Penyerangan kediaman keluarga Su telah tersebar di seluruh wilayah kekaisaran Qi, dalam insiden tersebut telah menewaskan 500 orang keluarga Su baik muda atau tua termasuk patriak, istri, tetua Pertama dan tetua Kedua beserta keluarga mereka masing masing.
Seminggu telah berlalu dan sekarang Su Ghi adalah patriak baru keluarga Su sedangkan tetua Pertama adalah Su Nam dan tetua Kedua adalah Su Bo, tetapi orang orang tidak mengetahui kejadian yang sesungguhnya karena semua informasi sudah di tutupioleh keluarga Li dan keluarga Hu sedangkan keluarga kekaisaran yaitu keluarga Qi hanya mengirimkan perwakilan mereka saja dan tentunya sudah ikut mati pada insiden tersebut.
Sebelumnya keberadaan Su Fan tengah di cari oleh Su Ghi dan Kedua tetua yang bersamanya, kebetulan saat itu ada ruangan yang telah hancur dan di bakar oleh pembunuh bayaran dan hasilnya adalah saat puing puing tersebut di bongkar mereka menemukan tulang manusia yang mereka yakini tulang itu adalah tulang dari anak anak.
Jadi mereka mengambambil keseimpulan bahwa tulang yang mereka temukan itu adalah tulang dari mayat Su Fan yang telah hangus terbakar, tentunya mereka menganggap bahwa Su Fan telah mati.
Kesenangan dan kebahagiaan tercipta kepada mereka yang telah sukses menjalankan rencana yang telah lama mereka susun, dalam pikiran mereka hanya satu yaitu mereka akan menjalani kehidupan mereka dengan tentram dan penuh kedamaian menikmati seluruh angan angan mereka.
………………….
Jauh dari keramaian dan kediaman para keluarga bangsawan, tepatnya saat ini disalah satu pinggiran ibu kota kekaisaran atau desa tersebut sering di kenal dengan nama desa Tukaira.
Letak desa Tukaira ini terletak di bagian utara kekaisaran dan berada di luar tembok ibu kota, desa Tukaira juga merupakan desa yang berada di pinggiran gunung Tukendi yang menjulang ke langit dan didalam gunung tersebut sering dijadikan sebagai lahan berburu dan juga tempat mencari tumbuhan herbal.
Walaupun gunung Tukendi tidak berbahaya namun orang orang tidak akan pernah mau memasuki kawasan gunung Tukendi di saat tertentu terlebih untuk orang orang desa Tukaira, mereka mempercayai bahwa hari ke 15 setiap bulannya adalah hari larangan berkunjung ke gunung Tukendi sebab setiap tanggal 15 saatnya bagi penghuni gunung tersebut keluar untuk mencari makan.
Sebenarnya mereka tidak pernah melihat atau berpapasan dengan penghuni gunung Tukendi, tapi karena turun temurun adanya larangan keras maka mereka menganggap sangat mempercayainya bahkan ada beberapa orang dari desa Tukaira akan memberikan persembahan berupa hasil bumi mereka sebelum tanggal 15 atau tepatnya tanggal 14.
Mereka mempercayai bahwa mereka akan mendapatkan berkah yang melimpah dari para dewa jika mereka memberikan persembahan dengan tulus dan itulah yang mereka yakini hingga saat ini, terlepas benar atau tidaknya hanya mereka yang mengetahui dan si penghuni gunung Tukendi tersebut.
…………….
Sudah 3 minggu Su Fan dan Husan tinggal bersama di sebuah gubuk didesa Tukaira, mereka tidak pernah keluar dari gubuk tersebut karena takut akan ada yang mengintai dan keberadaan mereka akan ketahuan.
Sedangkan makanan dan keperluan mereka sehari hari telah tersedia di cincin penyimpanan Husan, walau tidak seberapa banyak tapi dapat bertahan hingga jangka 3 bulan lamanya.
Pagi hari Husan bangun dari tidurnya dan langsung menyiapkan sarapan untuk tuan mudanya, untungnya Su Fan tidak mengeluh dengan makanyan yang seadanya selama tiga minggu ini.
Tidak lama setelahnya dia membangunkan Su Fan untuk sarapan, dengan cepat pula Su Fan bangun dari tidurnya dengan agak malas tentunya karena telah terbiasa dengan kehidupan yang di ruang lingkup keluarga bangsawan.
Santapan pagi diselesaikan dengan cepat dan setelah itu mereka duduk untuk sebentar, Su Fan tiba tiba menangis tanpa suara, hanya terlihat bahwa air mata terjatuh mengalir melalui pipinya yang kecil.
“Tuan muda, hamba meminta maaf dengan kehidupan kita sekarang hingga membuat tuan muda menderita”. Ucap Husan merasa bersalah.
“Tidak apa apa paman, ini bukanlah kesalahan paman”. Sahut Su Fan.
“Aku sedih karena aku teringat dengan hari ulang tahunku kemarin karena biasanya ayah dan ibu akan selalu merayakannya, tapi sekarang semuanya telah berubah”. Lanjutnya lagi dan kali ini deraian air mata makin menjadi.
Karena tidak bisa menahan sedihnya dan Husan tidak bisa mengeluarkan kata kata untuk menghibur, Su Fan beranjak menuju kamarnya di gubuk tersebut dan melanjutkan kesedihannya dalam kamarnya sambil berkata lirih.
