Terjerat Perjodohan
"Kalau enggak di paksa, enggak akan bisa, malas tuh harus di buang jauh-jauh"
Sepasang suami istri tampak bernapas lega setelah tim Dokter dari RS Emanuel Makasar, berkolaborasi dengan tim dokter bedah terbaik berhasil melakukan operasi bedah saraf yang terakhir untuk putra mereka.
Butuh waktu sekitar 2,5 jam untuk melakukan operasi bersama dokter spesialis dari kota Jakarta yakni diantaranya dr Aksara Galileo SpBs, dr. Riandra birawa, SpBs dan dr. Jerry manggala, SpBs.
Keberhasilan itu membuat para dokter melakukan fistbump lengkap dengan senyuman yang terukir di bibir mereka masing-masing.
Selama hampir lima hari melakukan tindakan Intensive Care pada pasien penderita kerusakan saraf di otaknya, Aksa dan kedua dokter lainnya akan kembali ke Jakarta esok hari.
"Kita berhasil bro" Ucap dokter Riandra yang biasa di panggil dokter Rian. "Ini operasi terakhir kan, itu artinya besok balik ke Jakarta"
"Memangnya kamu mau di sini terus-terusan?" sambung Jerry sambil melempar struk pembayaran kopi yang sudah ia remas. "Kalau aku si ogah, udah kangen sama anak bini"
Aksa, Rian, dan Jerry adalah tim dokter bedah dari salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta. Saat ini mereka mendapat tugas untuk membantu para dokter di rumah sakit Emanuel Makasar guna melakukan operasi yang di lakukan sebanyak tiga kali.
Ketika tengah terlibat perbincangan santai sembari menikmati kopi di kantin rumah sakit, tiba-tiba Aksa di kejutkan dengan nada dering yang berasal dari ponselnya.
Rian dan Jerry kompak memindai pandangan pada ponsel yang tergeletak di atas meja. Dengan jarak yang cukup dekat, mereka bisa membaca panggilan yang masuk atas nama Sesilia.
"Dia tidak berhenti menelfonku sejak kemarin" ucap Aksa dengan pandangan tertuju ke layar ponsel.
Rian dan Jerry tersenyum dan saling melempar pandangan lalu menggelengkan kepala merespon ucapan Aksa.
"Ada apa?" tanya Aksa menjawab panggilan telfon setelah menggeser ikon hijau.
"Lagi bareng sama Rian dan Jerry"
"Ya"
"Ya"
"Aku tutup dulu ya, nggak enak sama mereka"
Tanpa menunggu persetujuannya, Aksa mematikan panggilan dari Sesilia. Kekasih yang sudah dia pacari lebih dari dua tahun.
Sekian detik berlalu, wanita itu kembali menelpon namun segera di rijek olehnya. Rasanya, pria itu enggan berbicara dengan sang kekasih mengingat dia sedang bersama teman-temannya saat ini.
"Kenapa nggak di angkat?" tanya Jerry menyelidik. Otomatis mata Aksa mencari netra hitam milik Jerry yang baru saja bertanya.
"Dia sangat posesif, aku nggak suka" jawabnya dengan nada malas. "Aku merasa terkekang dengan sikapnya yang selalu curiga"
"Wah tanda-tanda bubar nih"
"Mungkin saja" sahut Aksa menimpali ucapan Rian. "Aku juga dapat informasi dari sekertarisku bahwa dia sudah menginap di hotel dengan seorang pria, dan saat di selidiki, ternyata mereka menginap hampir tiga malam, sekertarisku juga menemukan beberapa alat kontrasepsi bekas di tong sampah kamarnya"
"Nggak bener tuh cewek, kenapa nggak langsung putusin saja, dan cari yang lain"
"Nggak segampang itu Jer" Aksa lalu menyesap kopi di cangkir. "Aku belum memegang bukti perselingkuhannya, Sesil pasti menolak aku putusin. Dia sangat keras kepala, aku harus ada alasan yang tepat untuk mutusin dia"
Sampai beberapa jam berlalu, Aksa, Rian dan Jerry kembali ke mes untuk mengistirahatkan badan setelah puas mengobrol.
Namanya Aksara Galileo, anak tunggal dari mendiang Raka dan Shafira, dia adalah seorang anak yatim piatu karena orang tuanya telah meninggal ketika masih duduk di bangku SMA.
Saat ini Aksa tinggal bersama kakek dan neneknya. Sama seperti dirinya, sang papa juga anak tunggal dari pasangan Rudito Galileo dan Diajeng Nimas, tapi papah dari Aksa memiliki saudara sepupu yang sudah di angkat anak oleh orang tuanya.
Rudito sendiri adalah pemilik perusahaan Dandelion group, Dia tidak pernah menyetujui hubungan Aksa sang cucu, dengan Sesilia yang notabennya adalah seorang artis.
****
"Sa, nanti sore jemput mami ya di rumah sakit" perintah Anjar saat baru saja duduk di kursi meja makan.
"Kenapa pih?" tanya Khansa sambil menuangkan air putih ke dalam gelas. Tidak biasanya Anjar meminta Khansa menjemput maminya, padahal selama ini dia jarang mengijinkan anak-anaknya untuk menjemput sang istri di rumah sakit setelah bekerja.
"Papi ada meeting dengan klien sampai pukul lima sore, nggak bisa jemput mami"
"Iya udah nanti sasa yang jemput, jam empat kan?"
"Hmm" respon pria yang masih tampan di usianya saat ini. Dehemannya, bersamaan dengan suara Meira, putri ke empat yang datang dari balik punggungnya.
"Selamat pagi pih, pagi kak, Mami mana tumben belum keluar?" tanyanya lalu duduk seraya meletakan buku mata kuliah di atas meja makan.
