"Ehem!! Apa pekerjaannya sudah selesai?" tanya Nick dengan wajah mengeras.
Kedua wanita itu terkejut dengan kedatangan Nick, apalagi ketika mereka melihat pakaian dan name holder yang dikenakan Nick.
"Su.. sudah pak," jawab keduanya gugup.
"Kalau sudah selesai, cepat kembali ke tempat kalian, jangan bergosip di sini, tidak baik kalau dilihat tamu. Dan satu lagi kalian tidak akan pernah naik jabatan kalau kinerja kalian terus seperti ini, mengerti?"
"I..Iya pak mengerti, maaf.”
"Kami permisi dulu pak.”
Kedua wanita itu segera berlalu dengan bergegas, mereka tidak menyangka kalau yang barusan menegur adalah orang yang baru saja dibicarakan. Nick sendiri kembali melanjutkan perjalanannya mengelilingi hotel.
🍂🍂🍂
Mobil Nick melaju dengan kecepatan sedang. Hari ini dia bermaksud menemui mamanya, semenjak bekerja dan diberi fasilitas sebuah kamar di hotel tempatnya bekerja, praktis Nick menghabiskan lebih banyak waktunya di hotel, itu dilakukan agar lebih mudah dalam menjalankan pekerjaannya.
Jalanan tidak terlalu ramai, mungkin karena hari libur, banyak warga Jakarta yang memilih menghabiskan waktu di luar kota. Tiba-tiba ponselnya berdering, sekilas dia melihat ke layar dan tertulis nama Fahrul.
"Hallo bro whats up?"
"Hey sombong amat yang udah kerja. Punya waktu buat ketemu ngga?" terdengar suara Fahrul di seberang sana.
"Sorry sorry maklum, pegawai baru jadi harus rajinlah hmm ketemuan ya kalo lusa gimana pas makan siang?"
"Gak bisa sekarang?"
"Sekarang gue gak bisa, emangnya ada apa sih? Urgent?"
"Banget ini menyangkut masa depan gue bro.”
Karena terlalu berkosentrasi dengan Fahrul, Nick tidak memperhatikan jalan, lampu merah di depannya sudah menyala. Terlihat seorang gadis sedang menyebrang, serta merta Nick mengerem mobilnya. Gadis itu terkejut, dengan reflek dia menggebrak kap mobil Nick dan matanya menatap tajam ke arah Nick. Pria itu yang cukup kaget dengan kejadian ini hanya diam terpaku menatap gadis di depan mobilnya.
"Nick hey bro lo masih di situ kan hallo," suara Fahrul kembali terdengar.
"Eh tar gue telpon lagi."
Nick mematikan ponselnya, segera dia membuka kaca jendela bermaksud untuk meminta maaf pada gadis itu. Tetapi suara klakson dari mobil di belakangnya memaksanya untuk segera melaju. Dari sudut matanya terlihat gadis itu berjalan menyusuri trotoar jalan.
Dua puluh lima menit kemudian Nick sampai di apartemennya. Baru saja dirinya akan membuka pintu, di saat yang bersamaan pintu unitnya terbuka dan terlihat Mr. Smith didampingi Diah.
"Hallo Nick," sapa Mr. Smith sambil tersenyum ke arah Nick, yang hanya dijawab dengan anggukan. Selanjutnya Nick langsung masuk ke dalam. Diah menyerahkan tas kerja pada Mr. Smith, kemudian mereka berciuman sebentar.
"See you next week honey (sampai ketemu minggu depan sayang).”
"Ok.”
Diah melepaskan kepergian Mr. Smith dengan senyum manis. Setelah menutup pintu, dihampirinya Nick yang sedang duduk menonton televisi di ruang tamu. Sebelum duduk dia mencium pipi Nick.
'Kemana aja anak mommy? Kok baru pulang, mentang-mentang punya kerjaan baru, jadi lupa deh sama mommy.”
"Sorry mom kerjaannya banyak banget, apalagi aku orang baru, jadi harus adaptasi dulu.”
Diah tersenyum mendengar jawaban Nick seraya berdiri lalu berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman.
"Barusan aku ngecek rekening dan uang kiriman daddy udah masuk.”
"Baguslah berarti dia masih inget sama kamu," jawab Diah setengah berteriak dari dapur. Nick bangkit dari duduknya dan menghampiri sang mama di dapur.
"Mom, mana foto daddy yang mommy janjiin ke aku."
Diah terkejut mendengar pertanyaan anaknya. Setelah memberikan segelas minuman pada Nick, dia bergegas pergi. Nick segera menyusulnya.
