Iza dan Meta turun dari busway di daerah kuningan. Kemudian keduanya melangkah menuju sebuah mal yang terletak di seberang jalan tempat mereka turun. Iza dan Meta masuk ke dalam gedung mal, semilir sejuk hawa pendingin langsung menyapa kulit mereka, cuaca Jakarta yang terkenal panas seketika surut. Mereka berjalan-jalan mengelilingi deretan tenant, mencari sesuatu yang menarik perhatian mereka.
Rencananya Meta ingin membeli pakaian untuk sidang outlinenya minggu depan. Sesekali mereka berhenti di tenant yang memajangkan pakaian formil dan semi formil. Setelah berkeliling sebentar akhirnya Meta menemukan sebuah tenant yang cocok. Mereka masuk dan Meta mulai memilih-milih pakaian. Begitu pula dengan Iza yang sibuk melihat-lihat isi toko. Beberapa saat kemudian Meta menemukan beberapa pakaian yang dirasa cocok. Dengan segera gadis itu memasuki kamar pas. Tidak lama Meta keluar lagi dan langsung menuju kasir. Dia membeli 2 potong kemeja tangan panjang dan sepasang blazer. Setelah membayar barang belanjaannya, Meta dan Iza pun beranjak pergi.
Sekeluarnya dari mal, Iza dan Meta berjalan menyusuri trotoar, mereka menuju sebuah café yang letaknya tidak jauh dari mal tadi. Setelah melewati beberapa jajar gedung, mereka sampai di sebuah café. Suasana café tidak begitu ramai, hanya baru beberapa kursi saja yang sudah terisi. Café ini dipilih karena selain harganya yang masih terjangkau oleh kocek mahasiswa, café ini juga menyediakan fasilitas hotspot.
Iza dan Meta memilih tempat duduk di bagian dalam, tepatnya di area bebas rokok. Setelah memesan makanan dan minuman, Iza mengeluarkan note booknya dan mulai bersurfing ria mencari data yang dibutuhkan untuk bahan skripsinya. Sedangkan Meta memilih membaca buku yang baru dipinjamnya tadi dari perpustakaan kampus. Dalam hitungan menit keduanya telah larut dalam kegiatannya masing-masing.
Setengah jam kemudian tampak Nick dan Fahrul masuk ke dalam café yang sama. Mereka mengambil tempat duduk tak jauh dari meja Iza dan Meta. Tidak berapa lama mereka duduk, seorang pelayan datang mengantarkan daftar menu. Tanpa melihat lagi keduanya langsung memesan. Mereka telah hafal semua menu yang disediakan, karena café ini sering digunakan Nick dan kawan-kawannya hang out.
"Sebenernya lo ada masalah apa sih?" Nick membuka percakapan.
"Gue dijodohin sama bokap gue," jawab Fahrul pelan.
"Selamat dong bye the way cewe yang dijodohin ke elo masih peraw*n gak?" tanya Nick dengan nada menggoda.
"Ya pastilah, dia itu anaknya temen bokap gue. Bapaknya pengurus pesantren di Bandung, Kyai terpandang di tempatnya. Dari kecil sampe gede tuh anak tinggal di lingkungan pesantren, lulusan sarjana agama pula. Berat kan Nah lo tau sekarang gue gimana. Ngga bakalan cocok ma dia.”
Nick terbahak mendengarnya. Bisa-bisa tukang celup model Fahrul mendapatkan gadis lugu lulusan pesantren pula. Sepertinya ayah Fahrul tidak mengetahui kelakuan bejat anaknya di sini. Kalau tahu, mungkin sudah dibabat habis benda pusaka sahabatnya itu.
"Eh malah ketawa, kasih solusi nyong. Gue ngajak elo ke sini bukan cuma buat cengar-cengir doang,” sewot Fahrul.
"Sabar nyet lo emosi terus, lagi PMS ya? Haha.." Fahrul makin kesal dengan ledekan Nick, mukanya persis seperti benang kusut.
"Gampang aja sih, kalo emang lo mau, ya nikah aja, kalo enggak ya tinggal tolak, susah-susah amat sih. Gitu aja kok repot," Nick menirukan gaya bicara salah satu tokoh di Indonesia.
