Seperti biasanya, di hari Minggu pemerintah kota Bandung senantiasa menggelar acara car free day di beberapa tempat. Salah satunya di jalan Ir. H. Juanda atau yang biasa dikenal dengan sebutan Dago. Kata dago berasal dari orang-orang terdahulu yang terbiasa menunggu teman-temannya saat akan melintasi daerah ini. Dulu daerah Dago adalah kawasan hutan lebat yang dipenuhi binatang buas. Maka setiap yang akan melewati hutan tersebut harus menunggu yang lain karena tak berani berjalan sendiri. Dari situlah istilah dago muncul, singkatan dari kata padago-dago (saling menunggu).
Nick mengajak Iza, Meta juga Rivan berjalan-jalan di car free day. Sedang ketiga temannya yang lain masih asik terlelap di bawah selimut. Keempatnya memilih berjalan kaki menuju area car free day karena letak hotel yang mereka tempati tidak terlalu jauh dari sana.
Car free day yang mengambil tempat mulai dari lampu merah dekat jembatan Cikapayang sampai lampu merah pasar Simpang sudah dipenuhi oleh pengunjung. Selain lalu lalang orang yang berjalan-jalan. Sepanjang jalan juga dipenuhi pedagang yang menjajakan dagangannya. Mulai dari kuliner sampai pakaian dan alat elektronik ada di sana. Ditambah dengan adanya hiburan seperti pertunjukkan musik, acara senam bersama atau atraksi seni lainnnya yang semakin menambah marak suasana.
Rivan dengan setia menemani Meta dan sesekali menjadi juru foto gadis itu. Mereka sengaja memisahkan diri dari Nick juga Iza. Seandainya Arnav tahu, mungkin pria itu akan segera loncat dari ranjangnya dan langsung berlari menuju area car free day layaknya The Flash. Sayang, pria itu masih asik memeluk gulingnya.
Nick mengajak Iza duduk di trotoar setelah membeli kebab untuk mengisi perut mereka. Sambil memakan jajanan khas Turki tersebut, keduanya asik memperhatikan lalu lalang orang yang berjalan kaki, menggunakan sepeda atau bermain skateboard. Dari mulai anak kecil sampai yang tua membaur menjadi satu.
Mata Iza memandangi sepasang suami istri yang tengah berjalan berdua. Tangan sang suami mendorong troli bayi. Terlihat tawa bahagia mereka ketika sedang berbicara. Nick mengikuti arah pandang gadis itu.
“Pengen ya kaya gitu?”
“Lihatnya tuh adem banget.”
“Sabar ya. Nanti kalau abi udah kasih restu, aku bakal langsung lamar kamu.”
“Ish.. apa sih.”
Nick tertawa kecil. Seperti biasa wajah Iza akan merona sehabis digoda seperti itu. Sebenarnya memiliki keluarga kecil yang bahagia bukan hanya impian Iza, namun juga impiannya. Sejak kecil Nick selalu berharap memiliki keluarga yang utuh, memiliki dua orang tua yang begitu menyayanginya. Sayang, semua hanya impian belaka karena takdir berkata lain padanya.
“Zi.. laki-laki yang ada di foto keluarga kamu itu kakak kamu?”
“Iya, namanya bang Ridho. Sekarang abang lagi di Kairo. Selain lagi beresin kuliah S3-nya, abang juga kerja di sana.”
“Kakakmu kerja apa?”
“Sama seperti abi, dosen.”
“Kamu dekat sama bang Ridho?”
“Banget. Makanya aku sedih waktu abang mutusin terima kerjaan di sana sambil lanjut S3-nya.”
“Udah nikah?”
“Bang Ridho? Belumlah. Siapa juga yang mau sama laki-laki jutek kaya dia. Kalau ngomong ngga ada manis-manisnya. Kalau ngelihat orang juga datar aja ngga ada ekspresinya. Aku kadang takut abang bakal jadi perjaka tua,” Iza terkikik geli.
“Kalau sama kamu jutek juga?”
“Ngga. Abang baik banget kalau ke aku sama ummi. Dia yang sering belain aku kalau abi marah karena aku ngelanggar larangannya.”
Iza termenung sebentar mengingat sosok sang kakak yang kini berada jauh darinya. Semenjak Ridho pergi, Rahardi semakin ketat saja mengawasi dirinya. Kadang Iza tak bisa bernafas dengan segala aturan yang dibuat oleh sang ayah.
“Abi kamu kan otoriter tapi kenapa kamu belum berhijab?”
