3. Rencana perjodohan

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aksa akan bangun terlambat karena dia selalu pergi ke rumah sakit setiap jam sembilan. Entah kenapa Aksa benar-benar tidak bisa bangun pagi dan selalu bermalas-malasan di atas ranjang sebelum pergi bekerja.

Lelaki itu bahkan sering melewatkan sarapan pagi, dan hanya jika sempat, akan menghabiskan sarapan yang selalu nenek sediakan di dalam kamarnya.

Sedangkan untuk urusan perusahaan milik sang kakek, dia menyerahkan sepenuhnya pada asisten pribadinya. Karena dia benar-benar tidak tertarik dengan dunia bisnis.

Fajar, pria berusia tiga puluh tahun sudah mengabdikan diri selama lima tahun terakhir. Pengambil keputusan jika Aksa tidak datang ke kantor.

Sepak terjang yang cukup bagus dalam mengelola perusahaan Dandelion Grup, membuat Aksa mempercayakan tugasnya pada Fajar.

"Aksa" panggilan Kakek di sertai dengan ketukan pintu terdengar sedikit tegas. bertelanjang dada, Aksa buru-buru bangkit dan mengambil langkah seribu untuk membuka pintu, bahkan ia tak memperdulikan penampilanya yang masih acak-acakan karena baru bangun tidur.

"Kamu belum mandi?" tanya kakek Rudito ketika pintu sudah terbuka. Beliau menggelengkan kepala saat mendapati sang cucu masih terlihat kusut.

"Belum kek"

"Bukankah kakek sudah bilang kita akan pergi ke kantor sebelum kamu ke rumah sakit?"

Tak merespon ucapan kakek, Aksa membalikan badan lalu melangkah menuju lemari, mengambil handuk bersih dan setelah itu, langsung berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri karena kakek pasti akan marah jika permintaannya tidak di turuti.

"Kakek tunggu di bawah" kata Aksa saat di ambang pintu kamar mandi. "Tiga puluh menit lagi aku turun"

"Lebih dari tiga puluh menit, kakek akan pergi sendiri" balas kakek, nadanya sedikit tersisipkan ancaman.

"Hmm" sahutnya lalu menutup pintu kamar mandi.

Sesuai kesepakatan tadi malam, Aksa harus menemani kakek menemui sahabat baik dari almarhum papahnya. Kakek bilang sahabat papanya memiliki anak perempuan dan firasat Aksa mengatakan mereka akan menjodohkannya sebab kakek selalu memuji anak dari teman papanya.

Kakek bercerita kalau anak dari sahabat papahnya itu adalah seorang pengusaha muda yang mengelola beberapa restauran tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Selain sebagai wirausahawati, gadis itu juga pandai memasak, dan masakannya sangat enak. Itu kata kakek, yang selalu tersenyum saat menceritakan gadis bernama Sasa. Kakek juga bilang bahwa istri dari Anjar adalah seorang dokter.

Dokter Diana Aisah Rahmania. Usai mandi, Aksa mencari daftar dokter di rumah sakit Kasih Bunda. Dia sangat penasaran seperti apa ibu dari gadis itu, kenapa kakek begitu menyukainya.

Sekian menit berlalu, Aksa sudah menemukan profil dokter Diana. Dan detik itu juga dia benar-benar di buat takjub saat membaca informasi bahwa dokter Diana menjadi kepala rumah sakit di Kasih Bunda.

"Hebat juga, beliau di nobatkan sebagai dokter umum dengan pasien terbanyak" tanpa sadar mulutnya bergumam.

Menggembungkan mulut, Aksa melipat laptopnya lalu segera melangkah keluar kamar.

"Selamat pagi kek, pagi nek" sapanya sembari menarik kursi lalu duduk. "Maaf kek, sudah menunggu lama"

"Kamu di biasakan bangun pagi dong Aksa, kamu itu bukan anak kecil yang setiap hari harus di bangunin" ucap nenek yang masih kuat di usia senjanya.

"Ini lagi berusaha kok nek"

"Dari dulu berusaha terus" potong kakek tanpa menatap wajah Aksa. "Aturanmu kan memang paling benar dari pada aturan kakek dan nenekmu, jadi meskipun berusaha, tetap saja aturanmu yang di pakai"

Dia tak berani menyanggah ucapan kakeknya, Sang kakek memang menyayanginya, tapi ketegasannya tetap berlaku meski dia adalah cucu kesayangan.

