Tepat pukul 20:15 Pm, Khansa sudah berada di bandara international Soeta di antar oleh abangnya Emir. Ia akan berada di Singapura dalam waktu satu minggu untuk mengaudit kelima restaurannya yang berkembang pesat selama dua tahun terakhir.
Sembari menunggu jam terbang, Khansa dan Emir terlibat obrolan tentang rencana papi yang akan memperkenalkannya pada seorang pria, cucu dari teman bisnis papanya.
"Hanya berkenalan saja dek" ucap Emir menghibur.
Tadi saat makan malam berlangsung, Anjar mengatakan akan menjodohkannya dengan anak pak Raka, teman Anjar yang sudah lama meninggal. Alasannya adalah demi persahabatan agar hubungan keluarga tetap terjalin. Alasan yang menurut Khansa tidak masuk akal sama sekali.
Sementara Khansa sendiri belum sepenuhnya menerima tawaran sang papi untuk menikah dengan anak sahabatnya.
"Kalau cocok lanjutkan, kalau nggak cocok berhenti, abang seratus persen akan mendukung apapun keputusanmu dek" Emir mengatakan dengan sorot sepenuhnya fokus pada Khansa yang ada di samping kanannya.
"Tapi kalau papi maksa gimana bang" balas Khansa masih dengan pandangan tertunduk, menatap jarinya yang saling meremat.
"Abang akan menjadi garda terdepan untuk melawan papi"
Mendengar ucapan Emir, seketika Khansa mendongak memalingkan wajah ke arah kiri mencari netra abangnya.
"Apa?" tanya Emir dengan satu alis terangkat.
"Abang berani melawan papi?"
"Kenapa tidak, abang kan nggak salah, abang cuma nggak mau adik abang ini enggak bahagia, di paksa menikah sama lelaki asing yang nggak kamu kenal" kata pria yang berprofesi sebagai dokter onkologi. "Kamu dan Meira adalah adik perempuan yang abang sayang, sebisa mungkin abang akan selalu ada saat kalian butuh abang"
"Makasih ya bang" ucap Khansa sembari memeluk Emir dari samping.
"Kamu harus bahagia dek"
Belum sempat Khansa menyahut ucapan sang kakak, suara operator dari pelantang suara terdengar sangat jelas. Sebuah pengumuman yang memberitahukan kepada para penumpang untuk segera mempersiapkan diri melakukan boarding pas.
"Hello. Passengers of flight GA 527 bound for Singapore with stops in Changi airport, please boarding from gate C2, and please have your boarding pass ready and make sure that you have collected all your carry-on baggage. Thank you"
"Abang akan menunggumu sampai pesawat yang kamu tumpangi lepas landas"
Khansa mencium punggung tangan Emir sebelum memasuki pintu masuk.
"Abang hati-hati pulangnya" pesan khansa "Aku berangkat ya bang, assalamu'alaikum"
Emir mengangguk lalu menjawab salamnya. "Waalaikumsalam, kamu juga hati-hati, telfon rumah kalau sudah sampai tujuan"
"Iya bang" Khansa melambaikan tangan seraya mengulas senyum. "Daa abang"
Emir membalas senyumannya, terus menatap punggung Khansa yang berjalan menjauh hingga tubuh sang adik tak mampu lagi di tangkap oleh netranya.
Tangannya yang sedari tadi terlipat di dada, kini terurai lalu memasukkan salah satunya ke saku celana untuk mencari kunci mobil yang ia simpan di dalam sana.
Di dalam pesawat, Khansa terus memikirkan perkataan Anjar, ada banyak hal yang saling berebut memasuki hati dan pikirannya secara bersamaan.
"Sa, papi berniat menjodohkanmu dengan anak teman papi" ucapan Anjar beberapa jam lalu yang terus terngiang di telinga Khansa. "Dia seorang dokter sekaligus calon pemimpin perusahaan Dandelion Group"
"Dia anak yatim piatu, dan sekarang tinggal bersama kakek neneknya"
"Papi tidak akan memaksamu untuk menerima perjodohan ini, karena papi tahu persis bagaimana rasanya di jodohkan oleh orang tua, sebab papi pun merasakannya, bahkan dua kali. Tapi sebanyak dua kali pula papi merasakan jatuh cinta pada wanita pilihan nenek, salah satunya adalah mamimu"
"Dan dari situ papi membenarkan bahwa pilihan orang tua adalah yang terbaik untuk anaknya. Jika kamu menolak, papi enggak apa-apa, tapi setidaknya cobalah temui pria itu"
"Sepulang dari Singapur nanti, kita coba adain pertemuan, kita makan malam bersama keluarga teman papi. Mau ya?"
"Ngga apa-apa Sa, cuma kenalan saja kok" Bisiknya dalam hati di tengah-tengah lamunannya. "Kalau cocok lanjut, kalau nggak ya stop"
Menghirup napas dalam-dalam, ia mengeluarkannya melalui rongga mulut.
Dia yang larut dalam lamunan selama perjalanan udara, tahu-tahu pesawat sudah akan landing di bandara International Singapura.
Setiap kali Khansa berada di sini, dia selalu teringat masa kecilnya bersama Diana. Dua tahun lebih dia tinggal di negri Singa, membuatnya selalu merindukan kota yang dulu penuh dengan kenangan manis bersama sang mami.