“Udah sering abi nyuruh aku, tapi jujur aku sendiri belum siap. Sebenarnya aku juga bingung, apa benar aku belum siap atau ini salah satu caraku memberontak pada abi. Ummi dan bang Ridho ngga mau memaksaku. Mungkin mereka tahu kalau begitu banyak yang abi tuntut dariku.”
Nick temenung, kehidupannya dengan Iza sungguh bertolak belakang. Kehidupan Iza yang sempurna memiliki dua orang tua namun harus tertekan karena sikap posesif dan juga otoriter sang ayah. Sedang dirinya begitu merindukan sosok ayah yang bisa dijadikan panutan dalam hidupnya.
“Kalau kamu sendiri punya kakak?” pertanyaan Iza membuyarkan lamunan Nick.
“Ngga. Aku anak tunggal.”
“Cerita dong soal keluargamu. Kan aku udah.”
“Apa yang mau diceritain? Ngga ada yang menarik soal keluargaku. Aku dibesarkan oleh seorang single parent. Cuma mommy keluarga yang kumiliki. Sebenarnya aku masih punya kakek nenek dari mommy tapi aku jarang ketemu juga sama mereka.”
“Kenapa?”
“Ngga tahu juga. Mungkin karena mommy ngga pernah bawa aku ketemu mereka. Setahuku mereka mengusir mommy waktu menikah dengan daddy. Mereka kecewa karena mommy berpindah keyakinan saat menikah dengan daddy.”
“Maksudmu, mommy seorang mualaf?”
“Bukan.. kebalikannya, mommy murtad.”
Mulut Iza membulat mendengarnya. Namun seketika keningnya berkerut saat mengingat ucapan Nick dulu yang mengatakan kalau dirinya Islam KTP. Nick tersenyum tipis melihat kebingungan di wajah gadis itu.
“Mau mendengar ceritaku?”
“Kalau kamu mau cerita, aku akan mendengarkan.”
Nick menarik nafas panjang, berusaha memenuhi rongga paru-parunya yang tiba-tiba saja terasa kosong. Cepat atau lambat, dia memang harus menceritakan semuanya pada Iza. Seperti komitmennya sejak awal, tak ingin ada yang ditutupi saat dirinya mulai menjalin hubungan dengan gadis itu.
“Aku punya seorang mommy dan tiga orang ayah. Yang pertama ayah biologisku yang sampai saat ini aku ngga tahu seperti apa wajahnya. Mommy cuma bilang kalau dulu pernah menikahi sirri dengan pria berkebangsaan Brasil. Tapi pernikahan berakhir begitu laki-laki itu pulang ke negara asalnya, di saat yang sama mommy sedang hamil.
Ayah keduaku yang biasa kupanggil daddy. Dia orang Amerika, mommy menikah dengannya di kantor catatan sipil saja dan mommy mengikuti keyakinannya saat itu. Begitu kontrak kerjanya berakhir daddy harus kembali ke Chicago. Daddy mengajak mommy tapi mommy menolak dan memilih bercerai darinya.
Ayah ketigaku adalah almarhum abi, ustadz Harun. Mommy menikah sirri dengan abi dan kembali menjadi muslim. Tapi pernikahan mereka ngga bertahan lama karena abi meninggal dalam kecelakaan. Ummi, istri pertama abi dan juga bang Farid, anaknya masih bersikap baik pada kami. Bang Farid mengajarkanku ilmu agama juga mengaji. Tapi setelah ummi meninggal, bang Farid pindah ke Malaysia setelah menikah dengan perempuan sana.”
Iza sungguh tak menyangka kisah keluarga Nick cukup rumit juga. Dalam hatinya dia mengagumi sosok mama Nick yang bisa membesarkan anaknya seorang diri. Nick, pria yang memiliki kepercayaan diri, sempurna secara fisik, pintar dan enak diajak bicara ternyata tumbuh tanpa figur seorang ayah.
“Apa lagi yang kamu mau tahu? Aku akan jawab semuanya.”
“Apa olahraga kesukaanmu?”
“Banyak. Basket, renang, wall climbing.”
“Wall climbing?” mata Iza nampak berbinar.
“Iya. Kamu juga suka wall climbing?”
“Belum pernah nyoba. Tapi suka aja lihat orang yang wall climbing.”
“Kenapa ngga pernah nyoba? Bukannya kamu ngga takut ketinggian ya.”
“Ngga boleh sama abi.”
Wajah Iza kembali muram. Abi memang membatasi ruang geraknya. Mengatur apa yang boleh dan tidak dilakukannya. Memilihkan siapa yang bisa dan tidak menjadi temannya. Memantau apa saja yang disukai gadis itu. Jika tidak sesuai dengan kriterianya maka dia harus menghentikannya.