"Bokap ngancem kalo gue nolak, dia bakal narik semua modalnya dari dealer gue. Bokap gue punya lima puluh persen dari keseluruhan modal, kalo ditarik semua, kacau gue sedangkan gue kan udah punya pilihan sendiri.”
"Maksud lo artis baru itu, siapa namanya?”
"Icha.”
"Bukan.. Re Re siapa gitu.”
"Iya Reisha alias Icha. Icha itu panggilan sayang gue buat dia.”
"Hahaha norak amat sih lo dasar playboy udik.”
"Bodo yang penting gue laku.”
"Uhh sok laku lo. Denger ya kalo lo ngga punya duit ngga bakalan ada cewe yang mau sama lo, apalagi artis. Terus, lo udah berapa kali tidur bareng dia?"
“Ngga penting berapa kali, yang penting peraw*nnya ama gue hehe.."
"Hahaha dasar buaya buntung!”
Suara tawa Nick yang cukup keras membuat Iza yang duduknya tidak jauh dari tempat kedua lelaki itu memalingkan pandangannya ke arah meja mereka. Hanya sekilas saja, setelah itu kembali konsentrasi dengan note booknya.
"Udah deh lupain soal itu, fokus lagi ke masalah gue, jadi solusinya gimana nih?"
"Sebelumnya gue mo tanya dulu, lo serius sama si Icha.. Icha itu?"
"Kalo yang satu ini gue serius man gue cinta mati ama dia."
Nick terdiam sejenak, mencoba untuk berpikir. Fahrul ikut terdiam seraya mengutak-atik ponselnya. Suasana hening sejenak.
"Menurut gue, lo punya tiga opsi buat masalah ini," suara Nick memecah keheningan. Fahrul yang sibuk membalas chat kembali fokus pada Nick.
"Pertama, biar usaha lo aman, nikah sama cewe pilihan bokap lo dan dan tinggalin Reisha. Kedua..."
Ucapan Nick terhenti karena kedatangan pelayan yang mengantarkan pesanan mereka. Setelah semua pesanan telah tertata di meja, pelayan itu pun segera berlalu. Nick menyeruput dulu lemon squashnya sebelum melanjutkan perkataannya.
"Kedua, tolak tawaran bokap lo. Konsekuensinya bokap lo bakal narik modalnya. Solusi gue, lo jual dua dealer yang lo punya, hasilnya buat kembaliin modal lo, dan sisanya buat ngembangin dealer lo yang satu lagi. Zaman sekarang ngga susah kok jual dealer yang pasarnya udah jelas and omset pertahunnya gede, kaya dealer lo. Nah kalo udah begitu, lo bebas mau nikah sama siapa aja.”
Fahrul manggut-manggut mendengar penjelasan dari Nick. Dari empat orang sahabatnya, memang hanya Nick yang selalu memberikan solusi yang rasional. Kalau dia meminta pendapat Abe yang notabene seorang pemberontak, pastilah jawaban yang diberi adalah mengabaikan permintaan ayahnya. Sedangkan Arnav dan Denis lebih tidak bisa diandalkan lagi. Pikiran kedua pria itu hanya berputar pada selang**ngan saja.
"Dan yang ketiga, nikah sama cewe pilihan bokap lo, biar usaha lo tetep aman. Soal Reisha, lo bisa tetep jalan, tapi backstreet. Usaha lo aman, hubungan lo sama Reisha tetep lanjut.”
"Tapi gimana kalo si Icha minta nikah juga?"
"Gampang, lo tinggal nikah sirri aja sama dia. Sekarang kan banyak artis yang mau dinikahin sirri sama bajing*n macem elo,” Nick terkekeh.
"Sialan lo!”
"Tapi untuk yang ketiga ini, lo harus bermain cantik dan hati-hati. Reisha itu artis, kehidupan pribadinya selalu jadi sasaran empuk infotainment, apalagi kalo soal perselingkuhan. Kalo lo pilih cara yang ketiga, gue saranin lo siapin duit yang banyak buat mencukupi semua kebutuhan Reisha, biar mulutnya ngga ember ke infotainment atau orang lain yang seneng liat lo menderita.”
