Meta lalu mengambil uang di dalamnya. Dimasukkan kembali dompet ke dalam tas kemudian membuangnya asal. Lelaki itu kemudian masuk ke salah satu bangunan kosong di sana untuk bersembunyi.

Tak lama Topan dan Meta serta beberapa orang yang bantu mengejar sampai di tempat pencopet palsu itu membuang tas Meta. Topan mengambil tas yang teronggok di dekat tumpukan bata lalu memberikannya pada Meta.

“Ini tas kamu?”

“Iya bang.”

Meta mengambil tas dari tangan Topan. Dia langsung memeriksa isi tasnya. Ponsel dan dompet masih ada di dalamnya. Namun tubuh Meta lemas begitu tahu semua uang di dompetnya raib.

“Ada yang hilang?”

“Uangku di dompet hilang semua.”

“Waduh. Terus gimana? Mau aku antar pulang?”

“Hmm.. ngga tahu bang.”

Tubuh Meta lemas, sudah capek mengejar copet, semua uang di dompetnya hilang. Untuk sesaat gadis itu tak mampu berpikir dengan jernih. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan cepat gadis itu menjawab panggilannya.

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam. Met.. kamu di mana?”

“Oh aku...” Meta memandang berkeliling tapi tak tahu posisinya ada di mana.

“Kamu jadi ke sini ngga?”

“Maaf Zi. Aku habis kecopetan. Aku mau pulang aja, maaf ya.”

“Innalillahi.. ya udah kamu pulang aja. Tapi kamu punya ongkos pulang ngga?”

“Aku tinggal naik taksi, nanti bayarnya di rumah aja.”

“Ya udah, hati-hati. Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Meta memasukkan ponsel ke tasnya kemudian meminta Topan mengantarkannya ke tempat di mana dirinya bisa mendapatkan taksi. Pria itu kemudian memandu Meta keluar dari gang.

🍂🍂🍂

Iza terdiam setelah menghubungi sang sahabat. Melihat gadis di sebelahnya melamun, Nick tersenyum tipis. Sepertinya Topan sudah berhasil mencegah teman Iza datang ke sini.

“Kenapa?”

“Oh.. ehmm.. temenku ngga jadi datang. Katanya kecopetan.”

“Kecopetan di mana?”

“Ngga tau.”

“Terus sekarang gimana?”

“Aku sebeneranya ada yang mau didiskusiin sama dia soal skripsi, tapi dianya ngga jadi dateng.”

“Gimana kalau aku bantu. Kamu kuliah jurusan komunikasi kan? Kebetulan aku juga ambil komunikasi.”

“Tahu dari mana?”

“Itu.. dari buku yang kamu beli tadi.”

“Oh..”

“Gimana? Aku jamin bisa jadi pembimbing yang baik buat kamu.”

“Ng... boleh deh.”

Nick bersorak dalam hati, tak sia-sia dirinya menyewa jasa Topan kalau hasilnya memuaskan seperti ini. Dia mengajak Iza menuju cafe tempat Sevia bekerja. Selain makanannya enak, tempat itu juga memiliki fasilitas ruang terbuka private di bagian atasnya. Nick membukakan pintu untuk Iza lalu dirinya masuk lewat pintu sebelah. Tak lama kendaraan roda empatnya sudah bergulir membelah jalanan ibu kota.

🍂🍂🍂

Nick gercep juga. Hebat pendekatannya penuh trik. Jempol buat Topan deh, ada aja akal bulusnya.

Terpopuler

Comments

Nabila hasir

Nabila hasir

keren authornya ada aja akalnya dan triknya nick

2024-06-07

1

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

jempol buat author ae

2024-01-21

1

Febri Nayu

Febri Nayu

topan tak Sewo dinggo antek² ku iso ndane kak icha ?