Rahardi lebih menyukai Iza mengikuti kegiatan seperti kajian Islam, forum debat atau kegiatan amal. Bagi pria itu, melakukan kegiatan menyalurkan hobi seperti olahraga atau musik bukanlah sesuatu yang penting. Lebih baik Iza belajar masak di rumah dari pada mengikuti olahraga wall climbing yang peminatnya lebih didominasi kaum adam.
“Kapan-kapan kita wall climbing. Aku yang ajarin.”
“Bener?”
“Iya.”
Wajah Iza terlihat sumringah. Rasanya tak sabar mencoba cabang olahraga yang menurutnya memiliki tantangan tersendiri. Gadis itu bangun dari duduknya kemudian kembali mengajak Nick berkeliling.
“Kamu mau bawa oleh-oleh apa buat ummi?”
“Hmm.. apa ya. Oh iya, ummi tuh suka banget sama bolen kartika sari.”
“Ya udah, kita ke bawah lagi kalau gitu. Kamu kuat ngga jalan sampai ke bawah?”
“Kuatlah.”
“Telpon Meta dulu, sekalian ajak mereka. Nanti tinggal suruh Arnav jemput ke kartika sari.”
Iza mengangguk, diambilnya ponsel kemudian segera menghubungi sahabatnya itu. Tak lama Meta dan Rivan bergabung, mereka segera menuju toko kue ternama yang letaknya di dekat lampu merah jembatan cikapayang.
Arnav memandang sebal pada Nick juga Rivan yang tak membangunkannya. Sepertinya dua orang itu sengaja menghalangi upayanya untuk berdekatan dengan Meta.
“Bagus.. giliran butuh gue baru nelpon. Tadi pagi kemana aja lo berdua! Pergi ngga bilang-bilang.”
“Lo kan masih molor, nyuk,” seru Nick.
“Kan bisa bangunin gue, nyet!”
“Udah-udah sesama jenis primata ngga usah debat lagi. Bang.. lo mending beliin oleh-oleh buat orang tuanya kak Meta. Mereka tuh suka banget bolen, terutama bolen durian.”
Tanpa menunggu lama, Arnav langsung melesat ke etalase yang memajang kue oleh-oleh khas Bandung itu. Diambilnya beberapa dus bolen dengan berbagai varian. Dan sesuai petunjuk Rivan, Arnav lebih banyak mengambil dus bolen rasa durian. Usai berburu oleh-oleh, mereka semua kembali ke hotel.
🍂🍂🍂
Sehabis dzuhur rombongan Nick kembali ke Jakarta. Awal perjalanan, lalu lintas masih lancar. Namun begitu keluar dari tol cipularang terjadi sedikit antrian di sana. Arus balik membuat jalanan sedikit macet.
Saat tiba di Jakarta, ketiga rombongan berpisah tujuan. Rivan kembali ke mobil Nick karena harus ikut mengantar Iza pulang ke rumah. Bahkan pemuda itu bertukar tempat dengan Iza. Takut-takut kalau Rahardi menunggu di depan rumah. Arnav tentu saja senang, akhirnya bisa kembali merasakan momen berduaan dengan Meta.
Pukul empat sore, Nick tiba di kediaman Iza. Ketiganya turun dari mobil. Rivan membantu Iza menurunkan oleh-oleh. Awalnya Iza meminta Nick langsung pergi, tapi Nick memaksa untuk mengantarkan gadis itu sampai ke depan orang tuanya.
“Ehem!!”
Nick, Iza juga Rivan terkejut mendengar deheman dari arah belakang. Nampak Rahardi sudah berdiri di belakang mereka. iza mendekat kemudian mencium punggung tangan sang ayah, disusul oleh Rivan dan Nick.
“Ayo masuk!”
Rahardi berjalan mendahului ketiganya masuk ke dalam rumah. Hati Iza ketar-ketir melihat wajah Rahardi yang jauh dari kata ramah. Mereka masuk ke dalam rumah lalu duduk di ruang tamu. Rahardi sudah lebih dulu duduk di sana. matanya menatap tajam pada Nick. Dipandanginya pemuda itu dari atas sampai bawah. Rivan meneguk ludahnya kasar melihat sang paman seperti hendak menerkam Nick saja.
“Kenapa baru pulang? bukankah abi sudah bilang kalau siang harus sudah sampai di rumah!”
“Maaf abi,” jawab Iza.
“Tidak bisa dipercaya! Kamu mengecewakan abi, Zi.”