‘Di malam hari ketika bintang bintang menerangi kamarku’
‘Aku duduk sendiri’
‘Aku berpikir’
‘Apakah mereka tahu apa yang ku rasakan?’
‘Tidak, kurasa mereka tidak akan pernah tahu apa yang ku rasakan’
‘Mereka hanya tahu bahwa aku telah tiada dan mereka bersuka cita akan hal itu’
‘Mereka tertawa dengan keagungan mereka diatas dunia’
‘Kini aku menatap matahari yang terbenam’
‘Berharap rembulan akan hadir’
‘Menghibur hatiku yang sedih’
‘Aku hanya merindukan purnama’
‘Tidak seperti mereka yang merindukan keagungan’
‘Biarlah aku terus merindukan hadirnya rembulan’
‘Hingga batas waktu meskipun aku akan menghilang’
Karena kesedihannya dengan tangis kesedihan, Su Fan pun akhirnya tertidur kembali diatas tempat tidurnya yang agak lapuk tapi bagi Su Fan tempat tidur tersebut amatlah melegakan.
Husan dilain sisi hanya bisa merasa iba dengan tuan mudanya, dia yang di beri pesan untuk melindungi tuan mudanya hanya mampu memenuhi janji setianya kepada almarhum tuannya yaitu patriak Su Tang.
Didalam kamar, Su Fan yang telah terlelap dan berada di dunia mimpi bertemu dengan ayah ibunya Su Tang dan Yu ling.
Mereka tersenyum penuh kehangatan dan kasih sayang kepada Su Fan, karena rindu yang sangat besar akhirnya Su Fan mendekati mereka namun saat dia memeluk mereka yang terjadi adalah tangan dan tubuhnya menembus tubuh kedua orang tuanya itu.
“Kenapa yah?” tanya Su Fan kepada ayahnya.
Seakan tahu dengan pertanyaan anaknya, Su Tang menjawabnya “sekarang alam kita sudah berbeda nak. Kau teruskanlah kehidupanmu dan tIdak usah bersedih karena sekarang tugasmu adalah mencari identitasmu yang sebenarnya karena dalam dirimu ada rahasi terbesar alam semesta jadi kuatlah dalam kehidupan ini”, jelas Su Tang kepada Su Fan sambil mengelus kepala anaknya itu.
Anehnya Su Fan malah merasakan elusan ayahnya di atas kepalanya, air matanya kembali membasahi pipinya akan hal tersebut.
“Sudah nak, kau harus tahu bahwa kami selalu bersama dirimu dimana pun kau berada dan dalam kondisi apapun kami akan selalu menyayangimu karena kau adalah anak kami satu satunya”. Kali ini Yu Ling berkata untuk menghibur kesedihan anaknya.
“Fan’er, besok adalah tanggal 15 dan kau harus memasuki kawasan gunung Tukendi seorang diri karena disana kau akan berjum pada dengan seorang yang akan memberikanmu penjelasan dan arahan untuk memulai kehidupan baru, harapan kami padamu adalah kau kelak akan menjadi orang terkuat jadi kau tidak boleh lari atau menjauh dari jalan kebenaran juga kau tidak boleh bertindakarogan dan sombong akan semua pencapainmu serta jangan pernah berpuas diri karena jika itu terjadi kami sangat kecawa kepadamu nak”. Kata Su Fan mengingatkan dan menasehati anaknya.
“Jika itu adalah takdir Fan’er akan berjanji kepada ayah dan ibu bahwa Fan’er akanselalu mengingatnya dan tidak akan pernah membuat ayah dan ibu kecewa”, jawab Su Fan tegas dan mengambil nafas sejenak.
“Terima kasih sudah menyayangi dan menjadi orang tua Fan’er selama ini”, pungkasnya untuk terakhir kali dan setelahnya orang tuanya perlahan menghilang dan dengan itu juga Su Fan terbangun dari mimpinya.
Hari sudah menjelang sore ketika dia terbangun, jadi dia segera mencari keberadaan Husan yang saat itu tengah berada di belakang gubuk untuk memasak hidangan makan malam mereka.
“Paman, setelah makan malam nanti aku ingin paman menyiapkan keperluanku untuk besok karena besok aku harus pergi sendiri”. Ucap Su Fan tanpa basa basi setelah menemukan Husan.
Husan yang heran dengan perkataan dan maksud tuan mudanya mengerutkan kening, dia bingung kemana tuan mudanya pergi dan kenapa harus seorang diri segala dan bukankah dia harus selalu bersama tuan muda kemana pun? Tapi kenapa sekarang tuan mudanya berkata demikian.
Seakan mengerti dengan kebingungan Husan, Su Fan menjelaskan bahwa dia baru saja mendengar perintah bahwa dia harus pergi besok tidak bisa di tunda serta dia harus sendirian.
Karena sudah seperti itu Husan tidak bisa membantah karena dari kepercayaan leluhur yang turun temurun, jika seseorang mendengar bisikkan maka itu sama saja dengan bisikkan dewa dan tidak boleh di hindari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Abdullah
up up up up
2023-03-22
1
Abdullah
update
2023-03-22
1
Kang Comen
ok
2022-12-12
1