2023-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Nick
2 Anak Selingkuhan
3 Tentang Bryan
4 Pertengkaran
5 Azizah
6 Lirikan Pertama
7 Bertemu Lagi
8 Masa Lalu vs Masa Depan
9 Taktik Nick
10 To The Point
11 Ta'aruf
12 Nick and The Ganks
13 Kesempatan
14 Sarung Khan
15 Mantan
16 Kekasih Gelap
17 Bertemu Calon Papa Mertua
18 Cilok
19 Cemburu
20 Memantaskan Diri
21 Sansan
22 Iqro
23 Honestly
24 Perjodohan
25 Sikap Maira
26 Perselisihan
27 Berdamai
28 Kang Gombal
29 Test Drive
30 Goodbye
31 Nikahi Aku
32 Gelas Pecah
33 Denis Sakit
34 Bersaing Dengan Sehat
35 Serangan Balik
36 Tiga Kata Ajaib
37 Fahrul vs Denis
38 Ayura
39 Hantu Valak
40 Chaos
41 Escape
42 Diah vs Rahardi
43 Kembali Berjuang
44 Awal Baru
45 Solidarity
46 Dalang Sebenarnya
47 The Power of Mommy
48 Rencana Fahrul
49 Berusaha & Berdoa
50 I Need a Hug
51 Rencana Terakhir
52 Malam Pertama
53 Restu
54 Cucu yang Hilang
55 We Are Married
56 Kesepakatan
57 Re-agreement
58 Positif
59 Turning Point
60 Perubahan Iza
61 Masa Tenang
62 Tentang Ayura
63 Terluka
64 Selembar Kertas Putih
65 Menjelang Badai
66 Terpisah
67 Encounter
68 Cinta Lama Belum Kelar
69 Crash
70 Masa Kritis
71 Kenyataan Pahit
72 Separated
73 Biar Takdir Bicara
74 Moment of Truth
75 Dissapeared
76 Stranded
77 Let's Get Married
78 Rahasia Sansan
79 SAH
80 Amarah Abe
81 Bad Situation
82 Left The Pass Behind
83 Sudah Tak Sejalan
84 Meta vs Ridho
85 Lamaran
86 Membentuk Ingatan Baru
87 Pria Misterius
88 Miss So Badly
89 Pengantin Baru
90 Manipulasi Ingatan
91 Feeling
92 Siapa Kamu???
93 Suamiku Masih Hidup
94 Eduardo Palermo
95 Rewind
96 Hubungan Halal
97 Melepas Kerinduan
98 Pertemuan
99 Keegoisan Ayah Mertua
100 Operasi Iza
101 Cahaya Kebahagiaan
102 Papai Edo
103 Pasangan Move On
104 Cemburu
105 Kenangan Pahit
106 Happy Moments
107 Romansa Pasangan Halal
108 Lampu Hijau
109 Happiness
110 Pesta Resepsi
111 Seperti ABG
112 Happy Ending
113 Pasangan Baru
114 Ingatan yang Kembali
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Nick
2
Anak Selingkuhan
3
Tentang Bryan
4
Pertengkaran
5
Azizah
6
Lirikan Pertama
7
Bertemu Lagi
8
Masa Lalu vs Masa Depan
9
Taktik Nick
10
To The Point
11
Ta'aruf
12
Nick and The Ganks
13
Kesempatan
14
Sarung Khan
15
Mantan
16
Kekasih Gelap
17
Bertemu Calon Papa Mertua
18
Cilok
19
Cemburu
20
Memantaskan Diri
21
Sansan
22
Iqro
23
Honestly
24
Perjodohan
25
Sikap Maira
26
Perselisihan
27
Berdamai
28
Kang Gombal
29
Test Drive
30
Goodbye
31
Nikahi Aku
32
Gelas Pecah
33
Denis Sakit
34
Bersaing Dengan Sehat
35
Serangan Balik
36
Tiga Kata Ajaib
37
Fahrul vs Denis
38
Ayura
39
Hantu Valak
40
Chaos
41
Escape
42
Diah vs Rahardi
43
Kembali Berjuang
44
Awal Baru
45
Solidarity
46
Dalang Sebenarnya
47
The Power of Mommy
48
Rencana Fahrul
49
Berusaha & Berdoa
50
I Need a Hug
51
Rencana Terakhir
52
Malam Pertama
53
Restu
54
Cucu yang Hilang
55
We Are Married
56
Kesepakatan
57
Re-agreement
58
Positif
59
Turning Point
60
Perubahan Iza
61
Masa Tenang
62
Tentang Ayura
63
Terluka
64
Selembar Kertas Putih
65
Menjelang Badai
66
Terpisah
67
Encounter
68
Cinta Lama Belum Kelar
69
Crash
70
Masa Kritis
71
Kenyataan Pahit
72
Separated
73
Biar Takdir Bicara
74
Moment of Truth
75
Dissapeared
76
Stranded
77
Let's Get Married
78
Rahasia Sansan
79
SAH
80
Amarah Abe
81
Bad Situation
82
Left The Pass Behind
83
Sudah Tak Sejalan
84
Meta vs Ridho
85
Lamaran
86
Membentuk Ingatan Baru
87
Pria Misterius
88
Miss So Badly
89
Pengantin Baru
90
Manipulasi Ingatan
91
Feeling
92
Siapa Kamu???
93
Suamiku Masih Hidup
94
Eduardo Palermo
95
Rewind
96
Hubungan Halal
97
Melepas Kerinduan
98
Pertemuan
99
Keegoisan Ayah Mertua
100
Operasi Iza
101
Cahaya Kebahagiaan
102
Papai Edo
103
Pasangan Move On
104
Cemburu
105
Kenangan Pahit
106
Happy Moments
107
Romansa Pasangan Halal
108
Lampu Hijau
109
Happiness
110
Pesta Resepsi
111
Seperti ABG
112
Happy Ending
113
Pasangan Baru
114
Ingatan yang Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!