"Kita jadi nemuin teman papah kek?"

"Jadi dong" sahut kakek semangat. Sepertinya Rudito sangat antusias sekali bertemu dengan sahabat anaknya saat kuliah di Australia.

Aksa mengerjap lalu menghembuskan napas agak berat dan meraih sendok yang nenek sodorkan.

"Kamu harus tahu, kalau om Anjar dulu sudah bantuin perusahaan kakek yang nyaris gulung tikar" kata Kakek selagi Aksa menikmati suapan pertama. "Sebelum papahmu meninggal, dia sempat bilang untuk jangan pernah memutuskan hubungan dengan om Anjar"

"Serius papah bilang begitu?"

Kakek merespon ucapan Aksa dengan bahasa tubuhnya mengangguk. Waktu dia meliriknya, sang kakek malah menyunggingkan senyum, dan tidak menjelaskan apapun lagi setelah itu.

"Kenapa lihatin kakek seperti itu?" tanyanya dengan alis yang menukik "Nggak percaya sama apa yang kakek katakan?"

Aksa tidak bisa menjawab karena mulutnya terisi penuh oleh makannan, jadi hanya bisa mendengkus.

"Kakek sudah selesai" ucapnya setelah beberapa menit tak ada obrolan apapun lagi lalu berdiri "Kakek tunggu di mobil"

Aksa menganggukan kepala dan memilih fokus dengan suapan terakhir. Detik berikutnya dia meneguk sisa air di dalam gelas dan berpamitan "Nek, aku berangkat dulu"

"Iya sayang, hati-hati ya, sekali saja turutin kakek, beliau sudah mengalah untuk mendukungmu meraih cita-citamu menjadi dokter"

"Turuti apa?"

Alih-alih menjawab, si nenek justru mengulas senyum, dan senyumannya itu benar-benar sulit untuk di artikan. "Ya sudah aku jalan sekarang nek" pamitnya langsung meraih tangan nenek lalu mencium punggung tangannya. "Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

******

Sesampainya di gedung perusahaan bertuliskan BOM & FOOD, Aksa menghirup oksigen lebih banyak dari normalnya untuk ia salurkan ke paru-paru. Langkah demi langkah, Aksa mengekor di belakang kakek yang terus melenggangkan kaki seolah tak ada beban dalam dirinya. Hingga sekian menit berlalu, mereka sudah berdiri di depan meja resepsionis.

"Selamat pagi mbak" sapa kakek dengan ketenangan yang luar biasa hebat.

Dan Aksa, entah kenapa mendadak gugup apalagi jika teringat anak perempuan Anjar yang selalu di ceritakan oleh kakek. Jantungnya mendadak tidak bisa di ajak kompromi.

"Selamat pagi pak" balasnya ramah. "Ada yang bisa saya bantu?" lanjutnya dengan bibir tersenyum tipis.

"Kami ingin bertemu dengan pak Anjar, kami sudah membuat janji sebelumnya?"

"Apa anda pak Rudito?"

"Benar mbak"

"Mari saya antar ke ruangan pak Anjar, bapak sudah di tunggu di dalam ruangannya"

Menggelengkan kepala, Aksa berjalan bersisian dengan kakek. Terus mengikuti langkah petugas resepsionis berjalan ke arah lift untuk menuju ke ruang CEO"

Aksa mendengar dari pembicaraan kakek dan petugas resepsionis, bahwa kantor CEO berada di lantai delapan.

Sembari menunggu lift sampai di lantai tujuan, Aksa berusaha keras menormalkan detak jantung yang entah dalam rangka apa, berdetak seperti drum di festival musik.

Saat sudah tiba di lantai delapan, secara otomatis pintu lift terbuka perlahan, petugas yang mengantar, mempersilahkan mereka untuk keluar dari dalam lift terlebih dahulu.

"Mari saya antar, ruangan pak Anjar ada di sebelah sana" ucapnya sembari menunjuk dengan tangan kanannya.

Aksa dan Rudito hanya mengangguk seraya tersenyum, kemudian berjalan mengikuti langkahnya.

Begitu pintu terbuka, Aksa menangkap pria tengah duduk dengan pembawaan yang kalem, namun tetap terlihat tegas. Pemilik perusahaan BOM & FOOD berdiri lalu mempersilakan masuk.