"Mom come on udah berapa kali mommy janji tapi ngga pernah nepatin.”
"Mommy udah ngga punya foto papa kamu, lagian ngapain juga kamu ribut soal dia.”
“Apa salah kalau aku mau tahu orang yang selama ini membiayai hidup aku at least (setidaknya) wajahnya aja.
Diah terdiam, ingatannya melayang pada kejadian 23 tahun yang lalu. Saat pertama dirinya bertemu dengan Bryan, pria yang sangat menyayanginya dirinya, terutama Nick. Laki-laki yang masih dicintainya hingga saat ini.
Flashback On
Diah tengah berbelanja di sebuah swalayan ditemani Nick kecil. Anaknya itu duduk dengan tenang di dalam keranjang sambil memegang mainan, sementara dirinya asik melihat-lihat produk susu bayi. Diah menemukan produk yang dicarinya, rupanya berada di jajaran rak paling atas. Wanita itu tampak kesulitan mengambilnya. Dia menengok kanan dan kiri mencari pelayan yang dapat membantunya, tetapi tidak satu pun terlihat. Diah pun berusaha mengambil dus susu tersebut sambil berjinjit. Tiba-tiba seseorang telah mengambilkan untuknya.
"Here (ini)," ucap lelaki tersebut sambil menyerahkan susu tersebut pada Diah.
"Thank you,” tangan Diah meraih susu dari lelaki tersebut.
"No problem,” jawabnya seraya tersenyum. Lalu pandangannya beralih pada Nick asik duduk di dalam troli.
"Hes a nice boy, whats his name? (anak yang manis, siapa namanya).”
"Nick."
"Hallo Nick how are you?"
Lelaki itu beberapa saat tampak menikmati bermain dengan Nick, dia membiarkan jarinya digenggam oleh tangan kecil bocah berusia satu tahun itu.
"Oh Im sorry, I really like your son. By the way Im Bryan (Maaf, aku sangat menyukai anakmu. Oh iya, namaku Bryan).”
Lelaki yang bernama Bryan itu mengulurkan tangannya pada Diah. Dengan cepat Diah membalas uluran tangannya sambil menyebutkan namanya.
“Diah.. nice to meet you sir (senang bertemu denganmu, tuan...).”
"Please just call me Bryan (tolong, panggil saja Bryan.)”
"Ok Bryan, jawab Diah sambil tersenyum ke arah Bryan.
"Do you mind if I ask you for a cup of coffee maybe (apa kamu keberatan kalau kita minum kopi dulu?)” Diah berpikir sejenak, lalu melihat ke arah Nick yang masih asik memainkan jari Bryan.
"Ok.”
Setelah membayar susu, Bryan mengajak Diah menuju cafe yang ada di seberang swalayan. Diah membiarkan pria itu menggendong Nick. Apalagi anaknya itu terlihat anteng bersama Bryan.
Semenjak saat itu, hubungan Diah dan Bryan terus berjalan. Bryan adalah seorang berkebangsaan Amerika yang baru saja ditugaskan ke Indonesia sebagai konsultan keuangan di salah satu perusahaan joint venture antara Indonesia - Amerika. Dia baru dua bulan tinggal di Jakarta, maka tak heran kalau masih kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Sedangkan Diah yang seorang single parent merasa menemukan seseorang yang dapat menjadi pendamping hidupnya dan menjadi ayah bagi Nick.
Akhirnya Diah dan Bryan menikah di kantor catatan sipil, karena Bryan sudah mempunyai seorang istri di Amerika, maka tidak mungkin baginya menikahi Diah di gereja. Dan Diah, walaupun berasal dari keluarga muslim, namun baginya masalah kepercayaan bukanlah sesuatu yang penting.
Semenjak menikah dengan Bryan, Diah tidak pernah mengunjungi keluarganya lagi, karena mereka menentang keras Diah yang dengan mudahnya berpindah agama dan tidak merestui pernikahan mereka. Sebaliknya, pernikahan Diah dan Bryan berlangsung harmonis. Bryan bukan hanya suami yang bertanggung jawab, tetapi juga sangat menyayangi Diah dan Nick. Sayang, setelah setahun pernikahan, mereka belum juga dikaruniai anak. Belakangan diketahui bahwa rahim Diah mengalami masalah setelah melahirkan Nick, dan sulit baginya untuk mempunyai anak lagi.
Kondisi Diah yang tidak bisa mengandung bukanlah masalah bagi Bryan. Baginya kehadiran Nick sudah cukup. Entah mengapa dia sangat sayang pada anak itu dari semenjak mereka bertemu. Setiap hari Minggu Bryan sering mengajak Nick berjalan-jalan ke taman bermain sepulang dari gereja.