Fahrul terdiam merenungi ucapan Nick. Pilihan ketiga begitu menggoda pikirannya. Ibarat satu kali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sedikit berbahaya tapi hasilnya juga dengan sepadan dengan resikonya. Nick membiarkan Fahrul memikirkan solusi darinya. Dia menikmati makanannya.
"Otak lo bener-bener encer kayanya ngga ada masalah yang gak bisa lo selesein. Gue tertarik sama saran lo yang ketiga, danger sih tapi hasilnya juga sepadan lah."
Fahrul terlihat kembali bersemangat, wajahnya tidak kusut lagi. Dalam hati dia bersyukur mempunyai teman seperti Nick. Tak ada tanggapan dari sahabatnya itu. Pria itu masih asik menikmati makanannya.
"Gue ngiri sama lo. Gue liat hidup lo tuh mulus banget, kaya jalan tol. Tampang ganteng, duit punya, kerjaan ada, apalagi coba? Hidup lo tuh kaya ngga ada masalah atau jangan-jangan lo emang ngga pernah punya masalah ya?"
Fahru terkekeh mendengar ucapannya sendiri yang tak masuk akal. Setiap orang hidup pasti punya masalah. Bahkan yang mati pun masih menghadapi masalah. Mereka harus menghadapi malaikat Munkar dan Nakir untuk menjawab pertanyaan dan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya semasa hidup.
Nick terdiam mendengar perkataan sahabatnya. Ucapan Fahrul mengingatkannya pada peristiwa beberapa hari lalu ketika bertengkar hebat dengan Diah. Nick menghela nafas, tiba-tiba dia kehilangan selera makan. Dia mengakhiri makannya, dan menyandarkan punggungnya di kursi. Fahrul merasa heran dengan perubahan sikap sang sahabat.
"Lo kenapa?"
"Ngga apa-apa, cuma rasa makanannya ngga seperti biasanya, kurang enak. Jangan-jangan kokinya ganti," jawab Nick asal.
Fahrul yang penasaran, mencicipi steak pesanan Nick. Disuapkan sepotong kecil daging ke mulutnya, mengunyahnya sambil mencoba merasakan apa benar yang dikatakan oleh Nick. Tapi tak ada yang salah dengan makanan tersebut. Rasanya masih sama seperti dulu.
"Ah enak kok, lo nya aja kali, udah kebiasaan makan makanan hotel, jadi mulai pilah pilih makanan.”
Fahrul meneruskan makannya. Nick menghembuskan nafas lega, Fahrul tak curiga. Dia tidak ingin Fahrul tahu kalau sedang bermasalah dengan sang mommy. Semua sahabat Nick mengenal Diah dengan baik. bahkan mereka sudah menganggap Diah seperti ibu sendiri. Mereka juga tahu sepak terjang ibunya itu yang menjadi simpanan beberapa lelaki sekaligus. Tapi tak pernah ada cemoohan dari mereka.
Nick mencoba menenangkan perasaannya yang gundah dengan melihat-lihat suasana café. Saat kepalanya menoleh ke sebelah kanan, ke tempat Iza dan Meta duduk, di saat yang bersamaan Iza melihat ke arah Nick. Untuk beberapa saat pandangan mereka saling bertemu dan mengunci. Nick memandang Iza lekat-lekat, dia seperti pernah melihat gadis itu di suatu tempat. Cukup lama Nick berpikir sampai akhirnya menemukan titik terang.
Itukan cewe yang hampir gue tabrak.
Nick terus melihat ke arah Iza, dan entah mengapa ketika mata mereka beradu, Nick merasakan sesuatu yang lain menjalari hatinya, perasaan yang beda, yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
“Zi, menurut kamu teori ini cocok gak buat penelitian aku?"
Suara Meta mengejutkan Iza yang sedang terpaku menatap Nick. Spontan dia menengok ke arah temannya. Meta mengasongkan buku yang dipegangnya pada Iza. Gadis itu membaca tulisan yang tertera di buku, tapi pikirannya masih belum mau pergi dari Nick. Sesekali sudut matanya mencuri pandang pada Nick.