"Pak Dito" sapanya, saat Rudito dan Aksa melangkah mendekat. "Apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangan ketika sudah berdiri saling berhadapan dan hanya di batasi oleh sebuah meja.

"Baik" jawab kakek sambil menerima jabatan tangannya.

"Alhamdulillah, ini pasti Aksa" tangannya beralih menjabat tangan Aksa dan dia langsung mencium punggung tangan Anjar. "Masyaa Allah, tampan sekali"

Aksa tersenyum menimpali pujiannya, di iringi dengan anggukan kepala meski pelan.

"Mari silakan duduk"

"Lama sekali bapak nggak kesini Njar?"

"Iya pak, saya sendiri juga tidak pernah ke kantor pak Dito. Saya jadi malu, di datangi sama orang yang lebih tua"

Sementara Aksa diam menyimak obrolan mereka, sesekali ikut tersenyum karena obrolannya sedikit lucu.

"Bagaimana rencana yang sudak kita susun Njar?"

"Iya pak Dito, saya sendiri setuju, dan istri saya bahkan sangat setuju, apalagi saat tahu kalau Aksa juga seorang dokter, dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu" ucapnya di iringi gelak tawa darinya dan kakek. "Tapi semua kembali pada anak-anak, jika mereka cocok, kita lanjutkan ke jenjang yang lebih serius"

"Nah kan benar kan fillingku, mereka pasti akan menjodohkanku dengan si Sasa" Aksa membatin di sela-sela obrolan antara kakek dengan teman papanya.

"Tapi kalau cucu saya, sudah pasti setuju menikah dengan Sasa" Balas kakek sembari melirik cucunya "Iya kan Aksa?"

Tersenyum tipis, Aksa tidak bisa menganggukan kepala, pun tidak mampu menggeleng, dan bahasa tubuhnya itu, justru membuat dua pria beda generasi ini tertawa renyah.

"Kapan kita susun rencana buat makan malam bersama?" tanya kakek setelah tawanya reda. Seolah tak peduli dengan raut muka cucunya yang tampak shock mendengar ucapannya.

"Sepertinya bulan depan pak, karena anak saya besok sore harus ke Singapura untuk mengaudit beberapa restauran miliknya di sana"

"Wah hebat ya Sasa, masih muda sudah memiliki usaha sendiri. lihat, selain cantik dia pantar memasak loh Aksa" Saat mengatakan itu, pandangan kakek jatuh di manik hitam milik Aksa.

Dia tengah tersenyum kecut menanggapi kalimat kakek. Padahal Aksa sendiri berniat akan menikahi Sesilia jika dia setuju memutuskan kontrak kerja.

Tanpa melibatkan Aksa, kakek dan neneknya justru semakin gencar merencanakan perjodohan dengan putri teman papa.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lyzara

Lyzara

bahasanya elok mudah sangat di pahami sayya yang dari malaysia tak bingung dengan kosakata akak guna

2022-01-09

2

Asri

Asri

ini anjar temannya danu kan, yg istrinya periksa nina pas kabur ke jakarta, ternyata nina hamil kennan, hasil perselingkuhan danu dan nesa 🤔

2022-01-09

4

Ꮪིᥰ⃝֟.𝄠༅𝕾𝖆𝖓𝖎𝖞𝖆𝐿 𝗦⃝⃟🦁

Ꮪིᥰ⃝֟.𝄠༅𝕾𝖆𝖓𝖎𝖞𝖆𝐿 𝗦⃝⃟🦁

alahhhh....nolak ..ntar ujung ujungnya..bucinnnn.... semangat semangat semangat.....