"Mami lagi mandi, kamu tuh sekali-kali terjun ke dapur, minta ajarin kak Sasa nyiapin makannan, kamu udah gede loh Ra, anak perempuan wajib bisa masak, kaya mami sama kakak"
"Sebenarnya sudah bisa pi" Khansa menimpali ucapan Anjar setelah menelan sebagian makannan dalam mulutnya "Dia cuma perlu ngurangin rasa malasnya yang banyak-banyak itu"
"Aku tuh bukannya malas kak" Timpal Meira seolah tak terima "Tiap malam aku belajar dan paginya nggak bisa bangun awal" sambungnya lagi berusaha membela diri.
"Memangnya nggak sholat kamu?"
"Usai sholat bobo lagi pi"
"Jangan di biasain seperti itu dek, malas tuh harus di buang jauh-jauh" kata sang Kakak menasehatinya.
"Kak Sasa nggak usah mengejek, nanti kalau dapat suami malas kayak aku gimana tuh"
"Ya nggak mungkinlah, orang disiplin pasti jodohnya juga disiplin, sama kaya papi, jodohnya sama mami Puspa dan mami Diana, orang baik sama orang baik"
"Belum tentu kak, buktinya bang Azam dapat jodohnya mbak Kesya, orangnya judes, jarang dan irit bicara, gampang tersinggungan lagi"
Mendapat sanggahan cepat dari Meira, Khansa langsung mengatupkan bibir, lalu kembali fokus dengan sarapannya. Sementara Anjar langsung menegur Meira. "Nggak boleh bilang gitu loh, nanti kalau abang Azam dengar kamu bakalan kena marah"
"Maaf"
"Ada apa ini, kenapa Meira minta maaf?" sang mami yang baru datang dengan terburu-buru ikut menyela, dia bergegas duduk lalu menyiduk nasi liwet buatan Khansa.
"Nggak ada apa-apa mih" kata Khansa mengelak.
"Nggak ada apa-apa kok minta maaf"
"Nanti kak Sasa yang jemput mami ya, udah tahu kan mih?" tanya Khansa mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya sayang, tadi papi bilang katanya ada meeting, jadi nggak bisa jemput mami"
"Ingat loh mih, nunggunya di dalam saja jangan di pinggir jalan, meskipun bukan papi yang jemput, mami harus tetap ikuti aturan papi"
"Ngerti pi" sahut Diana singkat, sementara Khansa dan Meira hanya diam sembari menyimak.
Anjar memang sangat protective bukan hanya pada ke empat anaknya, tapi juga pada istrinya. Karena dia tidak ingin hal yang sama terjadi pada Diana. Seperti Puspa, istri pertamanya yang meninggal karena tertabrak motor ketika berjalan menuju mobil, saat dia menjemputnya.
"Kak Sasa berangkat jam berapa ke restoran" tanya Diana yang terlihat tengah mengunyah makanan.
"Agak siangan mih"
"Bos mah bebas, mau berangkat jam berapa aja suka-suka ownernya" Kata Meira. "Aku juga pengin jadi bos"
"Tapi kalau malasnya banyak-banyak nggak mungkin jadi bos kan?" ucapan Khansa yang berbalut sindiran, membuat Meira mengerucutkan bibir, dan seketika senyum tipis di bibir Khansa terbit.
Wanita berambut panjang itu memang suka sekali menggoda siapa saja, apalagi abang-abangnya dan adik perempuan satu-satunya. Dia kerap melakukaknnya terutama di waktu kebersamaan seperti saat ini.
"ish kak Sasa dari tadi yang di bahas tentang malas mulu, nggak ada topik lain memangnya"
"Habisnya kamu lucu, malas kok di pelihara"
"Malas-malas gini kan adik kesayangan bang Azam sama bang Emir"
"Sudah-sudah, kalian kalau mau debat jangan di meja makan" ucap papi mereka sambil mengelap mulut menggunakan tisu. "Papi tunggu di mobil mi" lanjutnya seraya bangkit dari duduknya, dan kalimat terakhir itu, jelas di tujukan untuk istri tercintanya.
"Pi ikut sekalian dong, anterin ke kampus" sambar Meira buru-buru meneguk air di gelasnya lalu meraih punggung tangan Khansa dan Diana. Ia setengah berlari mengikuti Anjar yang lebih dulu melangkah meninggalkan meja makan.
"Aku duluan kak, mih. Assalamu'alaikum" ucapnya sedikit berteriak.
"Walaikumsalam"
"Kak Sasa jangan lupa nanti jemput mami jam empat ya"
"Siap mih"
"Ya sudah mami berangkat dulu. Minta bi siti buat bantuin cuci piring-piring ini, jangan di kerjain sendiri, ngerti!"
"Iya, Hati-hati mih"
"Ok sayang, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Khansa Laura Dhaniswara, Wanita yang lahir sekitar dua puluh empat tahun lalu di Singapura, menjadi anak ketiga dari pasangan Anjar Dhaniswara dan Diana Aisyah Rahmania.
Dia adalah owner di beberapa restauran yang tersebar di seluruh DKI Jakarta, selain di Indonesia, dia juga memiliki beberapa restauran di Singapura, Korea dan Jepang.
Khansa termasuk wanita yang selalu menempatkan keluarga di urutan pertama. Rasanya tidak ada lagi yang dia inginkan selain mereka, papi maminya, dan ketiga saudaranya.
Bersambung
Protagonis Pria : Aksa
Protagonis Wanita : Khansa (Biasa di panggil Sasa)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
hadir kembali thor
2023-11-07
0
Suni Sunny
nyimak dulu
2022-12-29
0
Abdillah 104
hmmm,,, lanjutan dari cerita *wa story istriku* ya kak author
2022-01-18
0