Setali tiga uang, Nick pun segera mengalihkan pandangannya, pura-pura menonton siaran televisi yang terletak tepat di arah depan mejanya, dan sesekali matanya melirik ke arah Iza. Fahrul yang menangkap gelagat aneh Nick, mulai penasaran.
"Lo kenapa sih? Duduknya ngga tenang gitu, emang ada siapa sih?" Fahrul celingukan ke kanan dan kiri.
“Ngga ada apa-apa," Nick mulai serius melihat ke arah layar datar di depannya. Dan tiba-tiba dia melihat berita tentang Reisha di televisi.
"Eh Rul Reisha tuh.”
"Mana?" Fahrul celingukan lagi.
"Bukan di sini, tapi di tv, nyet."
Nick mengarahkan wajah Fahrul ke arah televisi. Keduanya serius menyimak berita tentang Reisha. Program gosip mengabarkan bahwa Reisha Kamil, artis pendatang baru yang tengah naik daun, kini sedang menjalin hubungan asmara dengan lawan mainnya di sinetron kejar tayang, seorang aktor senior yang terkenal sering gonta ganti pacar.
"Cewe kaya gitu yang lo bilang cinta mati lo," ledek Nick.
"Itukan cuma gosip, biasa… buat naikin popularitas sinetron barunya," jawab Fahrul enteng.
"Tapi dia nggak ngebantah soal cinloknya.”
"Itu sengaja lagi gue emang bilang sama dia kalo hubungan kita jangan sampai terekspos di infotainment. Dia gak ngebantah cuma buat nutupin hubungan kita aja.”
"Yakin lo alasannya cuma itu doang? Feeling gue si Reisha itu bukan cewe baik-baik. Gue tuh bajing*n, jadi gue tahu mana cewe yang gampangan dan mana cewe baik-baik," mata Nick melirik ke arah Iza ketika mengucapkan kata-kata terakhir.
“Don't judge a book by it's cover (jangan menilai buku dari sampulnya). Reisha tuh masih polos, umurnya baru 17 tahun, masih anak sekolahan.”
"Nah itu buktinya, lulus SMU juga belom tapi udah ngga peraw*n lagi. Lo inget ngga kapan lo peraw*nin dia? "
"Waktu ultahnya yang ke 16. Makanya gue ngga bisa ninggalin dia. Gue ngerasa bersalah aja karena udah ngerusak dia. Yang brengsek tuh gue, bukan dia," Fahrul terus membela kekasihnya.
"Kalo elo brengsek bin bajing*n gue dah tahu, tapi Reisha kayanya dia ngga sepolos yang lo bilang. Dengan mudahnya dia nyerahin hal berharga dalam hidupnya buat cowo brengsek kaya elo. Apalagi kalian ngelakuinnya bukan sekali dua kali, bahkan everytime you met (setiap kalian bertemu). Buat gue, shes a ***** sorry to say (dia itu kaya pel**ur, maaf aja). Mendingan lo pikir-pikir lagi soal dia. Jangan terlalu merasa bersalah soal udah ngga peraw*nnya dia gara-gara elo. Itu pilihannya sendiri dan kalian ngelakuinnya atas dasar suka sama suka kan? Saran gue sebagai sahabat, jauhin dia, she's not worthed, not even a little bit (dia tidak seberharga itu, ngga sedikit pun).”
Fahrul terdiam mendengar pendapat panjang lebar Nick tentang Reisha. Walau tak suka, dalam hati kecilnya mengakui ada kebenaran dalam ucapan pria itu. Bagaimana pun juga Nick adalah sahabatnya, tidak mungkin akan menjerumuskan dirinya. Apalagi Fahrul sangat paham sepak terjang Nick soal wanita yang belum pernah tidur dengan seorang wanita. Sampai saat ini pun dia belum pernah melihat Nick berkomitmen dengan seorang wanita, itu karena Nick terlalu selektif dalam mencari belahan jiwanya.
🍂🍂🍂
Baru lihat²an dan saling lirikan aja ya..
Kalo di film ada setrumnya gitu kali ya pas saling pandang😂
Visual Azizah alias Iza alias Zi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Febri Nayu
ayok lanjut
2023-12-08
1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
neng Ijah cantik banget 🙂
2023-12-08
1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kalau ketahuan😂😂
2023-12-08
1