“Maaf om. Semua salah saya. saya mengajak Iza juga Rivan berkeliling kota Bandung dulu. Jangan salahkan Iza, ini salah saya.”
Rahardi mengalihkan pandangannya pada Nick. Tatapannya penuh intimidasi. Namun Nick tetap bersikap tenang. Dia balas melihat ke arah pria paruh baya itu.
“Siapa namamu?”
“Nick, lengkapnya Nickolas Armando Litrell”
“Kamu sudah bekerja?”
“Sudah om.”
“Di mana?”
“Hotel Ambrossia Hills.”
“Sebagai apa?”
“Manager marketing dan PR.”
Rivan memutar bola matanya melihat pamannya bertanya sudah seperti petugas sensus saja. Di sebelahnya Iza tak berani mengangkat kepalanya. Gadis itu sibuk meremat jari jemarinya. Sungguh Rivan berharap papanya muncul secara tiba-tiba dan menghentikan singa edan di depannya ini.
“Di mana kamu mengenal Iza?”
“Di hotel om. Waktu Iza mengikuti seminar di hotel tempat saya bekerja.”
“Sudah berapa lama kenal Iza?”
“Dua bulan om.”
“Baru dua bulan tapi sudah berani mengajak anak saya keluar kota, luar biasa!”
“Maaf om kalau saya sudah lancang.”
“Di mana kamu tinggal?”
“Saya tinggal bersama mommy saya di apartemen di daerah pondok indah. Tapi akhir-akhir ini saya lebih sering tinggal di hotel. Saya diberi fasilitas kamar di sana.”
“Kalau kamu hanya tingga berdua dengan ibumu, di mana bapakmu?”
“Sudah sore, lebih baik kalian pulang.”
Mina datang dari arah dapur. Dia harus menghentikan suaminya yang mulai bertindak posesif. Wanita itu datang dengan membawa dua gelas minuman dingin lalu memberikannya pada Nick juga Rivan.
“Habiskan minum kalian lalu pulang. Kalian pasti lelah.”
Rivan mengangguk lalu menghabiskan sirup jeruk buatan tantenya. Begitu pula dengan Nick, pria itu paham mengapa Mina melakukan hal tersebut. Setelah menghabiskan minumannya, keduanya pamit pulang. Iza mengantar sampai ke depan mobil. Tak ada kata-kata yang terucap karena Rahardi mengawasi dari belakang.
Setelah mobil yang dikendarai Nick meluncur pergi, Mina meminta anaknya untuk masuk ke dalam. Iza bergegas menuju kamarnya, sebelum Rahardi bertanya lebih lanjut tentang Nick padanya.
“Ummi sengaja kan suruh mereka pulang?”
“Iya. Abi itu keterlaluan, bisa-bisanya abi menginterogasi Nick di saat pertemuan pertama kalian.”
“Itu karena dia sudah membuat Iza melanggar syarat yang sudah abi beri. Seharusnya anak itu pulang siang tadi tapi baru pulang sesore ini.”
“Bi.. Iza itu sudah besar. Dia sudah tahu mana yang baik juga yang buruk. Berilah sedikit kepercayaan padanya. Jangan terlalu mengekangnya seperti ini.”
“Ini semua demi kebaikannya. Lagi pula abi masih belum bisa mempercayai anak itu sepenuhnya. Di luar banyak lelaki brengsek yang mencoba mendekatinya. Salah satunya anak yang bernama Nick itu.”
“Astaghfirullahadzim, istighfar bi. Abi itu sudah suudzon sama orang. Tahu dari mana kalau Nick itu bukan anak baik-baik? Jangan menuduh tanpa alasan kuat. Lagi pula kalau abi belum percaya pada Iza berarti abi juga tidak percaya pada diri sendiri sudah mendidik anakmu dengan baik.”
Mina segera berlalu masuk ke dalam rumah. Perdebatan seperti ini selalu saja terjadi setiap kali suaminya itu sudah mulai mengendalikan kehidupan sang putri secara berlebihan. Rahardi menatap punggung sang istri yang beranjak menjauh. Sambil menggeleng pelan, pria itu masuk ke dalam rumah.
🍂🍂🍂
Gimana Nick kesan pertama ketemu bakal calon mertua😬
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Dinar Ataya
singo edan ngeri ngeri sedap plus bikin tegang
2024-01-24
1
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
singa tu ngeri
2024-01-22
0
Febri Nayu
beh serem oey.. wkwkw
be strong Nick.. gak boleh kalah sama pamer
2023-12-10
1