Namun masalah mulai datang ketika kontrak kerja Bryan di Jakarta berakhir. Bryan memutuskan untuk pulang ke Chicago, kembali ke kantor pusat. Malam itu, Bryan mengutarakan niatnya pada Diah.
"Honey theres something I want to talk to you (sayang, ada yang ingin kubicarakan denganmu).”
"What is it?" tanya Diah sambil menyiapkan makan malam.
"My contract is over, so I decide to go back to Chicago Mr. James has a new position for me in there (kontrakku sudah berakhir, jadi aku memutuskan pulang ke Chicago. Tuan James menawarkan posisi baru untukku di sana.)”
Diah terkejut, sejenak menghentikan pekerjaannya lalu melanjutkannya kembali. Setelah itu dia menghampiri Bryan.
"I want you and Nick come with me. I promise you, Ill give you a better life than here. I need you and Nick come with me, please honey (aku mau kamu dan Nick ikut bersamaku. Aku berjanji akan memberikan kehidupan yang lebih baik untukmu dari pada di sini. aku membutuhkanmu dan Nick ikut bersamaku, tolong sayang.”
"How about Angela? Did she know about us? About me and Nick? (bagaimana dengan Angela? Apa dia tahu tentang kami? Tentang aku dan Nick?)” Diah menatap tajam ke arah Bryan.
"No she didn't," jawab Bryan pelan.
Diah menghela nafas kesal. Dia berjalan menuju dapur. Bryan menghampiri lalu memeluknya dari belakang sambil menciumi leher istrinya. Dengan cepat Diah melepaskan diri, lalu berbalik menatap Bryan. Ada sorot ketidaksukaan dan kekecewaan di sana.
"I dont wanna move to Chicago! If you want me and Nick, so you have to stay here (aku tidak mau pindah ke Chicago. Kalau kamu menginginkanku dan Nick, kamu harus tinggal di sini).”
"Come on honey I cant do that. If I stay, how can I earn money for our life. I dont have a job in here anymore. If I dont take the position in Chicago now, Im gonna loose it please understand me (ayolah sayang aku tidak bisa melakukannya. Kalau aku tinggal, bagaimana aku bisa menghasilkan uang untuk kehidupan kita. Aku tidak punya pekerjaan lagi di sini. Kalau aku tidak mengambil pekerjaan di Chicago sekarang, aku akan kehilangannya. Tolong mengertilah).”
Suasana hening sejenak, lalu dari arah kamar terdengar suara tangisan Nick. Buru-buru Diah mendatangi anaknya, menggendongnya dan menenangkannya, tapi Nick tetap menangis. Akhirnya Bryan berinisiatif mengajak Nick bermain di halaman belakang. Untuk sementara pembicaraan mereka terputus.
Malamnya ketika Bryan sedang menidurkan Nick, Diah masuk ke dalam kamar. Pelan-pelan Bryan bangun lalu meletakkan buku cerita di atas nakas.
"He sleep?" pertanyaan Diah hanya dijawab Bryan dengan anggukan.
"Lets talk,” lanjut Diah.
Diah keluar dari kamar. Bryan mencium kening Nick, menyelimutinya, kemudian menutup pintu kamar dengan pelan. Dihampirinya Diah yang menunggunya di kamar tidur. Pria itu duduk di sisi ranjang, berhadapan dengan sang istri.
"Ok Bryan.. Ill go with you (ok Bryan, aku akan pergi denganmu.
Senyum terbit di wajah pria itu. dengan cepat ditariknya Diah ke dalam pelukannya. Bibirnya terus mendaratkan ciuman di puncak kepala sang istri seraya berucap,
"Thank you honey, thank you."
Bryan terus memeluk Diah. Tak dapat dilukiskan bagaimana perasaannya saat ini. Namun tak lama kemudian, Diah mendorong tubuh Bryan dengan pelan. Melepaskan diri dari pelukan pria itu.
"But with one condition (tapi dengan satu syarat), ucap Diah, Bryan diam menunggu kalimat berikutnya.
"You have to leave Angela (kamu harus meninggalkan Angela.)”
🍂🍂🍂
Hai... makasih yang udah mau mampir.. love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
nyimak lagi
2023-12-24
1
Febri Nayu
Diah tak mau dimadu meski dia istri ke dua
2023-12-08
1
Dwi MaRITA
wih.... pesona diah.... hebat... 😩
2023-12-08
1