"Welcome sayang" Wanita seusia maminya sudah menjemput di bandara. Dia datang bersama Anjuna anak lelakinya yang dulu selalu bermain bersama Khansa.
"How are you mami Bella" Khansa mengecup punggung tangan sahabat maminya lalu beralih mencium pipi kiri dan kanan.
"Mami and Family very fine. Kamu sendiri gimana?" tanyanya balik.
"Baik juga mam"
"Kamu nggak kangen sama aku Sa?" Ledek Juna tanpa ekspresi.
"Very very miss you boy"
"Udah yuk pulang, ini sudah malam banget loh. Sasa butuh istirahat kan" Ucap Bella di sela-sela obrolan Sasa dan Juna.
"Iya yuk, aku udah pengin bobo di apartemen mami"
Sembari terus berjalan, Juna menanyakan kabar Meira, gadis kecil yang sampai sekarang masih menarik perhatiannya.
********
Meskipun sudah dua hari berlalu pertemuan antara Aksa dan Sesilia, namun pria itu seolah belum bisa melupakan penolakan Sesil yang masih enggan untuk memutuskan hubungan kerja sama dengan Agency nya. Wanita yang berprofesi sebagai Model dan bintang iklan serta pemain thrailler itu mengatakan, jika memutus hubungan kerja sebelum kontrak selesai, akan di kenakan denda sebesar dua kali lipat dari honor yang ia terima.
"Aku nggak bisa beb?"
"Kenapa?" tanya Aksa
"Aku nggak ada uang buat bayar dendanya, tahu kan jika aku melanggar kesepakatan kerja, aku harus membayar dua kali lipat dari honorku"
"Aku yang akan membayar denda itu"
"Sayang beb, nominalnya gede loh"
"Tapi mau sampai kapan?"
"Sabar dong, cuma satu tahun tiga bulan kok. Lagian juga kamu belum dapat restu dari kakek dan nenekmu kan?, nah sambil nunggu kontrak aku selesai, kamu bisa mengusahakan restu dari kakek nenekmu sayang"
Dering ponsel membuat ingatan Aksa akan pertemuannya dengan Sesilia kemarin yang mendadak singgah, menyingkir seketika. Dengan cepat ia meraih benda tipisnya di atas nakas.
Fajar : "Bos, Sesilia pergi ke Spore bersama Sartria, kabarnya kepergian mereka bukan hanya urusan pekerjaan, dan saat ini mereka berdua menginap di kamar yang sama"
Satu pesan masuk tepat pukul 06:05 Wib dari asisten pribadinya membuat Aksa terdiam, pandangannya kosong menatap lurus ke arah pintu dengan bibir tertutup rapat, dan rahang mengatup keras.
Susah payah dia menarik napas dalam-dalam karena ada sesak yang begitu menghimpit.
"Bahkan kamu menyembunyikan kepergianmu dengan Satria dariku" Batinnya lalu berusaha menarik napas kembali.
"Pesankan satu tiket ke Spore untuk hari ini"
Ia menulis pesan balasan untuk Fajar, pikirannya benar-benar kosong dan bahkan nekad menyelidiki kekasihnya hingga ke Singapura.
"Aku harus memastikannya sendiri" Gumam Aksa lalu bangkit dari duduknya. Ia melangkah menuju lemari meraih ransel, kemudian memilih pakaian yang akan dia bawa untuk beberapa hari selama di luar negeri.
Fajar telah mempersiapkan semua perlengkapan dokumen untuk perjalannan sang bos menuju negara tetangga. Hingga tak terasa jarum pendek jam di tangan Aksa menunjuk ke angka delapan sementara jarum panjang di angka empat. Itu artinya penerbangan malam hari menuju Singapura tinggal tiga puluh menit lagi.
Setelah melalui pemeriksaan keamanan 2, Aksa langsung menuju ruang tunggu untuk menunggu boarding.
Pria itu menatap paspor di tangan selagi duduk di kursi panjang dalam ruang tunggu bandara. Ia akan pergi ke Singapura untuk menentukan nasib hubunganya dengan sang kekasih. Fokusnya buyar ketika dering ponsel berbunyi tanda pesan masuk.
Sebuah foto di kirim oleh orang suruhan Fajar yang di tugasi untuk memata-matainya selama di Singapura.
Foto yang menampilkan Sesilia tengah tertawa lepas di samping pria bernama satria, tangannya menggamit lengan pria itu, sementara kepalanya bersandar di pundaknya.
Emosinya kian memuncak ketika menatap foto kedua yang kembali masuk, kali ini mereka tengah saling berciuman. Hal itu membuat Aksa diam-diam menelan ludah, dan nyaris membanting ponselnya.
Jika saja dia tidak sedang berada di tempat umum, mungkin saja benda itu sudah hancur berkeping-keping.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
UDH SESIL SELINGKUH, DN KAKEK NENEK GK SETUJU, MSH AZA INGIN DIPERTAHANKN, DOKTER, TAPI GOBLOK AMAT...
2022-11-08
2
😍ITSHU❤JCW😍
baca promonya langsung cus kemari.ceritanya bagus lanjut thor
2022-01-10
1
Arifa
semoga aksa jumpa khanza disingapur
2022-01-10
0