2022-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prologue [Aksa & Khansa]
2 2. Pertemuan pertama
3 3. Rencana perjodohan
4 4. Tagihan 50 juta
5 5. Welcome S'pore
6 6. Penggerebegan
7 7. Salah orang
8 8 Melawan Syahwat
9 9. Salah kira
10 10. Terbongkarnya biaya perbaikan mobil
11 11. Come back (Indonesia)
12 Salah paham
13 Shock
14 Pria Yang Jemput di Bandara
15 Ternyata Abangnya.
16 Ajakan Pernikahan
17 Sesilia
18 First kiss
19 The heart of Ocean
20 Pernikahan
21 Obrolan ringan suami istri
22 Bulan madu sesi pertama
23 Sweet Night
24 Pagi hari di paris
25 Awal yang baru
26 Spekulasi Khansa
27 Alasan Gina membenci Sasa
28 baby breath white
29 Kembali berprasangka buruk
30 Berita yang entah apa isinya
31 Masalah beruntun
32 Perselingkuhan Gina dan Khansa
33 Teka teki
34 Di tuduh memfitnah
35 Praduga
36 Hamil
37 Hotel dan tiket pesawat
38 Pengkhianatan Rendy dan Gina
39 Merayu
40 Hari pertama di kantor
41 Kemarahan Sasa
42 Memulai rencana
43 Akhirnya Aksa tahu
44 tes DNA
45 Menghasut ART
46 Hasil DNA
47 Setya Dan Anya
48 Rahasia Rendi
49 Kepanikan Setya
50 Terpaut sembilan tahun
51 Rekaman
52 Ketakutan Gina
53 Melupakan Vita
54 Intimidasi Gina
55 Mengecoh Rendi
56 Dokumen palsu
57 Kemarahan Aksa dan Setya
58 Talak Tiga untuk Gina
59 Bisik-bisik dan cerita masa lalu
60 Slow down baby
61 Hukuman
62 Sah bercerai
63 Kukuh tertembak
64 Bye anak papah (END)
65 Ektra part 1 (Menikah = janji suci)
66 Ekrta part 2 (Perjodohan)
67 Ektra part 3 (Ijab qobul yang mengejutkan)
68 Ektra part 4 (Sah)
69 Ekstra part 5 (Keluarga BARU)
70 Ektra part 6
71 Ektra part 7
72 Ektra part 8
73 Ektra part 9
74 Nadine Paramita
75 Kekesalan Navita Aulia Firdaus
76 Pemberhentin kerja & ancaman
77 Dokter Cantik, pelakor
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Prologue [Aksa & Khansa]
2
2. Pertemuan pertama
3
3. Rencana perjodohan
4
4. Tagihan 50 juta
5
5. Welcome S'pore
6
6. Penggerebegan
7
7. Salah orang
8
8 Melawan Syahwat
9
9. Salah kira
10
10. Terbongkarnya biaya perbaikan mobil
11
11. Come back (Indonesia)
12
Salah paham
13
Shock
14
Pria Yang Jemput di Bandara
15
Ternyata Abangnya.
16
Ajakan Pernikahan
17
Sesilia
18
First kiss
19
The heart of Ocean
20
Pernikahan
21
Obrolan ringan suami istri
22
Bulan madu sesi pertama
23
Sweet Night
24
Pagi hari di paris
25
Awal yang baru
26
Spekulasi Khansa
27
Alasan Gina membenci Sasa
28
baby breath white
29
Kembali berprasangka buruk
30
Berita yang entah apa isinya
31
Masalah beruntun
32
Perselingkuhan Gina dan Khansa
33
Teka teki
34
Di tuduh memfitnah
35
Praduga
36
Hamil
37
Hotel dan tiket pesawat
38
Pengkhianatan Rendy dan Gina
39
Merayu
40
Hari pertama di kantor
41
Kemarahan Sasa
42
Memulai rencana
43
Akhirnya Aksa tahu
44
tes DNA
45
Menghasut ART
46
Hasil DNA
47
Setya Dan Anya
48
Rahasia Rendi
49
Kepanikan Setya
50
Terpaut sembilan tahun
51
Rekaman
52
Ketakutan Gina
53
Melupakan Vita
54
Intimidasi Gina
55
Mengecoh Rendi
56
Dokumen palsu
57
Kemarahan Aksa dan Setya
58
Talak Tiga untuk Gina
59
Bisik-bisik dan cerita masa lalu
60
Slow down baby
61
Hukuman
62
Sah bercerai
63
Kukuh tertembak
64
Bye anak papah (END)
65
Ektra part 1 (Menikah = janji suci)
66
Ekrta part 2 (Perjodohan)
67
Ektra part 3 (Ijab qobul yang mengejutkan)
68
Ektra part 4 (Sah)
69
Ekstra part 5 (Keluarga BARU)
70
Ektra part 6
71
Ektra part 7
72
Ektra part 8
73
Ektra part 9
74
Nadine Paramita
75
Kekesalan Navita Aulia Firdaus
76
Pemberhentin kerja & ancaman
77
Dokter Cantik, pelakor

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!